webnovel

Dibalik itu semua

Aku tertegun melihat ayah yang begitu frustasi biasanya ayah tetap tenang walaupun dalam suasana apapun dan kali ini aku melihat ayah begitu gugup hingga hampir saja kami menabrak seekor kucing"maafkan ayah nak,tetapi ayah akan memberitahukan semuanya padamu,sebenarnya beberapa minggu yang lalu ayah telah diancam olehnya" sambung ayah"maksud ayah kakak ipar?" "ya,dia meminta agar ayah segera mewarisi perusahaan mebel ayah yang berada dijepang atau tidak maka kakakmu akan dibunuh" melihat aku yang tetap diam ayah melanjutkan"lalu ayah akhirnya memberikannya dengan alasan kepada keluarga bahwa kakakmu ingin menetap dijepang dan inginengolahnya" "tetapi kakak tetap meninggal ayah"bantahku "itu karena kecelakaan bahkan pihak yang menabrak kakakmu bersedia memberi sejumlah dana"jawab ayah "apakah dananya lebih besar dari harga perusahaan mebel ayah"tanyaku"mengapa kau berpikir demikian,dana yang diberi hanya seperdelapan dari harga perusahaan ayah"

"lalu apa ayah pikir tidak ada kemungkinan bahwa itu adalah pembunuhan berencana? bukankah tidak mudah baginya untuk membayar orang membunuh kakak karena warisan yang ia miliki sekarang?"jelasku yang membuat ayah terdiam seribu bahasa.Kami sudah melewati setengah perjalanan dan kami sedang terlelap pada alam pikiran masing-masing hingga akhirnya ayah memecah keheningan"apakah kau sudah memberi surat pemberian restoranmu pada kakakmu?",aku agak bingung namun aku mulai tahu arah pembicaraan ayah"aku terlalu sibuk untuk itu dan aku berpikir akan memberikannya bulan depan pada kakak,sebenarnya kakak pernahmemaksaku memberikannya namun aku bilang bahwa itu harus dipikirkan secara matang dulu,dengan kata lain kakak hanya memegang restoran sementara sebelum aku menyerahkan surat itu berarti restoran itu masih atas namaku dan milikku" "bagus,thats a good idea,you always make me pround of you,jika kau memberikan surat penyerahan restoran itu padanya tentu suaminya juga pasti akan segera mengalihnamakan kekuasaan atas dirinya" kata ayah yang terlihat sangat puas.

Next chapter