webnovel

Titik Terang

Di Apartemen Aris dan Shina

Saat itu, ketika Shina sedang membereskan pakaian Aris. Dia tanpa sengaja menemukan gelang terjatuh disana.

"Apa ini? gelang untukku? Cantik sekali.." ucap Shina sambil meneliti gelang tersebut

"Ternyata dia punya selera yang bagus dalam memilih aksesoris.." pikir Shina tersenyum bahagia

Tanpa berpikir panjang, Shina kemudian memakai gelang tersebut ditangannya. Dengan segera dia lalu keluar kamar mencari Aris, untuk menunjukkan padanya bahwa gelang tersebut telah dia gunakan dan dia sangat menyukainya.

Sementara saat itu Aris, dia nampak terkejut ketika Shina sengaja memperlihatkan pergelangan tangannya untuk menunjukkan gelangnya itu.

"Kau.. darimana kau mendapatkan gelang itu?" tanya Aris terkejut

Tanpa menjawab pertanyaan Aris, Shina langsung memeluk Aris.

"Terima kasih hadiahnya. Aku tidak mengira bahwa kau mempunyai sisi romantis seperti ini Aris. Aku menyukainya.. Sangat menyukainya.." ucap Shina bahagia

Sambil berjinjit mengecup bibir Aris, Shina kembali berkata

"Terima kasih ya.."

"Shina sebenarnya gelang itu.." Aris belum menyelesaikan perkataannya tiba-tiba dipotong oleh Shina

"Aku tahu. Ini sebagai hadiah ulang tahunku, bukan? Ya, masih 5 hari lagi sih, tapi.. perlu kau tahu Aris tanggal lahirku yang sebenarnya adalah 11 November. Aku kelahiran 84.. bukan seperti yang tertera di kartu identitasku itu, 16 Oktober' 82." Shina menjelaskan

Sebenarnya saat itu, Aris bahkan tidak tahu bahwa ulang tahun Shina lima hari lagi. Dia juga sebenarnya ingin bilang bahwa gelang itu bukan sebagai hadiah untuk ulang tahun untuknya, melainkan dia dapat saat dia berkunjung ke rumahku waktu itu. Dia lupa kalau pada saat itu dia memasukkan gelang tersebut kedalam saku celananya.

Akan tetapi, Aris yang tidak ingin membuat Shina kecewa pun berkata,

"Baguslah kalau kau menyukainya.." ucap Aris tersenyum

"Dimana kau membeli ini? Modelnya terlihat tidak pasaran. Kombinasi antara bulan sabit dan kucing.. Apa kau menyukai kucing Aris?" tanya Shina kembali sambil memegang gelangnya

Lena.. dia sangat menyukai kucing. Dan kalau kombinasi bulan sabitnya, itu hanya sebagai aksesoris pelengkap karena menurutnya model itu sangat unik dan cantik.. pikir Aris mengingat alasan mengapa dia dulu membeli kalung dan gelang itu sebagai hadiah ulang tahun untukku.

"Ya dulu.." jawab Aris singkat

"Jadi kalau sekarang kau membencinya?" tanya Shina kembali

"Kalau aku.. aku tidak suka memelihara hewan peliharaan baik kucing, anjing, atau lainnya. Merepotkan.. Mengurus diri kita sendiri saja sudah cukup sibuk dan rumit, apalagi ditambah harus mengurus mereka nanti.." Shina memberikan komentar

"Shina, ada yang ingin kubicarakan denganmu." ucap Aris serius sambil mengajak Shina duduk diruang tengah

Shina merasa sangat tertarik saat itu. Dalam pikirannya, kira-kira hal apa yang akan dibicarakan oleh Aris ini. Dia tadi sudah memberiku gelang ini, apa dia akan mencoba untuk merayu atau menggodaku. Ajakan makan malam bersama mungkin atau.. mendiskusikan sesuatu mengenai ulang tahunku yang tinggal menghitung hari itu.. pikir Shina antusias.

"Shina aku.." Aris terlihat gugup dan ragu-ragu saat itu

Shina yang terlihat gembira kemudian mencoba memegang tangan Aris berusaha menenangkannya.

"Tidak apa-apa.. Katakan saja Aris.. Kau tidak perlu merasa tegang begitu. ."

"Shina aku rasa aku akan pindah dari apartemen ini. Kau tidak keberatan kan kalau kita semua pindah dari sini?" ucap Aris yang membuat Shina terkejut

"Aku sudah memikirkannya matang-matang. Memang fasilitas, kenyamanan, dan lingkungan disini sangat baik. Letaknya juga strategis, tapi aku tetap merasa tidak nyaman dengan kondisi kita saat ini.. Aku yang sebagai mantannya Lena dan kau juga mantannya Ryan. Situasi kita sangat canggung sebagai tetangga bagi satu sama lain.."

"Semenjak kita pindah kemari, selalu ada saja kesalahpahaman dan pertengkaran yang terjadi antara kita dengan mereka. Kita selalu.."

"Tidak.. Aku tidak setuju. Dan aku tidak mau pindah.." tolak Shina tiba-tiba saat memotong pembicaraan Aris

"Kenapa kita yang harus mengalah demi mereka. Seenaknya saja.."

