webnovel

Hambatan Kami

Pagi itu Ryan.. ketika aku sedang menyiapkan sarapan untuknya, dia tiba-tiba datang dan langsung memelukku dari belakang.

"Mas..!" sapaku terkejut ketika tiba-tiba dia melingkarkan tangannya ditubuhku.

Saat itu dia terus memelukku sambil menciumi rambutku. Aku pun kemudian berbalik,

"Mas sarapan dulu ya. Ini udah aku buatin sayur bening sama telur dadar. Setelah ini aku mau pergi kedapur untuk menyiapkan pesanan catering.."

"Apa harus kamu yang nyiapin itu semua Sayang? Katanya ada yang udah gak sabar mau pergi ke KUA sama aku besok.." ucapnya menyindirku

"Kapan aku ngomong gitu?"

Sambil tersenyum dan memainkan matanya, Ryan pun menjawab,

"Kemarin malam kan.. waktu kita.."

Aku yang mulai merasa malu dan tidak nyaman mengingat peristiwa itu kemudian langsung mencubit perutnya hingga membuat Ryan meringis kesakitan.

"Aaww.."

"Kamu seneng banget sih nyubit perut aku. Sakit Sayang.. Geli.." ucap Ryan sambil berusaha menghindar

Ryan kemudian memegang tanganku (berusaha menghentikannya).

"Terus kapan kamu mau ngurus itu semua sama aku? Aku mau mulai nanti malam kamu udah pindah ke apartemen. Kita tinggal bareng-bareng lagi bertiga sama Oka.."

Sambil mengecup singkat bibirnya,

"Iya, nanti Mas.. Saat aku sudah mengurus semua kerjaanku disini. Masih ada beberapa hari lagi sampai batas kontrak cateringku itu berakhir.."

Kemudian aku pergi meninggalkannya untuk menghidangkan sarapan kami di meja makan. Sementara itu, Ryan yang tidak setuju dengan ucapanku,

"Tapi Sayang? Sayang..?" ucap Ryan sambil mengekoriku

"Sayang, sebenarnya kamu gak perlu repot-repot loh buat nyediain sarapan buat aku kayak gini. Aku lebih seneng kalau kamu bisa lakuin "ritual" pagi kita dibandingkan harus nyiapain semua sarapan ini untukku.." ucapnya kembali ketika dia mulai duduk dimeja makan

"Kalau Mas tidak mau memakannya yasudah.. Aku juga bisa menghabiskan ini semua sendiri.." balasku tidak senang

Ryan yang mulai menyadari perubahan moodku itu pun kemudian langsung mengambil makanannya dan mulai memakannya. Saat itu aku tidak dapat menahan senyum diwajahku melihat tingkahnya yang seperti itu. Kemudian,

"Oh iya Mas. Kamu udah bilang ke Mama mengenai hal ini? Aku mau sebelum kita ngurus semua itu, kamu udah minta izin dulu ke Mama sama Papa.."

Ryan mendadak menghentikan makannya. Responnya saat itu seperti terkejut, mendengar aku memintanya untuk melakukan hal itu. Aku yang penasaran kemudian bertanya

"Kenapa Mas?"

"Apa Papa dan Mama baik-baik saja?" tanyaku cemas

"Kondisi Papa kian hari kian memburuk. Kini ingatannya mulai terganggu. Kadang-kadang dia lupa sama Mama.. Padahal selama ini Mama selalu berada disisinya, menemaninya.." terlihat raut kesedihan diwajah Ryan saat menceritakan itu semua padaku.

"Maafkan aku Mas.. Aku tidak tahu.."

"Tidak apa-apa.." balasnya

Selesai makan Ryan pun pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap. Sementara aku, aku tidak dapat menahan diriku untuk mengecek-ngecek isi ponselnya. Saat itu aku tersenyum melihatnya menaruh foto kebersamaan kami di layar ponselnya. Ryan yang ku tahu, dia tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Memang banyak foto-foto kami tersimpan disana digaleri ponselnya, tapi bukan tipe Ryan untuk menaruh foto-foto tersebut dilayar depan atau sebagai wallpaper dihandphonenya itu.

Aku kemudian membuka isi pesannya. Tidak terdapat hal-hal aneh atau mencurigakan disana. Benar juga, Ryan yang kutahu dia jarang mengirimkan pesan. Dia lebih memilih untuk menelpon atau menghubungi orang tersebut langsung jika dia ingin berkomunikasi dengannya.

Saat itu, aku kemudian melihat beberapa pesan dari Aris. Dari sana aku baru tahu bahwa pada hari itu dia sempat mengancam Aris akan mematahkan kakinya, jika dia melihatnya kembali jalan bersama denganku. Kemudian, aku juga membaca pesan yang dituliskan Mama untuknya. Tadinya aku berniat untuk menyimpan nomor Mama yang baru agar sewaktu-waktu aku bisa berkomunikasi dengannya. Sudah lama sekali semenjak perpisahan aku dan Ryan.. tidak pernah sekalipun aku berbicara dengan beliau. Saat itu, saat membaca pesan dari Mama, aku terkejut. Mama, ternyata dia tidak ingin anaknya itu untuk terlibat lagi hubungan denganku. Aku shock membaca pesan Mama. Mama menuliskan,

"Kamu tidak usah berhubungan dengan Lena lagi. Mama tidak ingin kamu terluka.. Sampai kapanpun Lena masih tetap menyimpan perasaannya pada Aris masa lalunya.. kecuali kamu mau merubah sifat posesifmu itu dan bisa tahan dengan semua kondisinya.. Tapi Mama lebih senang kalau kamu bisa melupakannya.. Dengan kondisi kalian seperti ini (yang masih hidup bertetangga dan saling berkaitan dengan Aris dan juga Shina).. kalian akan terus terlibat konflik-konflik dan pertengkaran.."

