webnovel

Mama (Bu Pratomo)

Apa yang terlintas dipikiran kalian ketika mendengar kata "Ibu mertua"? Cerewet, galak, keras, perasaan takut.. atau mungkin seperti apa yang kurasakan terhadap Mama. Walaupun aku memanggilnya dengan sebutan Mama, tetapi aku tidak dapat bersikap pada beliau layaknya aku bersikap terhadap Papa (orangtua kandunganku). Terhadap Papa, mungkin aku terbiasa membantah, beradu argumen, bersikap keras kepala, dan Papa juga sudah sangat mengenal sifat manjaku itu, yang mungkin jarang aku tunjukkan kepada orang lain, kecuali dia benar-benar dekat denganku. Bukan berarti aku mempunyai hubungan yang buruk (tidak dekat) dengan Mama, hanya saja terhadap beliau aku sedikit membatasi diri. Satu hal.. mungkin beliau termasuk orang yang aku segani. Ya, seperti itulah hubunganku dengan Mama. Meskipun Mama sangat baik, bahkan terlalu baik malah.. Beliau selalu memperlakukanku layaknya anak kandungnya sendiri (tidak pernah pilih kasih antara aku dengan Ryan). Namun disisi lain, tetap saja aku tidak bisa begitu akrab dengannya layaknya aku akrab dengan Papaku.

Hari itu aku terus memikirkan perkataan Ryan, mama yang akan pulang.. Lalu, bagaimana hubunganku dengan Ryan nanti akan berjalan kedepannya? Apa Ryan akan tetap memaksaku menikah, meskipun nantinya Mama tidak merestui hubungan kami..?

Sementara itu dikamar Ryan, Mama yang melihat Ryan tertidur pulas kemudian mengigaukan nama panggilanku (Sayang), beliau tiba-tiba menghentikan gerakan tangannya yang mengusap kepala Ryan tadi. Sesaat kemudian Ryan terbangun dari tidurnya dan terlihat seperti terkejut melihat Mama yang ada disana dan bukan aku.

"Ma.." sapanya sambil terbangun

Mama pun tersenyum menatapnya.  Sesaat kemudian,

"Kenapa? Pasti tadi ngira Lena ya yang ngusap-ngusap kepala kamu begini?"

"Ee.. Enggak.." Ryan memaksakan tersenyum

"Mama kapan pulang?" tanya Ryan kembali mencoba mengalihkan situasi

"Yah.. bagaimanapun kamu pasti lebih merindukan mantan istrimu itu dibandingkan dengan Mama.." ucap Mama dengan nada sedikit kecewa

Ryan tiba-tiba terduduk. Lalu dia kemudian memeluk perut Mama sambil berkata,

"Siapa bilang? Mama tetaplah yang nomor satu.. Kalau gak ada Mama, Ryan gak bakalan ada didunia ini.." sambil Ryan kemudian mencium pipi Mama

Mama terlihat tersenyum. Sesaat kemudian dia mencubit pipi Ryan hingga membuatnya sedikit meringis.

"Mama senang dari dulu kamu gak berubah.. Tetap menjadi anak manja Mama satu-satunya yang paling Mama sayang.." ucap Mama masih sambil mencubit pipi Ryan (belum melepaskannya sedari tadi)

Kemudian,

"Terus gimana Lena?"

Ryan sedikit terkejut ketika Mama mulai menanyakannya tentangku.

"Mama tahu, kamu selama ini terus menerus mengawasinya kan.. 24 jam tanpa sepengetahuan Mama?"

"Ma, Ryan gak.."

"Mama tidak keberatan, jika kamu memang ingin kembali rujuk sama Lena.."

"Mama serius..?" tanya Ryan seketika menjadi antusias dan senang

Mama pun kemudian tertawa melihat tingkah pola anaknya itu.

"Maa.." ucap Ryan tidak senang karena mengira bahwa Mamanya telah mempermainkannya

"Ryan mohon, Mama tolong beri restu kami untuk kembali bersama.. Ryan mencintai Lena, Ma.. Tanpa Lena hidup Ryan itu gak lengkap.."

"Ryan janji sama Mama.. ini terakhir kalinya. Ryan gak akan buat masalah yang macam-macam lagi kayak dulu. Ryan akan menjaga pernikahan Ryan sama Lena sampai Kakek Nenek.. Sampai Oka nanti ngasih cicit yang banyak buat Mama.."

Melihat tidak ada satu pun ucapannya yang direspon oleh Mama, Ryan kembali memohon.

"Maa.." ucap Ryan kembali memelas dengan wajah khasnya

"Baiklah.."

"Jadi Mama setuju?" tanya Ryan kembali sambil tersenyum senang

"Mama belum bilang Mama menyetujuinya.."

"Terus maksud Mama tadi?"

"Mama akan berikan kalian berdua kesempatan.."

Ryan terlihat mengernyitkan keningnya saat itu. Dia terlihat bingung.

"Besok bawa Lena kemari, Mama ingin berbicara dengannya.."

