webnovel

Kegalauan Ryan

Saat itu ketika Papa menjawab panggilan dari Ryan

"Halo Pa.." sapa Ryan ditelepon

"Pa.. Maaf. Ini semua salah Ryan Pa. Jangan memarahi Lena. Ryan sudah mendengar dari Oka.. Masalah mobil BMW Papa.. Ryan yang menyuruh Lena untuk mengganti mobil Papa dengan mobil yang baru. Ini semua ide Ryan Pa.. Lena bahkan sempat tidak menyetujuinya saat itu, tapi Ryan tetap memaksakannya.."

"Pa.. Ryan mohon Papa bisa memaafkan Lena. Lena tidak salah, dia korban disini. Ini semua gara-gara Ryan. Bahkan, kecelakaan Lena waktu itu juga.. Kalau saja saat itu Ryan mau menjawab panggilannya dan tidak mengabaikannya.. semua itu tidak akan terjadi. Ryan menyesal Pa.. Kalau Papa mau menghukum, hukum saja Ryan.. Ryan telah bersalah pada Lena." ucap Ryan menyesal sambil sedikit memohon

Papa terlihat diam saat itu. Dia tidak mengira bahwa Ryan akan menghubunginya dan menjelaskan semua permasalahannya. Bahkan, dia sampai memohon untuk memaafkan putrinya dan menyuruhnya untuk menyalahkan dirinya atas semua hal.. Meskipun, memang benar semua ini terjadi karena kesalahannya.. tetapi Papa menghargai sikap gantle-nya dengan menyuruhnya memaafkanku dan menyalahkan dirinya sendiri untuk masalah ini..

Meskipun begitu, hal tersebut tidak mengurangi niatan Papa untuk tetap memberikan hukuman padanya. Papa tetap merasa kecewa karena gara-gara dirinya, sampai-sampai putri kesayangannya..aku.. bisa mengalami kecelakaan.

"Baiklah, karena kau sudah mengakui semua kesalahanmu.. Papa akan memaafkanmu untuk kali ini, tapi.. Papa tetap akan memberlakukan hukuman padamu.. karena bagaimanapun gara-gara kau, Lena bahkan sampai harus mengalami kecelakaan seperti itu hingga terluka."

"Untuk sementara, Lena akan tinggal dirumah bersama denganku.. Aku akan membiarkan dia tinggal disini selama 3 bulan. Kau boleh menemuinya, tetapi tidak bolah membawanya pergi atau keluar dari sini.. Setidaknya sampai aku bisa mempercayaimu untuk menjaganya kembali. Sebelum kau mendapatkan izin serta kepercayaanku, kau tidak boleh membawanya pulang kembali ke apartemen kalian.."

Mendengar hal itu Ryan terkejut.

"Apa Papa berniat untuk memisahkan kami?" tanya Ryan panik

"Papa tidak pernah bilang seperti itu padamu. Tentu saja kau juga boleh tinggal dirumah ini dengannya kalau kau mau. Papa hanya tidak memperbolehkanmu membawa dia pergi dari sini, sebelum kau mendapat kembali kepercayaanku.." jawab Papa

Mendengar jawaban dari Papa membuat Ryan terdiam. Meskipun Papa tidak menyuruhnya untuk berpisah denganku, tetapi masih ada sedikit kekhawatiran dalam dirinya. Entah karena dia tidak nyaman tinggal dirumahku itu atau karena Papa. Yang jelas.. seperti ada sesuatu yang mengganjal dihati Ryan saat itu, terlebih dia harus tinggal disana selama 3 bulan lamanya.

"Ryan, bagaimana kabar Ayahmu disana?" tanya Papa kembali yang menyadarkannya dari lamunan

"Papa sudah lebih baik Pa, Alhamdulillah!.. Hanya saja untuk melakukan segala aktivitasnya seperti dulu, Papa tidak bisa menjalaninya. Diluar hal itu, semuanya baik-baik saja.." ucap Ryan

"Kalau begitu, sampaikan salamku pada Ayahmu juga Ibumu.."

"Baik Pa. Nanti Ryan sampaikan.." balas Ryan

"Pa.." ucap Ryan kembali

"Apa bisa Ryan berbicara dengan.." Ryan ingin berbicara denganku, namun tiba-tiba dipotong oleh Papa

"Ohh iya Ryan.. bagaimana mengenai Zuriawan? Apa kau sudah mendapatkan data-data hasil penyelidikannya?" tanya Papa kembali

Ryan terkejut mendengar pertanyaan itu dari Papa. Dia kembali diam seribu bahasa, hingga kemudian..

