webnovel

BAB 49. SAYANG...

"Saya tidak pernah bercanda dengan perasaan saya." jawab Aryo tegas

Ya.. Ya aku sangat percaya orang semacam Aryo memang selalu serius dengan hidupnya. Entah kenapa aku bisa jatuh cinta dengan orang semacam itu, sedang dulu karakter membosankan semacam itu selalu kuhindari.

Aku memandang wajahnya dengan kepala tetap menggelayut di pangkuan Papa.

"Dia adalah kesayanganku." kata Papa sambil mengelus kepalaku. "Beberapa waktu lalu aku berada dalam kesulitan. Aku tidak berpikir kalian akan seserius ini."

Ditundukkan kepalanya dan menatapku yang masih dipangkuannya.

"Bahkan sebentar lagi dia akan melahirkan anakmu. Dia adalah gadis kecilku. Aku selalu memanjakannya. Dia terkadang sangat liar..."

Hmm... Ternyata gadis van Jurrien ini tidak terlalu beda jauh denganku.

"Aku sudah tahu bahwa kaulah yang menolongnya sewaktu dia tenggelam." lanjutnya, "Aku tidak pernah berpikir Margaret akhirnya bisa memutuskan sesuatu yang sangat serius."

Suaranya semakin terdengar menyedihkan.

Aku menegakkan kepalaku dan menggenggan kedua tangannya.

"Papa, aku mencintai Aryo." ucapku. "Sungguh. Aku tidak pernah seserius ini dalam hidupku."

Ini benar. Aku sebelum menjadi gadis van Jurrien dan bertemu dengan Aryo, bagiku lelaki hanyalah bagian kecil dari hidupku. Aku beberapa kali berpacaran, dan tak satupun yang benar-benar serius. Aku bahkan terlihat biasa saja, saat melihat mereka patah hati karenaku. Tapi Aryo, entah apa yang sudah terjadi kepadaku. Aku sudah kehilangan rasionalitasku. Aku rela melakukan sesuatu yang sebelumnya tak pernah sekalipun ada dalam benakku, yaitu hamil dan memiliki anak.

"Margaret.." tegur Papa pelan, "Ini sudah terlalu larut. Kau harus istirahat. Biar Aryo menemaniku.."

"Ik voel me goed, papa." bantahku.

"Jangan egois, pikirkan anak yang ada di kandunganmu." sahut Papa

Aryo menatapku tajam.

"Ini waktumu beristirahat. Aku ingin dia terlahir sehat dan hebat." kata Aryo lembut sambil menarik lenganku.

Membimbingku menuju ranjangku. Dan menyelimutiku dengan sangat hati-hati.

Aku membayangkan Aryo akan memberikan sebuah kecupan selamat tidur dikeningku atau bahkan di bibirku. Nyatanya dia berlalu begitu saja dan kembali duduk di sebelah Papa.

Papa memintanya untuk mematikan salah satu kandelier yang dekat dengan ranjangku agar aku bisa tertidur dengan baik.

Aku memiringkan badanku untuk melihat kearah mereka. Mereka terlihat bicara dengan cukup intim.

Apa yang masih ingin Papa bicarakan kepada Aryo?

Ini sudah lewat tengah malam.

Dan bagaimana mungkin mereka memintaku tidur, sedang mereka berdua bercakap-cakap di ruang yang sama denganku.

"Baru kali ini aku berbicara kepadamu dengan benar."

Aryo hanya mengangguk. Tanpa menjawab apapun.

"Margaret sangat cantik, kan?"

"Ja meneer." jawab Aryo.

"Apa kau menyukainya karena kecantikannya?"

"Saya mengagumi kecantikannya, tapi saya mencintai dia karena pribadinya. Dia sungguh berbeda dengan wanita-wanita yang lain yang pernah saya kenal. Bagi saya dia sangat luar biasa. Saya mencintai karena dia apa adanya."

Papa menganguk-angguk

"Dia memang istimewa." ujarnya memandangiku

Aku berpura-pura memejamkan mataku.

Tapi sepertinya Aryo tahu betul aku belum tidur.

"Dia sangat istimewa, sejak dia dilahirkan."

Papa tersenyum kecut seakan ada sesuatu yang menyakitkan yang tidak mampu dia ungkapkan.

Tiba-tiba Papa berdiri.

"Aku akan tinggalkan kalian. Kuncilah pintu kamar ini. Dan segeralah pergi. Ini terlalu berbahaya."

Papa melihat lagi kearah Aryo.

"Aku akan menemuimu lagi besok. Utusanku akan memberitahukan tempatnya."

"Ja meneer." sahut Aryo dengan menundukkan kepalanya untuk memberi hormat.

Papa berjalan gontai meninggalkan kamarku.

Ditutupnya pelahan pintu kamarku. Aryo mengikutinya dan mengunci pintu tersebut.

Aryo kembali berjalan menuju kearahku.

"Sayang..." panggilnya pelan.

Hah, sejak kapan dia mengenal kata itu. Tidak pernah dia memanggilku seperti itu sebelumnya.

"Heb je geslapen?" bisiknya di telingaku.

Aku menarik wajahnya dan menempelkan bibirku di bibirnya.

"Apakah kau masih ingin melanjutkan hukumanku?"

Next chapter