webnovel

Mencari Cinta Sifa ( 17++ )

-***-

Kali ini shuu akan melanjutkan cerita ini sebagi dirinya yang sesungguhnya.

"aku akan menjaga Rosia, dan membuat paman dan bibi mama dan saudara kembar mama menuju kedamaian mereka." Gumanku yang masih terdiam dipemakaman mama dan papa.

Setelah hari ini berlalu ada rasa senang dan sedih yang tersimpan dalam benakku. Aku senang diriku sepenuhnya milikku, aku bisa merasakan hatiku dan tubuhku yang menyukai Ram. Namun aku mengetahui bahwa hari ini hari terakhirku dapat melihat papa dan mama.

-***-

Hari-haripun berlalu, Rosia yang selama ini tampak aneh namun kini ia menyambutku dengan bahagia,

"kau kembali…." Osi langsung saja memelukku,

"hai bibi kecil.." kataku yang menyadari bila ia adalah saudara dari saudara kembar mamaku(bibi) berarti dia juga termasuk bibi mudaku hehe.

"anggap aku adik seperti biasanya.. aku tidak mau tua sebelum waktunya bodoh."jawabnya yang langsung saja mencubit telingaku.

Ram, kakek dan nenek yang kebingungan atas semua ini pun aku jelaskan pada mereka apa yang telah terjadi. Mulai dari komaku yang dimasuki roh mama, dan akhirnya sampai seperti ini.

"jadi osi, ini adalah keluargamu.. namun mengapa kau bersikap aneh selama ini?" jawab Ram yang langsung saja penasaran setelahku ceritakan semuanya.

"karena ada ada sesuatu yang kakakku inginkan dari shuu, shuu yang sesungguhnya." Jawab osi.

Nenek dan kakek yang hanya dapat berkaca-kaca setelah mendengar cerita itu, lalu menggenggam tanganku dan meraba gelang hias yang aku pakai. Awalnya ku kira nenek akan memutuskannya lalu membuang gelang itu lagi, namun nenek membukanya dan mengaitkannya dileherku, hal itu langsung saja membuatku menangis bahagia.

"pakailah.. maafkan keegoisan nenek selama ini padamu shuu.." kata nenek dengan nada suara serak basahnya.

"dan kau Ram, kau juga keluarga kami.."sambung nenek.

"tapi.. nek.."jawab Ram yang ikut menangis bahagia melihat apa yang telah terjadi pada keluarga ini.

"Mulai saat ini Ram, kau tinggalah dirumah ini dan jangan anggap dirimu sebagai pembantu dirumah ini, kau adalah keluarga kami, kami sangat berterimakasih padamu, juga keluargamu. Kau telah menjaga Rosia dengan baik hingga ia sebesar ini."potong kakek yang langsung saja membantah Ram.

Dalam hatiku bertambah bahagia mendengar perkataan nenek dan kakek. Dengan itu Ram akan selalu berada didekatku dan kami akan bagai saudara.

"terimakasih Ram.."sapaku pada Ram yang masih tampak berkaca-kaca, akhirnya akulah yang sepantasnya berterimakasih padanya.

"kita akan mencari pembantu lagi dan tidak akan membuatmu kerepotan lagi" kata nenek sembari menepuk bahuku.

Ram yang tampak hanya menggeleng-gelengkan kepalanya hanya dapat menerima ini.

-***-

Bulan demi bulanpun berlalu dan kami menemukan pembantu baru, dan keluarga kami serasa ramai. Penuh tawa dan kegembiraan yang Ram dan Rosia bawa. Dan pada suatu hari kami mengetahui tanggal ulang tahun Ram setelah Rosia memberitahu kami. Hari ini tepat 1 minggu sebelum hari ulang tahun Ram yang ke-19 semua rencana dekorasi dan hal lainnya telah ku persiapkan, beserta undangan teman-teman dan lain sebagainya.

"kau tak perlu melakukan ini, ini terlalu berlebihan.." sapa Ram yang melihatku tengah membuat list belanja untuk persiapan ulang tahunnya.

"bila aku mengatakan yang saat kau merawat bibi kecilku, jika kau tak usah merawatnya.. bagaimana kau akan menjawabnya.."tatapku pada Ram yang menghentikan tanganku untuk kembali menulis. Ram tampak menatapku dan tersenyum manis padaku, ia lalu duduk disampingku,

"dia adalah adikku, bila kau yang menjadi aku apa kau akan mengacuhkannya" Ram yang berada tepat didepanku seolah beradu argument terlihat sangat manis.

"tentu saja aku tidak akan mengacuhkan bibi kecilku, dan tentu saja kau adalah paman mudaku.. menjauhlah dariku" aku yang menatapnya dengan dekat lalu mendorong bahunya. Hatiku terasa begitu berdebar saat aku berada didekat Ram, aku lalu menggigit bibirku sendiri dan berusaha memalingkan wajahku agar tak melihat wajah manisnya, namun ia tampak masih berada disampingku dan lalu memutarkan wajahku dengan jarinya.

