webnovel

Ryan yang Putus Asa

Di Rumah Sakit tempat Aris dan Shina berada,

"Kau pulang saja. Aku tidak apa-apa sendirian disini.." ucap Aris

"Aku juga tidak apa-apa menemanimu berhari-hari disini sampai kau diizinkan untuk pulang." balas Shina

"Kasihan Rani. Dia sendirian di apartemen."

"Rani sudah besar. Dia pasti akan baik-baik saja. Nanti aku akan menghubunginya." balas Shina

"Apa kau akan bilang kalau aku kembali masuk rumah sakit? Dia pasti khawatir dan ingin segera datang kemari?" ucap Aris

"Tidak perlu mencemaskannya. Kalau kau tidak mau aku mengatakannya, aku tidak akan mengatakannya.. Aku akan bilang alasan lain nanti.."

"Alasan apa?"

"Pokoknya ada. Kau tidak perlu memikirkannya.." jawab Shina

Sambil tersenyum Aris pun kembali berkata,

"Kau.. Apa kau terbiasa melakukannya?"

"Melakukan apa?" tanya Shina

"Mencari alasan lain untuk berbohong.. "

Tanpa menjawab pertanyaan Aris, Shina malah berkata

"Apa kau tidak sebegitu sukanya aku menemanimu disini? Kau selalu saja menyuruhku pulang dan mengusirku dari sini.." ucap Shina tidak senang

"Bukannya seperti itu. Aku hanya merasa tidak enak.."

"Kenapa merasa tidak enak? Kita ini suami istri bukan. Apa menurutmu istri-istri lain akan tidak enak juga jika harus menemani suami mereka yang sedang terbaring di Rumah Sakit? Terlebih jika suami mereka baru saja menyelamatkan mereka dari maut dengan mempertaruhkan nyawanya itu.." balas Shina

Aris terdiam mendengar semua perkataan Shina itu. Kemudian,

"Maafkan aku.." ucap Aris

"Tidak perlu minta maaf. Kau itu terlalu banyak minta maaf dan tidak enakan, seperti aku ini orang lain saja.."

Aris kembali terdiam. Shina kemudian mendekat ke arahnya dan bilang

"Aku hanya ingin kau menjadi terbiasa denganku. Tidak perlu bersikap formal dengan terus menerus meminta maaf dan merasa tidak enakan seperti itu.. Apa kau mengerti?" ucap Shina sambil menatapnya dan mendekatkan wajahnya ke depan muka Aris

Aris gugup kemudian mengangguk menjawabnya. Lalu Shina,

*Cup (Shina mengecup singkat bibir Aris)

"Good Boy.." ucapnya kembali sambil mengelus-ngelus rambut Aris.

Ditempat lain, Ryan yang frustasi.. dia terlihat menghubungi Heru

"Mas Heru.. Dengar, aku ingin kau cari Lena sekarang juga.."

"Cari Lena?" respon Heru terheran

"Iya, lakukan apapun untuk mencarinya. Dia pergi dari rumah dengan membawa pakaiannya.."

"Kalian bertengkar lagi?" tanya Heru

Tanpa menjawab pertanyaan Heru, Ryan berkata

"Aku ingin kau mencari disemua Hotel atau penginapan yang ada di Jakarta dimana keberadaan dia.."

"Tapi Ryan.."

"Pokoknya kau harus menemukannya. Kalau dalam 1x24 jam kau tidak berhasil menemukannya, maka aku tidak akan memberikan gaji bulan depan untukmu." dan Ryan pun langsung menutup panggilannya.

Dia kemudian menghubungi Dodi, sahabatnya yang merupakan intel di kepolisian

"Dod.." sapa Ryan setengah berteriak padanya

"Tolong bantu cari istri gw, dia pergi dari rumah.."

"Lena kabur dari rumah?" tanyanya heran

"Tolong Dod, tolong lw temuin dia. Gw khawatir.. gw takut dia kenapa-kenapa.. Lena itu sedang hamil."