"Hey Aris, kau tahu. Masalah kita dimasa lalu itu merupakan buah kesalahan dari mereka. Mereka yang meninggalkan dan mentelantarkan hubungan kita. Kau yang ditinggal nikah oleh Lena dan Ryan juga yang telah meninggalkanku ketika aku sedang mengandung anaknya Rani.. Kita sudah cukup merasakan semua penderitaan dan ketidakadilan ini. Kenapa sekarang kita juga harus mengalah demi mereka, hah?" ucap Shina tidak terima dan emosi

"Tapi.. Apa kau tidak lihat. Gara-gara kita.. Ah, bukan. Maksudku, gara-gara aku.. gara-gara kesalahpahaman yang aku buat waktu itu, hampir saja membuat mereka berpisah, hingga mau bercerai. Aku tidak mau dianggap sebagai perusak hubungan rumah tangga orang lain (PHO) karena kita masih bertetangga dengannya.."

"Kalau dari awal aku tidak bodoh dan memutuskan untuk tinggal disisinya sambil mengawasinya, mungkin semua hal disini akan baik-baik.. Aku menyesal. Sungguh.. itu adalah keputusan bodoh yang telah kubuat seumur hidupku." ucap Aris frustasi dan bersalah

"Apapun alasannya aku tetap tidak mau dan setuju untuk pindah dari sini. Aku sudah menyukai lingkungan disini, suasananya, fasilitasnya, dan segala macam.. Selain itu, disini juga kita bertiga dapat berkumpul bersama sebagai keluarga untuk pertama kalinya. Banyak sekali kenangan manis dan pahit yang terjadi disini. Aku tidak mau jika harus keluar dan pergi dari apartemen ini Aris.." Shina masih berupaya untuk menolak

"Diluar sana atau dimanapun.. kita tetap akan selalu bertiga sebagai keluarga, Shina. Tidak peduli bahkan jika kita harus pergi meninggalkan apartemen ini.. Kita masih bisa bersama sebagai satu keluarga utuh.."

"Aku tetap tidak mau meninggalkan apartemen ini. Kalau kau mau pergi, ya kau pergi saja, terserah.. tapi aku dan Rani akan tetap tinggal disini.." dan Shina pun pergi meninggalkan Aris yang masih terdiam diruangan itu.

Sementara ditempat lain, terlihat Ryan disebuah restoran yang sedang menunggu Zuriawan untuk membicarakan sesuatu dengannya. Saat itu, tiba-tiba handphone Ryan berdering. Ternyata itu panggilan dari Dodi, temannya yang merupakan Intel dikepolisian.

"Ryan.." ucap Dodi setengah berteriak ketika Ryan mengangkat panggilannya

"Lw kemana aja bro, kemarin-kemarin susah bener dihubungin.." protes Dodi

"Ada masalah sedikit. Bokap gw sakit, jadi gw gantiin posisinya disana.."

"Di New York??" tanya Dodi memastikan

"Iya." jawab Ryan singkat

"Wihh.. Gak ngajak-ngajak ke New York. Gw kan juga pengen kesana. Kali aja nemu jodoh.."

"Makanya berhenti jadi polisi dan jadi pengusaha aja kayak gw.."

"Sialan.. Udah susah-susah masuknya, masa gw keluar gitu aja. Gini-gini kan kita kerja sebagai abdi negara. Terhormat kita.."

"Ya.. yaa.. Terserah.." jawab Ryan cuek

"Bro, jadi lupa kan gw. Ini masalah data yang lw suruh gw buat nyelidikin kemarin. Si Johan.."

"Johan siapa?" tanya Ryan bingung

"Itu.. mantan anak buah bokap lw, yang dulu udah nyabut laporan Zuriawan dipolisi.." Dodi menjelaskan

"Kenapa si Johan?" tanya Ryan penasaran

"Dia itu kriminal Bro.. Dulu pernah ada kasus pemerasan dan penipuan terhadap beberapa orang pengusaha, pejabat.. Gw kaget pas ngecek data-datanya. Dan yang lebih buat gw kaget lagi Yan.. Dia itu bekerja atas perintah atau suruhan bokap lw.." lanjut Dodi yang membuat Ryan terkejut

"Maksud lw apa? Kok lw jadi bawa-bawa bokap gw disini." ucap Ryan marah dan tidak senang

"Santai bro.. santai.." Dodi menenangkan

"Johan, dia itu tangan kanan bokap lw dulu kan? Apa lw tau apa kerjaannya dia sehingga dia bisa jadi orang yang dekat atau kepercayaan bokap lw itu?"

"Sorry kalau gw ngomongin gini ke lw Yan. Johan itu.. semua kasus penipuan dan pemerasan yang dilakukannya terhadap pejabat dan pengusaha-pengusaha itu sengaja dilakukan atas perintah bokap lw. Dan ketika pengusaha atau pejabat itu merasa terdesak atau terhimpit masalah, disini bokap lw berperan sebagai penolong atau relawan yang seolah-olah datang untuk membantunya. Dari sana tentunya bokap lw dapat banyak keuntungan dan bokap lw bisa.."

"Tunggu dulu.. Jadi maksud lw, ini semua sudah diatur sama bokap gw?" tanya Ryan memotong

"Iya. Dugaan gw begitu Yan. Dari nama-nama perusahaan dan data-data nama pejabat disini, semuanya ngelakuin kerjasama sama perusahan bokap lw, Pratomo grup. Dan gw juga curiga, masalah Zuriawan itu juga.. ada sangkut pautnya sama bokap lw.." Ryan terkejut mendengar semua perkataan dari Dodi

Dan yang membuat matanya kembali terbelalak adalah ketika Zuriawan, orang yang sedang dibicarakannya itu tengah berdiri tepat dihadapannya.

Next chapter