webnovel

CHAPTER XIII

Jimin semakin panas ketika ia melihat sebuah email dari handphonenya. Ada seseorang yang mengirimkan sebuah link dan saat Jimin mengklik link tersebut, ia dialihkan sebuah ruang obrolan dan melihat semua orang membicarakan kelakuan Suzy bersama teman-temannya.

Banyak foto-foto yang diunggah diruang obrolan itu dan memperlihatkan kebersamaan Suzy bersama Jin, RM, V dan bahkan bermain piano dengan Suga.

Jimin mengucak matanya yang sebenarnya baik-baik saja. Seorang Suga yang sangat dingin dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain selain Bangtan Flowers mau mengajak Suzy main piano bersamanya.

Jimin yang pada saat itu sedang berenang, ia sangat kesal. Ia melempar handphonenya ke dalam kolam renang. Pelayannya terkejut melihat hal itu, dan ia langsung lompat ke dalam kolam renang untuk mengambil handphonenya. Saat ia sudah keluar dari kolam renang Jimin malah lebih marah lagi.

Sehabis bilas ia menuju kamarnya namun ia bertemu Suzy. Mereka berdua beradu pandang. Jimin terpaku, amarahnya langsung turun saat melihat wajah Suzy. Perempuan itu berkeringat dan sedikit kotor. Pasti ia sedang membereskan kebun karena ada beberapa bercak tanah dibajunya.

Suzy tetap melangkah dan sedikit mengangguk untuk bersikap sopan kepada tuan mudanya itu namun ia terkejut saat Jimin menariknya. Ia tidak bisa melepaskannya. Jimin membawa ke salah satu ruangan yang kosong.

"ada apa? kenapa kau membawaku kesini?".

Jimin menatap Suzy dengan sangat tajam. Ia tidak tahu setan apa yang merasukinya, ia sangat kesal saat Suzy melewatinya begitu saja seperti tidak ada masalah. Ia juga bingung mengapa ia menarik Suzy. Namun ia pun begitu marah dan teringat semua perkataan teman-temannya yang ingin memacari Suzy dan juga foto-foto yang ia lihat tadi. Ia tida bisa berfikir jernih.

Secepat kilat, Suzy sangat terkejut karena Jimin mencium bibirnya. Ia mendorongnya dan mereka bertemu tatap, Jimin menggenggam tangan Suzy dan mencium bibirnya lagi. Akhirnya tangis Suzy pun pecah.

"hentikan Jimin, hentikan", raungnya dan Jimin pun berhenti.

Jimin terkejut melihat Suzy menangis dan lemas, mereka berdua jatuh bersama. Jimin merasakan sesak di dadanya, ia terkejut dengan apa yang dirinya lakukan. Jimin menarik Suzy kedalam pelukannya. Nafas mereka berdua berlomba dan Suzy menangis didalam pelukan Jimin.

Suzy juga tidak mengerti, bahkan setelah yang Jimin lakukan, untuk pertama kalinya ia menyerah. Ia hanya bisa menangis.

Jimin mengusap kepalanya dan mendekap Suzy dengan sangat erat, "maafkan aku Suzy. Maaf, aku mohon", ucapnya berulang-ulang.

Kurang lebih satu jam mereka berpelukan dan Suzy menangis. Jimin melepas pelukannya ketika ia sudah merasa Suzy sudah tidak menangis dan nafas mereka berdua sudah lebih tenang.

Jimin merasa sangat bersalah. Ia tidak pernah berciuman dengan siapapun sebelumnya. Ia tidak mengerti kenapa ia harus melakukan itu kepada Suzy. Tapi yang ia sadari, ia tidak ingin lagi kehilangan Suzy. Ia tidak ingin lagi membuat Suzy menangis karena hatinya hancur saat Suzy menangis dengan begitu menyedihkannya.

Suzy tidak berani menatap Jimin. Ia bingung, apa yang harus ia katakan kepada Madam Jane kalau anak bungsunya mencium anak dari seorang assistant rumahnya.

Suzy sudah merasa sedikit lebih tenang, Jimin meraih wajahnya dan pandangan mereka berdua bertemu. Suzy sadar, ia tidak bisa lagi membenci Jimin. Ia merasa ciuman Jimin itu berbeda walaupun ia juga tidak pernah ciuman sebelumnya. Tapi ia ingat bahwa Jimin menciumnya sembari menangis dan nafas Jimin sangat cepat. Ia juga merasa tangannya sakit karena Jimin mengenggamnya terlalu kuat. Mungkin seharusnya dia marah diperlakukan seperti itu. Tetapi entah mengapa hatinya berkata lain.