"Tadi itu kita bertengkar hebat. Gw marah.. gw bentak dia.. gw udah ngomong kasar ke dia.. terus dia pergi.. Gw gak nyangka dia bakalan kabur dari rumah sampai bawa bajunya.." Ryan menjelaskan dengan menggebu-gebu

"Tenang.. tenang Yan. Lw jangan panik, Ok?"

"Gimana gw gak panik. Sekarang ini udah malem. Dia mau pergi kemana malam-malam begini.. mana dia lagi hamil.."

"Lw udah coba hubungi dia?"

"Nomor gw di blok. Tadi gw coba hubungi pakai nomor lain hpnya mati.." Ryan menjelaskan dengan frustasi

"Tenang aja, biar hpnya mati kita masih bisa ngecek lokasinya selama dia gak ngeluarin kartu sim itu dari hpnya.." ucap Dodi menenangkan

"Tolong banget ya Dod.. tolong secepatnya lw temuin dia.. gw khawatir.."

"Tapi masalahnya gw lagi dilapangan. Nanti gw minta tolong temen gw disana deh. Oh iya, lw ada data rekeningnya Lena? Kirimin aja ke gw semua.. nanti biar dicek sekalian transaksi terakhirnya dia. Siapa tahu dia gunain kartunya itu buat mesen makanan, hotel, atau alat transportasi.. biar bisa kita tracking jejaknya." ucap Dodi

"Ada.. Ehh, tapi dia ninggalin kartu atm-nya disini. Kartu atm yang gw kasih buat dia.."

"Emang dia gak ada kartu lain?"

Ryan terdiam sejenak memikirkan, Kemudian

"Ohh ada. Gw inget dia ada rekening di bank lain juga.. Bentar-bentar.." sambil Ryan kembali masuk kedalam kamarnya dan mencari-cari buku tabunganku."

Beberapa saat kemudian,

"Ada.." ucap Ryan senang ketika berhasil menemukan semua buku tabunganku itu.

"Yaudah sekarang lw fotoin semua terus kirim ke gw.."

"Iya sekarang gw kirim ke lw. Tolong banget Dod.."

"Iya ya, lw yang tenang Yan. Banyak berdoa semoga Lena cepet ketemu.."

"Makasih banyak Dod."

"Nanti gw kabarin.." ucap Dodi

"Ok." jawab Ryan dan sambungan telpon pun tertutup.

Sementara itu Ryan, setelah berhasil mengirimkan data-data yang tadi disebutkan oleh Dodi, dia pun segera mengendarai mobilnya menuju Rumah Sakit tempat Aris berada.

Setibanya dia di Rumah Sakit, saat masuk ke dalam kamar inap Aris

"Mau apa kau?" tanya Shina ketus sambil mencoba mengahalangi Ryan mendekati Aris

"Aku ingin bicara dengannya.." jawab Ryan

"Masalah apa?" tanya Shina sinis sambil masih memblok Ryan untuk tidak mendekati Aris

"Ryan, semuanya itu salah paham. Aku dan Lena tidak melakukan apapun tadi. Dia itu hanya membantuku untuk duduk karena aku ingin minum.." ucap Aris tiba-tiba menjelaskan

"Aris dengar.. Lena, dia pergi dari rumah. Sekarang aku kebingungan mencarinya.."

Saat itu Shina terlihat seperti tertawa kecil mendengarkan perkataan Ryan. Ryan yang tersadar kemudian kembali meliriknya dengan perasaan tidak senang.

"Apa kau sudah menghubunginya?" tanya Aris

"Aku tidak bisa menghubunginya. Dia memblok nomorku.. Dan ketika aku mencoba untuk menghubunginya menggunakan nomor lain, hpnya tiba-tiba mati.." ucap Ryan menjawab

Shina kembali menertawainya. Dia terlihat senang saat itu.

"Akhirnya.. Karma mulai bekerja sekarang. Bagaimana rasanya diblok oleh Lena, apa menyenangkan Ryan?" tanya Shina meledek Ryan

Selama ini, Shina terus saja di blok oleh Ryan. Akhirnya dia senang Ryan juga bisa merasakannya.