"Bener ya Ma? Ryan akan bawa Lena kemari.." Ryan kemudian menghentikan kata-katanya.

"Tapi Mama gak akan buat yang macam-macam kan buat nyudutin Lena.. atau nanti Mama malah nyuruh Lena menjauh dari Ryan.."

"Kamu segitu curiganya sama Mama, sampai kepikiran nuduh Mama bakalan ngelakuin hal itu ke Lena.."

"Janji dulu.." desak Ryan

Mama terlihat menarik nafas panjang saat itu. Kemudian,

"Mama janji.." ucap Mama

"Janji apa?"

"Gak akan nyudutin Lena dan gak akan maksa dia buat ninggalin kamu.."

Ryan lalu kembali memeluk Mama. Dengan perasaan bahagia, dia kembali berkata

"Makasih ya Ma.. Ryan senang Mama mau ngerestuin kami lagi. Besok Ryan akan bawa Lena kemari buat nemuin Mama.. Lena pasti senang."

Namun saat itu, ekspresi Mama terlihat sedih. Dalam benaknya dia berpikir,

"Mama berjanji seperti itu padamu, bukan berarti Mama tidak akan bertindak pada Lena. Mama hanya tidak suka, melihatmu yang begitu tulus dan sangat dalam mencintainya, sedangkan perasaannya padamu hanya setengah-setengah saja.."

"Maafkan Mama Ryan.. Mama hanya tidak ingin kamu terluka. Mama tahu kamu sangat mencintai Lena. Akan tetapi, kalau perasaan Lena terhadapmu tidaklah sama.. kamu nantinya yang akan terluka pada akhirnya."

"Mama akan sangat senang jika keraguan Mama ini salah dan kalian bisa kembali rujuk seperti dulu, tapi jika tidak.. lebih baik kalian berdua tidak usah kembali bersama.."

Sepanjang dini hari, Ryan terus saja mengobrol dengan Mama. Dia mulai menceritakan bagaimana usahanya yang terus menerus mengawasiku secara diam-diam. Bahkan, tanpa sepengetahuan dariku, dia turut membantuku menjalani bisnis cateringku itu.

Mulai dari aku yang bersikap dingin dan menolak untuk bertemu dengannya pada saat hari ulang tahunku, sampai kemarin ketika aku akhirnya mau menerima lamarannya.. tidak ada satupun hal yang tidak diceritakan Ryan kepada Mamanya. Seperti itulah kedekatan antara hubungan Ryan dengan Mama, kecuali satu hal.. dia tidak menceritakan masalah aku yang sempat diculik oleh Roy dan keterlibatan Aris disana yang juga turut membantuku. Ryan hanya tidak ingin, gara-gara hal tersebut nantinya Mama akan kembali mempertimbangkan niatannya yang akan mengajakku rujuk.

Setelah beberapa saat mengobrol, akhirnya Mama pun pergi keluar kamar meninggalkan Ryan. Dan pada saat itu Mama,

"Aku ingin kau mencari data tentang seseorang.." ucap Mama pada salah seorang asistennya

Ternyata Mama mau mengetahui nomor kontak Shina pada waktu itu.

Siang harinya, dia lalu menghubungi Shina.

"Halo?" sahut Shina saat menjawab telepon

"Ini aku. Bisa kita bertemu? Ada beberapa hal yang ingin kutanyakan padamu.."

"Bu Pratomo??!" respon Shina terkejut

"Iya. Apa kau ada waktu siang ini?"

"Maaf, tapi aku sudah tidak ada lagi urusan dengan anak anda Ryan.."

"Ini bukan masalah Ryan.."

"Lalu.. Rani? Anda ingin bertemu dengan Rani.. cucumu?" tanya Shina kembali memprediksi

"Cucuku? Heh, apa Ryan tidak memberitahukannya padamu? Rani itu bukan cucuku. Jadi kau jangan berani mengada-ngada dengan mengatakan hal itu didepanku.."

"Apa maksud anda berkata demikian? Memang benar kenyataannya Ayah Rani itu Ryan. Bahkan Ryan juga tidak membantahnya waktu itu.." ucap Shina kesal, tidak terima.

"Kalau memang benar Rani itu cucuku.. sekarang juga kau lakukan tes DNA dan pastikan bahwa memang benar dia itu cucuku dan ayahnya itu Ryan."

Shina begitu terkejut mendengar ucapan tersebut. Dia masih percaya bahwa Rani memang anak kandung Ryan dan Bu Tomo hanya mengada-ngada karena dia sangat membenci dirinya.

"Sekarang juga aku bisa membuktikan bahwa Rani itu bukan cucuku. Aku akan mengirimkan surat Rumah Sakit yang menyatakan dia bukanlah anak kandung Ryan.."

Shina yang masih belum percaya dengan perkataan Bu Tomo kemudian memilih merespon,

"Baiklah, kita bertemu siang ini.."

"Bagus. Nanti aku akan mengirimkan detail lokasi dan jamnya.."

"Baik." jawab Shina

Lalu Mama pun mengakhiri panggilannya.

Next chapter