"Mama tidak mempermasalahkan jika kamu mau mencari seseorang untuk menikah, tapi mungkin Oka dan Lena akan merasa tersakiti nanti.."

"Kalau kamu ingin menikah, putuskan hubungan dengan mereka berdua dan segera menjauh dari kehidupan mereka.." tulis Mama dalam pesan singkatnya itu

Seperti mendapatkan kabar buruk, hatiku sakit membaca isi pesan Mama yang dituliskan untuk Ryan. Berarti selama ini Mama tidak tahu kalau Ryan selalu berupaya untuk memperbaiki hubungannya denganku.

"Bagaimana ini? Bagaimana kalau Mama nanti tidak merestui hubungan kami?" pikirku bingung

Saat itu tiba-tiba saja Ryan keluar dari kamar mandi. Aku pun kembali meletakkan handphonenya seperti semula.

"Kamar mandi kamu.." ucapnya memasang tampang prihatin

"Nanti aku panggil tukang buat rombak semuanya ya Sayang? Masa gak ada shower, bath up, terus juga toiletnya.. Aku gak habis pikir gimana kamu bisa nyaman mandi tiap hari disini.."

"Kamar tidur kamu juga tuh.. daripada kipas angin, nanti aku pasangin AC aja ya?" ucapnya mengeluh

Aku hanya bisa tersenyum mendengar semua keluhannya. Walaupun sebenarnya hatiku sedang kacau (mengetahui Mama yang kemungkinan tidak akan merestui kami kembali).. tapi gara-gara mendengar keluhan Ryan tadi membuatku sedikit terhibur.

Tiba-tiba suara handphone Ryan berdering, membuatku yang disebelahnya terkejut. Itu panggilan dari Aris, tapi Ryan tidak memberitahukannya padaku. Dia langsung merejectnya saat itu juga.

Bunyi telponnya kembali berdering.

"Angkat saja Mas, siapa tahu penting.."

Tetapi Ryan kembali mereject panggilannya.

"Gak penting sama sekali kok.." jawabnya sambil tersenyum ke arahku

Tidak putus asa, Aris kembali mengiriminya pesan.

"Ryan, bisa kita bertemu sekarang?" tulis Aris dalam pesan singkatnya.

Namun, saat itu Ryan masih belum mau membuka pesannya.

"Jadi hari ini kamu selesai nganterin semua catering itu jam berapa?" tanya Ryan tiba-tiba

"Aku mau suruh orang buat kirimin semua barang-barang kamu disini untuk dipindahin ke apartemen.." ucap Ryan menambahkan

"Mas.. aku rasa lebih baik untuk sementara ini aku tinggal disini dulu.."

"Sampai kita resmi menikah dan menjadi suami istri, baru aku akan kembali tinggal di apartemen bareng kamu sama Oka.."

"Tapi Sayang.." ucap Ryan menolaknya

"Mas.." aku kembali membantahnya

"Kamu gak mau tinggal diapartemen. Kamu juga gak punya waktu buat ngurusin pernikahan kita.. Sebenarnya mau kamu itu apa?" tanya Ryan kecewa dan tidak senang

"Aku mau setelah segala sesuatunya siap.. Mas juga belum membicarakan masalah ini sama Mama Papa kan?"

"Sayang aku kan tadi udah jelasin ke kamu, Papa itu sedang sakit.. Jadi gak mungkin aku minta Mama datang kesini buat restuin pernikahan kita.." ucap Ryan dengan penekanan

Saat itu aku menyangsikan perkataannya. Apakah memang benar karena Papa sedang sakit atau karena Ryan telah tahu bahwa Mamanya itu pasti akan menentang keputusannya untuk kembali rujuk bersamaku.

"Maaf Mas.. tapi sebelum semuanya benar-benar siap, aku gak bisa ngurusin pernikahan kita itu.." dan aku pun langsung memilih pergi meninggalkan Ryan untuk pergi mengurus cateringku.

***Maaf baru update lagi nih

Walaupun telat, tapi author ingin mengucapkan Minal aidin wal Faidzin ya semua readers.. Mohon maaf lahir dan batin🙏😊

Maaf kalau selama ini author sering telat updatenya, mungkin juga sering emosi, ngegas, atau terkesan menyindir kalian dalam balas komen atau nulis tentang sesuatu apapun disini.

Terima kasih sampai sejauh ini masih mengikuti cerita ini dan udah ngedukung author. Dukungan kalian sangat membantu dan mempengaruhi mood author disini dalam menulis cerita ini.

Terima kasih 🙏 semuanya. Semoga gak bosen-bosen ya kalian sama ceritanya😅😊

Next chapter