2 Introducing (Chapter 2)

"Wah, ini mall atau apaan njir?"

Itulah kata pertama yang terucap ketika aku melihat sekolah baruku.

Aku ini anak pindahan dari Yogyakarta, anak desa, sekolahnya sih... ga begitu jelek, tapi masi layak buat belajar di situ. Kan tujuan kita sekolah adalah untuk menimba ilmu.

Aku ternganga melihat sekolah baruku di Tangerang, sekolahnya besar sekali, ada tempat drop offnya juga, parkiran juga luas banget. Parah, ini jauh banget dibanding sekolah lama aku.

Saat keluar dari mobil, aku dituntun oleh orang tuaku menuju ruang tata usaha untuk di test masuk.

"Eh? Test? wagelaseh.", Itu yang muncul dalam benakku, aku belum menyiapkan apa-apa untuk test ini, tapi aku pasrah dan kuserahkan semuanya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Setelah kujalani testnya, aku kaget, karena testnya langsung dinilai, dan gila-gila aja, di mata pelajaran Bahasa Indonesia aku mendapat 86 dan di pelajaran Matematika yang susahnya setengah mati, aku mendapat 84.

Aku diterima di sekolah yang sebelas duabelas sama mall, oh my god.

🅷🅰🆁🅸 🅼🅰🆂🆄🅺 🆂🅴🅺🅾🅻🅰🅷

Untuk pertama kali dalam hidupku, aku bangun pukul 04.00 WIB, hanya untuk menyiapkan diri masuk sekolah yang kuanggap mirip dengan mall.

Aku pakai seragamku yang sudah dirapikan, aku kenakan tasku yang berisi banyak sekali buku rapi, aku pakai sepatuku yang baru dibeli 3 hari yang lalu, dan sekarang...

"Baru jam, hmm... 05.30... 05.30, gila, gue proud of myself.", ucapku dengan bangganya.

Satu jam berlalu dengan tidur pulasku, secara tiba-tiba, ada suara ketukan pintu dari luar kamar.

Mataku yang masih tidak bisa terbuka, dari mulutku ada bekas aliran air sungai yang membentuk pulau di bantalku. Aku melihat ke arah tanganku, tertunjuk ini sudah jam ...

"KEYSA YOVINTHIA, KAPAN KAMU MAU PERGI KE SEKOLAH??!!", teriak Bu Rejo.

Bu Rejo itu adalah pemilik kos-kos an yang kutempati saat ini. Mengapa aku memilih kos-kos an, karena, orangtuaku tempat kerjanya berjarak jauh sekali dari sekolahku, sehingga sekarang aku tinggal di kos-kos an ini. Bu Rejo sudah kuanggap seperti i..

"KEYSAAA!!!", teriak Bu Rejo sambil menarik tanganku.

"IBUUU SANTAIII AKU KAN CEPET LARINYA!", balasku karena kesakitan ditarik tangannya.

Iya, Ibu Rejo sudah kuanggap seperti Ibu sendiri, sejak aku pindah ke kos-kos an ini, dia sudah mengurus aku dalam banyak hal.

"Fiuh, umpung sekolahnya deket, eh mama??", kataku.

"Ayo sini mama anterin ke dalam sekolah, pasti kamu bingungkan?", kata mama dengan lembut.

Aku berlari menuju pelukan mamaku, kupikir mama akan pergi berangkat ke kantor, ternyata ia menyita waktunya untuk mengantarku sekolah. Aku usap air mata yang mengalir dari mataku dan...

"Ini kenapa masih ada iler?", tanya mama.

"Eum... Ketiduran pas pakai sepatu?", kataku.

"Yaudah ayo masuk.", kata mama dengan lembut.

Aku dituntun menuju ke tata usaha, maklum masih merupakan anak baru. Aku perhatikan satu demi satu kata-kata yang ada di lukisan pada dinding sekolah, untuk menghilangkan nervous ku.

Sesampainya di tata usaha, aku membaca di depan pintu tertulis untuk mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk serta jangan lupa akan ucapan, "permisi pak/bu".

Aku mengikuti instruksi tersebut...

Tok tok tok

"Permisi bapak dan ibu?", ucapku dengan alimnya.

Saat aku memasuki ruang tata usaha, sapaan hangat langsung terdengar di telingaku,

"Selamat pagi, mari silahkan, Keysa ya?", ujar salah seorang pengurus tata usaha,

"Nama saya Pak Anton", ujarnya.

"O-oh, iya selamat pagi om Anton.", balasku.

Satu ruangan tata usaha dipenuhi oleh tawa karena satu kata yaitu, "om".