"Apa kau sudah coba menghubungi Karin untuk menanyakannya?" tanya Aris kembali mencoba mengalihkan Ryan yang saat itu sudah mulai terpancing emosinya oleh Shina

"Sudah.. Aku bahkan tadi pergi kerumahnya, tetapi dia tidak ada disana. Karin juga mengatakan Lena tidak menghubunginya sama sekali. Bahkan, dia menyarankan untuk menanyakannya padamu karena kau dulu satu SMA dengannya."

"Dengar Aris, apa kau mengenal teman-teman SMAnya Lena? Apa mungkin Lena sekarang berada disalah satu rumah mereka?" tanya Ryan kembali

"Lena, dia sepertinya tidak mungkin berada di rumah teman-teman SMAnya. Dia.." saat itu Aris tidak jadi melanjutkan perkataannya

"Menurutku hanya Karin teman terdekatnya saat ini." ucap Aris kembali

"Seandainya Lena benar-benar pergi meninggalkanmu dan tidak kembali, mungkin kau akan merasakan bagaimana perasaanku dulu ketika kau meninggalkanku pada saat aku hamil.." Ucap Shina tersenyum sinis

"Ahh.. pas sekali bukan. Kau yang meninggalkanku ketika aku hamil dan kini.. Lena juga meninggalkanmu ketika dia sedang hamil.. Hahahaa.. Karma memang benar-benar nyata, bukan?" ucap Shina puas

Mencoba menetralisir suasana, Aris kemudian berkata

"Lena.. dia itu sebenarnya seorang introvert. Mungkin tidak terlihat jika kita hanya sekedar mengenalnya dari luar, karena dia terlihat seperti seseorang yang supel dan mudah bergaul dengan siapa saja.. tetapi apabila kau telah mengenalnya lebih dalam dan menjadi sahabatnya, maka kau akan mengerti bahwa dia membatasi siapa saja orang yang dapat dekat dengannya.."

"Seperti halnya Karin.. karena Lena sudah nyaman dan menganggapnya bahkan seperti saudaranya sendiri, maka dia akan bersikap manja dan ketergantungan padanya. Mungkin dia juga bersikap demikian terhadapmu sebagai suaminya Ryan.." Aris menceritakan panjang lebar tentang sifatku pada Ryan

Saat itu, terlihat bahwa Shina sepertinya tidak senang saat Aris menceritakan tentang diriku itu. Dia merasa cemburu. Dia terlihat berdehem saat itu

"Ehemm.." sambil Shina melirik Aris

Aris yang melihatnya kemudian kembali merespon dengan berkata,

"Kau hubungi saja Karin kembali. Mungkin saat tadi kau kesana, Lena masih dalam perjalanan dan belum tiba disana.." Aris kembali menyarankan

Dan Ryan pun kemudian menghubungi Karin. Namun sayang, saat itu Karin tidak mau menjawab panggilannya. Shina yang melihat hal itu pun kembali senang dibuatnya.

Kemudian Ryan menuliskan pesan pada Karin,

"Karin aku minta maaf jika aku bersikap kasar dan tidak sopan saat aku ke rumahmu tadi. Tapi tolong beritahu aku dimana Lena berada sekarang."

Tanda dua centang biru, Karin sudah membaca pesannya itu. Dan Ryan kembali mengetikkan sesuatu,

"Aku mohon Karin. Aku bisa gila kalau aku tidak dapat menemukannya.." tulis Ryan kembali dipesan

Mau tak mau, akhirnya Karin pun membalasnya.

"Gw beneran gak tahu Ryan, Lena gak hubungin gw. Gw berani sumpah." balas Karin

"Tadi gw hubungi juga hpnya gak aktif." balas Karin kembali.

Ryan, dia sudah benar-benar putus asa saat itu. Hingga kemudian handphonenya itu kembali berdering.

Ternyata panggilan dari Dodi.

"Halo Ryan.." ucap Dodi

"Lena dia..

Next chapter