"maafkan aku Lee Suzy", ujar Jimin, kata-kata yang tidak pernah ia pakai kepada siapapun karena ia tidak pernah mengaku salah.

Suzy menatap mata Jimin. Matanya basah dan memerah. Telinganya pun memerah. Untuk pertama kali Suzy menatap wajah Jimin. Ia merasakan sesuatu yang berbeda dari biasanya.

Suzy melepaskan dirinya dan berdiri. Ia pun meninggalkan Jimin yang tidak bisa bergerak dari tempatnya. Hatinya begitu hancur mengingat adegan tadi.

***

Suzy bingung dengan perasaannya semenjak kejadian ciuman itu. Ia tidak bisa marah namun disatu sisi ia merasa seharusnya ia marah dengan si kepala gulali itu. Setelah hari itu Jimin semakin menghindarinya. Ia bahkan berputar balik ketika bertemu dengan Suzy. Apa maksudnya? setelah menciumnya lelaki itu malah pergi? apa dia sebrengsek itu? tetapi Suzy mengingat tatapan Jimin yang sangat amat berbeda dari yang biasanya Suzy lihat.

Hari ini ia harus kembali lagi ke sekolah. Ia lelah karena selalu dikerjai walaupun tidak secara langsung karena ada Bangtan Flowers yang lain yang menemaninya. Namun hari ini mendadak V menghubunginya dengan sangat khawatir bahwa mereka tidak bisa masuk kesekolah karena jadwal shooting mereka yang benar-benar tidak bisa diubah. V dan yang lain sangat khawatir namun mau bagaimana lagi. V memperingatkan Suzy untuk tidak masuk sekolah.

Namun Suzy berbohong. Sekarang ia sudah didalam kelasnya. Ia duduk sendirian di dalam kelas. Ia merasa sesuatu yang aneh karena dia hanya sendirian.

Tiba-tiba pintu kelas terbuka dengan sangat kasar membuat Suzy sangat terkejut.

segerombolan anak perempuan masuk dipimpin dengan tiga perempuan yang Suzy sangat benci. Jan Di, Jennifer dan Yoo Ra.

"akhirnya kau sendirian ya? dimana pangeranmu?", tanya Jennifer sembari menarik rambut Suzy ke belakang dan disusul dengan tawa jahat dari anak perempuan itu.

"ada apa sih dengan kalian. Tidak puas sudah mengerjaiku? ha?!".

"wah kau sangat punya nyali ya", Jennifer menarik Suzy.

Jennifer mendorong Suzy ditengah-tengah murid perempuan yang sudah berkumpul. Mereka semulai menyiram Suzy dengan tepung, air, dan melemparinya dengan telur.

"hahahaha apa hanya segini yang bisa kalian lakukan?", teriak Suzy menantang semua orang.

Suzy melihat seseorang membelah kerumunan dan menggunakan sepeda miliknya. Dan perempuan itu turun dari sepeda Suzy, menyiramnya dengan sebuah cairan lalu membakarnya. Semua orang berbahagia dan Suzy menangis. Sepeda itu adalah pemberian tulus dari Madam Jane. Ia menangis namun mereja malah tetap melemparinya dengan telur.

Suzy merasa sangkat kesakitan, Ia hampir jatuh pingsan dan merasakan seseorang memeluknya dan menggendongnya. Lalu semua menjadi gelap.

Setelah Suzy pingsan, Ia mulai sadar dan membuka matanya. Ia melihat sekeliling adalah sebuah kamar yang mewah namun asing baginya. Ia tidak pernah ada dikamar ini. Dan ini bukan interior rumah ataupun kamar Madam Jane.

Suzy tersadar dan ia mengecek bajunya sudah berganti dengan sebuah piyama indah. Ada apa ini, kenapa ia bisa disini?

"Suzy", Seseorang memanggilnya dan langsung memeluknya dengan erat. Suzy tau siapa ini, siapa lagi kalau bukan Jimin. Karena mereka pernah berpelukan, Suzy sudah hafal dengan postur badannya.

"apa kau baik-baik saja? maafkan aku Suzy, maafkan aku", Jimin memohon dengan suaranya yang lirih, "aku sudah memberikan announcement bahwa kita sudah damai namun ternyata mereka semua tidak memberitahu ku bahwa mereka memiliki rencana ini padahal biasanya mereka menurutiku. maafkan aku", Jimin memeluknya lagi.