Maklumlah saya orang desa yang datang ke kota dengan tujuan untuk menimba ilmu.

Lalu akupun bertanya, "haha... Om Anton, saya kelasnya dimana ya?"

"Um... Ini kamu kelasnya di 5E ya..., Wali kelas kamu namanya Bu Susana.", kata Pak Anton.

"Eh halo, kamu Keysa ya, murid pindahan itu?", ujar seorang wanita dari balik punggungku.

"Eh, nggih bu...", jawabku spontan.

"Saya, Bu Susana, koe ki wong Jowo yo?(kamu itu orang Jawa ya?)", balas Bu Susana.

"Nggih Bu. (Iya Bu)"

Lalu akupun dituntun menuju ke kelas 5E, selama berjalan, kakiku gemeteran.

Aku takut kalau sesampainya aku di kelas, aku bisa saja dibully. Lalu aku menghilangkan semua pikiran negatifku dan berpikir aku akan menjadi sedikit sokap.

*Sokap : Sok Akrab

"Ayo Keysa masuk ke kelas, banyak kok temennya, Tammy tolong urus ini ya, anak barunya.", ujar Bu Susana.

"Santai Ibu, HAIII NAMA AKU TAMMYYY NAMA KAMU SIAPAAAAAA???", sapa Tammy sambil mengadahkan tangannya kepadaku hendak berkenalan.

Gila, sumpah gila, baru pertama kali aku menginjakkan kakiku di tanah Tangerang ini dan sudah kurasakan gendang telingaku hendak pecah, seisi kepalaku bergema suara nguing nguing.

Sambil kupegang telingaku, kuarahkan tanganku kepadanya untuk berkenalan, "I-i-iya, hai nama aku... Keysa Yovinthia, biasa dipanggil Keysa..."

"WAHHH HAIII, AKU TAMMY WAKIL KETUA KELAS 5E!!!", serunya dengan bersemangat.

Aku berjalan menuju ke dalam kelas itu, tak sabar menelusuri kelas itu. Aku diajak untuk duduk bersama seorang perempuan...

"Haiii murid baru ya??", tanyanya.

"Iya, nama aku Keysa", jawabku.

"Ohh hai key, nama gue Jessicca Milla Gross, panggil aja gue Jesgross soalnya ada Jessica yang lain, namanya Jessicca juga, tapi dipanggil Jecu.", jelasnya.

"O-oh, oke deh", jawabku grogi.

Di sebelahnya masih ada banyak murid yang mau berkenalan, banyak sekali yang menyapaku, tapi aku tak hapal nama mereka satupun, yang kuhapal adalah Tammy dan Jesgross.

Tammy mengingatkanku akan pemain biola terkenal bernama Tamara.

Dari awalnya sejak aku menyentuh kursi itu, aku sudah duduk dengan manis, tanganku kulipat di atas meja dan aku hanya bisa melihat ke depan dan ke bawah meja.

Hari pertama ini kujalani dengan ya... lumayan lah, banyak teman yang mau berkenalan denganku, meskipun aku tak banyak mengingat nama dari mereka.

Kringggggg

Bel pertamapun dimulai dan katanya sih pelajaran pertama itu matematika.

"Key, hati-hati guru matnya galak.", ujar Jesgross.

"Bukannya semua guru mat galak?", tanya ku denga polos tanpa kusadari, aku berbicara terlalu kencang.

"HAHAHAHAHAHAHA GILA TUH ANAK BARU, MASIH BARU UDAH BERANDAL GITU", teriak salah satu murid di belakang.

"Siap!", teriak ketua kelas.

Kami semua langsung berdiri,

"Memberi Salam!", teriak wakil ketua kelas yaitu Tammy.

"Selamat Pagi Bu Ida! Selamat pagi teman-teman!", kami serontak menjawab seperti itu, dan aku mengikutinya saja.

Dalam hatiku, aku berharap agar tidak ada yang mengingatkan jika ada murid baru agar tidak perlu berkenalan soalnya

"Bu, ada murid baru tuh bu, paling depan!", kata salah seorang murid.

Hah?! Dunia seolah berputar terbalik, aku merasa pusing, mual, dan itu artinya aku sedang grogi. Aku beranjak berdiri dari tempat dudukku dan maju ke depan.

"Nama kamu siapa?", tanya Bu Ida.

"Nama s-saya, Keysa Yovinthia, biasanya dipanggil Keysa."

"Bisa kamu kasih tau lebih?"

"U-um, saya bisa main piano sama biola?", jawabku ragu.

"Kamu tinggalnya dimana Key?", tanya Bu Ida lagi.