"jangan membuat bibirmu menggigitnya sendiri" kata Ram saat memperhatikan bibirku yang baru saja aku gigit sendiri karena deg-degan.

"lalu?"aku yang memperhatikan wajahnya dan tatapan matanya yang menuju ke bibirku sangat aku ketahui apa maksud dari Ram.

"seperti ini.." Ram langsung saja menciumku, memainkan bibirnya dengan lembut, dia menggigitnya dengan nyaman. Nafasnya begitu hangat. Aku lalu hanya bisa memejamkan mataku dan menikmatinya, ini adalah kali ke 2 ram menciumku, oh tidak, kali ini bahkan lebih dari sekedar ciuman.

Nafas kami tampak terengah-engah, Ram tampak tak bisa menghentikan permainan bibirnya, dan itu membuatku tak bisa menolaknya, aromanya yang wangi, aku bisa memainkan rambutnya yang lembut dan meraba tubuhnya.

"hss.. aku.. mencintaimu.." Ram yang baru saja melepaskan bibirnya lalu membisikkan kata itu ditelingaku, itu sangat membuatku terasa begitu nyaman. Bagaikan apapun yang akan Ram lakukan padaku aku akan serahkan padanya. Tangan Ram tampak ingin meraba dadaku, namun ia ragu.

"Aku juga mencintaimu.." jawabku dan langsung saja meletakkan tangannya pada dadaku. Sebelum akhirnya Rosia datang dan melihat kami.

"Hei sudahlah, aku masih kecil sebagai bibi disini.." jawabnya yang sedang melihat kami dari pintu ruang tamu.

Kami lalu merapikan posisi kami dan tak dapat menjawabnya, kami hanya dapat tersenyum tertawa.

Sejak saat itu Rosia selalu mengawasi kami, ia tahu bahwa hari kelulusan kami bertepatan dengan hari ulang tahun Ram. Maka dari itu ia ingin aku tak merusak segalanya.

-***-

haripun berlalu....

"yah walau akan terjadi.." guman Rosia yang tengah memainkan laptopnya pada kamar kosong yang kini telah menjadi kamarnya.

"apa yang akan terjadi.." tanyaku yang mendengar hal itu saat aku memperhatikan Rosia dari celah pintu kamarnya.

"tidak, hanya saja koneksi dari laptopku," jawabnya dengan tanpa menatapku dan terus memperhatikan laptopnya.

"ckrskkkk.. ckrsskkkk" suara langkahan basah itu lagi.

"bi bb.. bibi.." sapaku yang baru saja melewati kamar Rosia. Aku yang tak tahan ingin buang air kecil lalu menuju kamar mandi, awalnya aku takut untuk membukanya, namun tampak tidak ada apa-apa dan akupun memberanikan diri untuk masuk kedalam. Dan ketika aku menutupnya, tak kusadari dibelakangku,

"Arhhhghhhhh!!!!" tampak sesosok wanita berdiri di balik tirai bak mandi. Aku gemetar dan berusaha berani. Tampak jari tangan yang pucat lengkap dengan luka bakar dan darah yang bercucuarn sedang membuka tirai itu.

Aku lalu berusaha membuka pintu kamar mandi itu, namun entah mengapa seolah terkunci.

"tolongggggg…. Osi osiiiiiii….. siapapun tolongggg…..!!!!"teriakku sembari panik mencoba membuka pintu itu,

"ckrskk ckrskkkkk" tampaknya wanita itu telah berjalan menuju kearahku, terdengar langkah kakinya yang basah dan nyaring begitu dekat menuju kearahku.

"tolongggg….. jangannnnnn…."terasa sesuatu yang dingin telah menepuk bahuku, dan membalikkan badanku, namun aku masih memejamkan mataku.

"kak, kakak didalam? Bukalah mata kakak, ia adalah kakakku..Sifa."terdengar suara Osi dari luar pintu dan langsung saja membuatku membuka mata, dan mencoba menatap kearah bibi,

"Arrrrrhhhhgggggg!!!!" wajahnya begitu seram, hampir rata dengan luka bakar dan cucuran darah. Ia tak tampak seperti biasa saat ia muncul ketika menemui mama.

"di.. dia dia bukan bibi!!!!!!" aku lalu kembali memejamkan mataku dan tampak wajahnya semakin dekat kepadaku, terasa panas, bagai bara api, ia lalu membisikkan sesuatu padaku.

"sampaikan pada seseorang yang aku cintai, beritahu padanya agar ia tak menungguku. Telah 10 tahun ia menungguku, aku tak bisa mendekatinya seperti dirimu, tolonglah.. kasihan dia.." tangis bibi disampingku memberitahukan hal yang sangat membuatku terkejut.

"si..ss siapa dia…. Bagaimana aku akan mengetahuinya"

Next chapter