webnovel

Two type

Sampai terkejutnya aku tidak bisa berkata apa-apa dan memalingkan pandangan dari atas.

"Apa yang kau lakukan d…d…disana?"

(perlahan dia turun dari tanggga)

*Untung aku tidak melihatnya*

"K…k…kenapa kamu ada di atas sana Takagi-san?"

"Memangnya kenapa? Aku sudah sering melakukan itu di sini. Lagian ini tempat biasa aku makan siang."

"T..t…tapi tidak biasanya perempuan melakukan hal itu bukan?"

"Memang semua perempuan tidak melakukan hal itu, mungkin."

*Cewek yang aneh*

"Jadi apakah kamu hanya mencari tempat yang sepi hanya untuk murung sambil memakan makananmu?"

"Apakah kamu mendengar semuaya?"

"Ya… begitulah."

"Maafkan aku, aku jadi memperlihatan sisi memalukanku kepadamu"

"Kenapa kamu meminta maaf kepadaku?"

"Mungkin kamu terasa terganggu akan hal itu."

"Sama sekali aku tidak terganggu. Dan tidak semua orang bisa menahan rasa sedih."

(berbalik badan)

"Apakah kamu tahu Shiro?, setiap orang pasti terdapat kegelapan dalam hidupnya. Dalam jurang kegelapan itu kamu akan menemukan yang namanya kesendirian,kesedihan,ketidakmampuan,ketidakbebasan,keputusasaan,iri,benci,dan lainnya. Dan terdapat tipe orang yang mengalami hal tersebut. Pertama, di saat orang tersebut berada ditengah kegelapan dan hampir tenggelam di dalamnya, orang itu terus berusaha berlari meski dia tidak tau ke arah mana yang dia tuju. Tetapi, setiap usaha pasti akan membuahkan hasil. Suatu saat orang itu menemukan secercah cahaya di tengah kegelapan itu. Dia berlari menuju ke secercah cahaya itu. Sampai akhrinya secercah cahaya yang dia kejar semakin lama semakin terang. Dan tibalah dia di ujung cahaya itu. Di dalam cahaya itu kamu akan menemukan yang namanya kehangatan,harapan,kebahagiaan,kebebasan,dan tujuan kamu hidup di dunia ini. Kedua, orang yang tenggelam dalam kegelapan yang sangat dalam dan tidak menemukan yang namaya secercah cahaya itu dan akhirnya dia tidak punya tujuan untuk hidup dan alasan kenapa dia dilahirkan di dunia ini. Dari semua yang aku katakan ini kamu pasti tau kamu termasuk orang yang mana bukan?."

"Jadi, kamu berpikir…"

"Ya… kamu tipe orang yang pertama."

*Dan aku tipe orang kedua*(menggerutu)

"Kamu salah Takagi-san"

"Apa?, apa maksudmu?"

(menoleh kebelakang)

"Menurutku kamu bukanlah orang tipe yang kedua. memang aku tidak tahu bagaimana kehidupan sehari-hari yang kamu alami dan bagaimana masalalumu. Setiap orang pasti mengalami dan menghadapi kegelapan dalam hidupnya aku tidak bisa mempungkiri hal itu. Tapi, bagiku di saat kamu tenggelam dalam kegelapan jangan pernah kamu menunggu datangnya secercah cahaya itu. Berpikirlah bahwa secercah cahaya itu pasti akan datang di kehidupanmu. Meski kamu tenggelam di dalam jurang kegelapan yang paling dalam. Percayalah bahwa akan ada orang yang menjulurkan tangannya kepadamu dan membawamu kepada cahaya yang paling terang. Dan aku yakin orang yang menjulurkan tangannnya untukmu adalah orang yang sangat peduli kepadamu."

Takagipun terdiam. Kakinya gemetar,pipinya memerah dan matanya berkaca-kaca. Dia berpikir bahwa di dalam hidupnya tidak ada yang berani dekat-dekat dengannya karena dia selalu dianggap istimewa dan dia tidak bebas dalam kehidupanya. Tetapi, dia sadar bahwa ada orang berharga di hidupnya dan selalu mendampinginya setiap saat. Di saat orang tuanya sibuk bekerja dia pasti di dampingi oleh orang itu. Dan dia sadar bahwa ada seseorang yang menjulurkan tangannya kepadanya dan orang itu di depannya.

"Putih"

(sambil melinangkan air mata)

"Apa?"

"Tidak apa-apa, apakah kamu senang membuat anak perempuan menangis?."

"M..maaf aku tidak bermaksud membuatmu begini. Aku hanya memberitahumu bahwa kamu bukanlah orang yang selemah itu. Ini lap lah air matamu itu. Perempuan kalau menangis jadi tidak cantik lagi jadinya kan?"

"HMP… padahal kamu tadi juga menangis"

"I..Iya iya"

"Baiklah kalau begitu aku akan membantumu."

"Apa??!, eh maksudku benarkah?"

"Iya, itu rasa terimakasihku tadi sudah menyadarkanku"

*Teng Tong Teng Tong*

"Baiklah, ini email ku kalau butuh bantuan bilang saja. Dah!"

"Terimakasih Takagi-san"

"A..Alice"

"hmm?"

"Alice saja untukmu"(suara pelan)

*sambil berlari menuju tangga*

"Baiklah Alice."

*Ternyata dia tidak sedingin dari yang ku kira. Mungkin seperti putri salju yang pemalu*

Mereka tidak sadar bahwa ada seseorang yang memperhatikan mereka saat mereka mengobrol tadi.

************Bersambung***************

Next chapter