Aduh, mampus gue ga hapal alamatnya lagi, hanya itu yang terpikir dalam benakku.

"Ng-nggak tau Bu"

Gila Key, gila, baru hari pertama, dari desa, udah kayak anak ilang di dalam sekolahan dan lu ga tau alamat rumah lu dimana? Luar binasa.

Serontak, satu kelaspun tertawa, aku hanya bisa tersipu malu merasakan keadaan dan situasi seperti ini, rasanya aku ingin lari pulang ke kos-kos an ku.

"Oke Keysa silahkan kembali ke tempat dudukmu.", kata Bu Ida.

Aku melihat muka teman-teman ku satu persatu. Hampir semuanya bermuka layaknya seperti orang Chinese, dan aku, iya aku, hanya satu-satunya orang yang bermuka layaknya orang desa.

Ketika jam pelajaran telah usai, tibalah waktu yang paling kucintai seumur hidupku, yaitu waktu makan, eh, maksudnya waktunya istirahat, iyap itu adalah waktu favoritku serta waktu terawkward buatku.

Aku mencoba untuk bergaul, sampai aku diajak untuk makan bersama dengan teman-temannya Tammy.

Mereka ada Putri, Anggela, Cheryl, dan Tammy. Wajah mereka, cantik-cantik, rasanya aku ini sampah dibandingkan dengan mereka. Putri adalah ballerina kelasku, yang bertubuh bagus, berparas cantik, serta sikap yang unexpected banget.

Anggela, pemain basket handal, berkacamata, berparas cantik, tapi tubuhnya kecil, ia juga jago dalam matematika.

Cheryl, bawel, berparas cantik juga of course, sangat bergaul dengan guru, dia menyebutkan bahwa nama teman dekatnya adalah Fika. But, sangat disayangkan Fika nggak masuk dihari pertama.

And the last but not least, Tammy. Kita merasa cocok satu sama lain, dia berparas cantik like the other's, dia pinter banget, dan kita juga deket di waktu pertama berjumpa.

Dia mengenalkan aku dengan si ketua kelas, namanya adalah Julian Sudianto. Aku sempat salah dengar, "Hah, Giant?", tanyaku.

Tammy tertawa berbahak-bahak, karena ya memang ketua kelas kami ini, gendut, tetapi ramah dan juga pintar.

Dan tanpa disangkapun, aku dekat dengan semua anak di kelas 5E ini, mereka semua friendly, dan mereka bisa menerima diriku apa adanya. Aku bukan anak yang populer sih, olah raga gak begitu jago, begitu pula pelajaran, ah aku sungguh cupu dalam pelajaran. Tapi jangan salah sangka jika aku ini anak yang cupu, aku masih bisa menggambar, menari, dan juga memainkan alat musik.

Itu memang sudah menjadi hobbyku sejak kelas 3, karena kegiatan itu yang memenuhi my free time. Dari dulu aku lebih memilih bermain piano, dibandingkan dengan belajar. Maka dari itu, aku cukup dikenal baik serta dipercaya oleh guru Bahasa Indonesia serta guru musikku untuk memainkan lagu.

Waktupun berjalan, sudah satu semester kulalui di kelas 5, yang sampai pada akhirnya tahun ini kami semua naik ke kelas 6, dan harapan yang ku tulis bersama Tammy terkabulkan. Kami sekelas.

"WAH KITA SEKELAS LAGIII!!!", seru Tammy.

"Hehe yeshhh"

Kelas 6 adalah moment yang paling menentukan untuk aku dan Tammy, kami berharap di kelas 6 nanti, kami akan lulus UN dengan nilai yang sangat amat memuaskan.

Dan aku juga berharap bisa mendapatkan ranking at least, sepuluh besar ya, karena aku ini anaknya ya ga pinter-pinter amat.

Tapi itu mengurangi kepercayaan diriku, karena ada satu anak, yang sudah terkenal jenius dikalangan satu angkatan, katanya sih... Hmm... Namanya Ming-Ming.

Hal yang paling mengejutkan adalah... Wali kelasku adalah Bu Ida. Ingat bukan guru yang kubilang galak? Iyap guru matematika. Umpungnya di hari pertama masuk sekolah ini, kami tidak perlu berkenalan, hanya perlu membuat label nama agar kami bisa dengan mudahnya menyebut nama-nama teman kami.

Sebenarnya sudah berulang kali Tammy menanyakan hal yang sama kepadaku, tetapi tahun ini rasanya sangat amatlah berbeda,

"Ada yang kamu taksir gak, Key?"

Aku mencoba melirik ke sekitar kelas, dan inilah dimana kisahku akan segera dimulai.

avataravatar