"baiklah . Aku tidak apa-apa. Tolong lepaskan pelukanmu Tuan Jimin, aku tidak bisa bernafas", bisik Suzy.

Jimin melepasnya dengan sangat kikuk. Ia mengecek lagi keadaan Suzy. Mulai dari wajah, tangan, kaki. Suzy terkekeh dengan sikap Jimin yang berlebihan walaupun memang badannya sakit karena habis dilempar telur.

"sudahlah Tuan, aku sudah merasa lebih baik. Aku tidak selemah itu", ujarnya berusaha tersenyum.

Jimin melepaskannya dan duduk. Ia merasa begitu lega bahwa Suzy tidak lagi menunjukan rasa marahnya.

"tetapi sepertinya ada yang salah. Karena yang ku lihat semua orang tadi adalah perempuan yang mengeroyokmu. Akupun diberitahu oleh salah satu laki-laki yang selalu menuruti perintahku. dan aku langsung ke sekolah begitu tahu kabar itu. Namun terlambat karena kau", Jimin menghentikan ucapannya dan melihat ke arah Suzy lagi, "maafkan aku".

"bolehkah aku tidur sebentar? dan kita bicara lagi nanti? kepalaku sangat pusing", kata Suzy.

"boleh, aku akan menemanimu", Jimin memindahkan dirinya duduk disamping Suzy dan dengan mudahnya mengangkat Suzy sedikit agar dia bisa duduk.

Suzy terkejut namun ia pun sudah tidak sanggup bicara. Ia merebahkan dirinya dan membalik badannya agar tidak menatap Jimin yang sekarang mulai membelai kepalanya dengan lembut.

"tidurlah Suzy. aku akan berusaha membuatmu nyaman kembali. aku begitu banyak salah kepadamu. Aku tidak tahu harus berbuat apa", bisik Jimin. Ia sangat merasa bersalah melihat Suzy seperti tadi.

Ia ingat bagaimana Suzy hampir saja terjatuh dan beruntungnya ia bisa menangkap Suzy dan membuat semua anak perempuan itu langsung terdiam.

"SUDAH KU BILANG KALIAN UNTUK BERHENTIIIII!!! APA KALIAN INGIN AKU KELUARKAN DARI SEKOLAH INI DAN MEMBLACKLIST NAMA KALIAN? HAAAA?!!!" teriak Jimin lalu ia bersama bangtan yang lain mengangkat Suzy.

Pada saat itu Jenniefer maju namun Jimin mendorongnya dan Jennifer menangis bersama teman-temannya.

Jimin membelai rambut Suzy yang terurai dibantal. Namun seketika Suzy bangun dengan gusar. Ia ingat sesuatu.

"PARK JI MIN!!!! KAU MENGGANTIKAN BAJUKU?" teriak Suzy histeris.

Jimin tersenyum melihat wajah panik Suzy, sudah lama ia tidak menggoda Suzy, "hmmm mau bagaimana lagi".

"apa katamuuuu??" baru saja Suzy akan menjambak rambut Jimin namun Jimin menangkap tangannya dan ia mendekatkan wajahnya ke Suzy.

"jangan khawatir Lee Suzy. Aku tidak akan melukaimu lagi. Aku tidak akan berbuat tidak sopan lagi kepadamu. Aku tidak akan menyakitimu lagi", ujarnya dengan sangat meyakinkan. Jimin melihat langsung ke mata Suzy dengan sangat yakin, "aku memiliki banyak uang hasil keringatku sendiri. Aku bisa menyewa pelayan perempuan dihotel ini untuk menggantikanmu baju. jadi kau tidak perlu takut".

"apa kita dihotel?", tanya Suzy dengan nada yang lebih rendah. Ia bingung harus bagaimana. Tangan Jimin menggenggam tangannya dengan sangat erat dan wajahnya hanya dua atau tiga senti dari wajahnya dan tatapannya sangat menyejukkan hati Suzy.

"ya".

"lalu? apa kau ingin melakukan hal yang tidak-tidak lagi kepadaku?".

Tawa Jimin pun pecah, membuat wajahnya semakin tampan dan Suzy semakin bingung karena mereka sedekat ini.

Jimin membelai rambut Suzy dengan tangan satunya, "mulai sekarang aku akan menjagamu Lee Suzy".

***

Next chapter