Pria itu berbicara dengan wajah serius.
Aku berjalan pelahan tanpa suara mengikuti dan mendengarkan pembicaraan mereka.
Aku sempat mendengar bahwa Daniel sudah mengamuk karena aku menghilang. Daniel memprotes ke keraton dan bahkan membawa prajurit ke rumah Aryo. Daniel menuduh Aryo telah melarikanku. Dan lebih buruk lagi, ibu Aryo ditahan sebagai jaminan.
Seketika aku merasa limbung. Aku merasa bersalah luar biasa. Aryo sama sekali tidak melarikanku. Aku sendirilah yang kabur, kenapa harus orang lain yang bertanggung jawab.
"Aryo!" panggilku.
Kedua pria itu menoleh bersamaan kepadaku.
"Aku akan kembali." kataku sambil menghela nafas panjang.
Kugigit bibirku. Aku bingung apa yang harus kulakukan untuk memperbaiki keadaan ini.
"Aku akan sampaikan ke Daniel untuk menceraikanku. Dan kita bisa bersama."
Apakah bisa semudah itu? pikirku tidak yakin.
Ya, aku bahkan sama sekali tidak yakin dengan kata-kataku. Seandainya bisa semudah itu, aku tidak mungkin melakukan ini semua. Tapi aku harus kembali agar Ibunda Aryo dapat dibebaskan.
"Nee, Margie!" tolak Aryo. "Ik weet niet wat die eikel met je zal doen! Aku tidak ingin kamu dalam bahaya." (*Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan lelaki brengsek itu kepadamu!)
Wah, ternyata Aryo mampu berkata-kata kasar. Baru kali ini aku mendengarnya. Semarah apapun biasanya dia masih mampu mengontrol kata-katanya.
"Aryo..." sahutku, "Ibu tidak bersalah. Kenapa dia yang harus menanggung kesalahanku."
Aku menarik nafas panjang. Menatap matanya yang penuh kepedihan.
"Aryo, sungguh aku akan baik-baik saja." ujarku sambil tersenyum
Aku kembali teringat perlakuan Daniel kepadaku.
Aku bahkan tidak yakin akan baik-baik saja. Tapi aku tidak ingin Aryo semakin khawatir denganku.
"Daniel tidak akan berani macam-macam kepadaku."
Akupun juga ingin meyakinkan diriku bahwa aku akan baik-baik saja.
Aryo memandangiku cukup lama.
Ya, dia tidak yakin dengan kata-kataku.
"Aku akan mengantarmu kembali." katanya kemudian. "Tapi bukan untuk memyerahkanmu kepadanya. Aku ingin mereka semua tahu bahwa kamu adalah istriku."
"Tidak! Aku kesini karena kemauanku sendiri. Aku tidak ingin melibatkan siapapun atas tindakanku. Termasuk kamu." ujarku sambil menunjuk dada bidangnya. "Aku akan menyelesaikan urusanku dengan Daniel. Selama ini dia belum menyentuhku. Walaupun marah luar biasa, tapi dia tidak pernah berbuat lebih jauh."
Ya, dia hanya menamparku, membenturkan kepalaku dan semacamnya. Tapi tentu itu tidak perlu kuberitahukan kepada Aryo. Bisa-bisa Aryo akan menghunus pedangnya kepada Daniel.
Aah... sial sekali. Aku benar-benar merasa bersalah. Rasanya aku sudah banyak berbohong kepada Aryo. Tapi sungguh aku tidak ingin menambah masalahnya.
"Tapi.."
Aku tempelkan telunjukku ke bibirnya untuk menghentikannya bicara.
"Kita akan menyelesaikan bersama-sama." ujarku. "Tapi kepergianku kali ini, aku tidak ingin kamu tampak terlibat."
Karena memang Aryo tidak membantuku sama sekali untuk kaburku kali ini.
"Jadi..." lanjutku ".. Aku ingin tunjukkan pada Daniel bahwa kamu benar-benar tidak terlibat. Aku akan pulang sendiri."
"Bagaimana?" tanya Aryo tidak puas
"Seperti aku kemari. Aku akan kembali seperti itu juga."
Aku melihat kearah pria yang bersama Aryo.
"Bawa ndoro mu pulang. Dan jangan pernah sebutkan bahwa kamu bertemu denganku." ujarku dalam bahasa Jawa.
"Inggih, Den Ayu." sahutnya sambil memberi hormat kepadaku.
Aryo memandangku tidak senang.
"Kamu kembali dulu!" perintah Aryo kepada pria itu.
Aryo menarikku kembali kedalam pondok.
"Margaret, aku tidak bisa membiarkanmu seperti itu."
Aku memandangnya. Memandang mata yang hitam dan dalam. Mata yang telah membuatku tenggelam hingga terasa tak mampu lagi menapak logika.
"Margaret!" tegurnya.
Ya, aku tenggelam dalam lamunanku. Aku sedang menikmati keindahan Tuhan yang ada di hadapanku.
"Aryo.. Geloof me!" (*Percayalah)
Walaupun aku juga ragu.
Hidupku saat ini adalah keajaiban. Jadi bukankah aku masih boleh berharap akan ada keajaiban lagi untukku.
"Bagaimana aku bisa tahu kamu baik-baik saja?" tanyanya memaksa.
Bibirnya bergetar memandangku penuh kekhawatiran. Ditariknya tubuhku dan dipeluknya dengan erat.
"Margaret, kau membuatku khawatir. Sungguh! Rasanya hampir gila memikirkanmu bersama Daniel." ujarnya penuh emosi.
Dia berhenti untuk menarik nafas panjang. Diciuminya puncak kepalaku.
"Aku tidak ingin lagi kita terpisah. Aku...."
Aku lepaskan pelukannya. Kutelangkupkan kedua tanganku diwajahnya. Kutarik kepalanya dan kukecup lembut bibirnya.
"Aku akan kembali untukmu." ujarku sambil tersenyum.
Dia merosot dan berlutut dihadapanku. Diciuminya perutku.
"Jaga ibundamu, sayang."
Dielusnya lembut perutku yang mulai menggembung. Ada yang menggenang di pelupuk mataku.
Tidak! Aku tidak boleh menangis lagi dihadapan Aryo. Aku tidak ingin dia khawatir.
"Aku harus segera kembali." sahutku sambil menekan keras air mataku yang hampir jatuh.
Kami baru saja bersama. Kami baru saja merasakan keindahan cinta. Tapi begitu cepat semua harus berakhir.
Bukan berakhir! seruku dalam hati. Aku tidak akan berhenti untuk berjuang.
Kuharap Aryo pun akan mau berjuang bersamaku.
Thanks untuk komen dan reviewnya... Saya akan tetap menantikannya.
Mungkin tulisan ini masih penuh typo, tapi saya akan terus mencoba untuk lebih baik. Thanks a lot buat para readers tercinta. You mean so much to me. Love you all