"Papa tunggu kabar baik darimu. Dan Papa harap kamu tidak mengecewakan Papa kali ini.." Dan setelah itu, Papa pun kemudian menutup teleponnya.

Sementara aku,

"Pa.. Mas Ryan tadi bilang apa?" tanyaku penasaran

"Sama seperti dirimu, dia menyalahkan dirinya sendiri terhadap permasalahan yang terjadi.." jawab Papa

"Lena.. sebenarnya apa yang terjadi hari itu. Kenapa Ryan bisa sampai mengabaikan panggilan telepon darimu, apa kalian bertengkar sebelumnya?" tanya Papa kembali menginterogasiku

Aku bingung menjelaskannya.. Kalau Papa tahu ini semua gara-gara Mas Ryan cemburu pada Aris, kira-kira bagaimana responnya ya..

"Lena..??!" desak Papa

"Ada salah paham Pa waktu itu. Lena.." aku belum menyelesaikan kata-kataku

"Kau tidak akan mengarang cerita lagi kan kali ini untuk melindungi suamimu itu." ucap Papa kembali menyindirku, seolah dirinya dapat membaca semua isi kepalaku

"Tentu saja Pa. Hehehee.." jawabku tersenyum canggung

Dan akhirnya, aku pun memilih untuk berkata jujur pada Papa. Aku menceritakan semuanya bahwa waktu itu Mas Ryan melihatku sedang menangis dipelukan Aris. Dia yang cemburu, kemudian emosi hingga menyebabkan pertengkaran diantara kami dan akhirnya dia pun memilih untuk pergi saat itu. Dia kemudian mengabaikanku.. Saat aku sedang dalam perjalanan untuk memberikan penjelasan padanya, aku mengalami kecelakaan.. karena aku lalai menyetir mobil sambil berusaha menelponnya saat itu.

Mendengar hal itu, respon Papa kemudian

"Lena kemarikan SIM-mu. Mulai sekarang Papa tidak akan membiarkanmu menyetir mobil lagi.." ucap Papa yang membuatku tersenyum

"Kamu kenapa tersenyum seperti itu. Apa kamu menganggap perkataan Papa ini main-main, hah?" ucap Papa tidak terima

"Bukan Pa. Bukan begitu.. Hanya saja Lena tidak mengira bahwa Lena akan mendapat respon seperti ini dua kali.."

"Sebelumnya, Mas Ryan juga sudah menyuruh Lena berjanji untuk tidak  membawa mobil lagi seterusnya.." ucapku menjelaskan

"Bagus itu. Kau turuti kata Papa dan juga suamimu. Papa ingin kau memberikan SIM-mu pada Papa. Besok taruh disini.." Papa menunjuk pada laci yang ada dimeja kerjanya

"Apa perlu sampai menyita SIM Lena juga Pa? Lena kan sudah berjanji.." jawabku

"Papa itu sudah mengenalmu dari semenjak kamu lahir. Semakin kamu dilarang, semakin kamu penasaran dan ingin melanggarnya.." balas Papa

"Tapi, Lena kan sudah dewasa sekarang Pa. Kalau Lena sudah berjanji tidak akan melakukannya maka Lena tidak akan melakukannya.."

"Pokoknya besok Papa ingin lihat SIM-mu sudah ada disini.."

"Iya Pa.." jawabku singkat. Kemudian,

"Kalau begitu untuk apa kau masih disini. Cepat pergi tidur sana.." ucap Papa mengusirku

"Handphone Lena Pa.."

"Handphone kamu besok Papa kasih. Sekarang kamu cepat pergi ke kamar dan istirahat.."

"Tapi Pa.." aku masih berusaha memohon

Papa kemudian kembali melirikku. Aku yang tahu maksud dari lirikkan tajam itu, kemudian segera keluar dari ruangan. Aku tahu Papa tidak akan memberikan handphone itu padaku. Dengan perasaan kecewa, akhirnya aku memutuskan kembali kekamarku.

Tidak lama berselang setelah itu, terdengar suara bel pintu rumah berdering. Lalu aku memilih untuk membukakannya. Meskipun aku tahu, tidak mungkin Ryan yang ada disana, tetapi aku bisa merasakan bahwa orang itu mungkin utusannya Ryan. Mungkin dia Mas Heru, pikirku menebak.. hingga kemudian ketika aku membukakan pintu, ternyata itu Oka dan Mas Aris. Mas Aris..? untuk apa dia datang kemari dan bersama dengan Oka malam-malam begini, pikirku. Dan akupun mempersilahkan mereka berdua untuk masuk.

Next chapter