webnovel

Pelajaran Memasak ala Ryan

Saat itu di Rumah Sakit,

"Shina, kau tunggu sebentar disini.. Jangan pergi kemana pun sebelum aku kembali." pinta Aris

"Memangnya kau mau kemana?" tanya Shina

"Tadi sebelum kesini, aku melihat ada pasar. Ada beberapa barang yang ingin ku beli. Apa kau mau menitip sesuatu?"

"Tidak.." jawab Shina singkat

"Kau segeralah kembali, karna aku tidak suka lama-lama ditempat ini. Aku takut nanti ada wartawan yang datang meliputku." lanjut Shina

"Tunggu aku.." ucap Aris tersenyum memastikan

Dan Shina mengangguk menjawabnya. Kemudian Aris pun pergi. Setelah 15 menit berlalu, akhirnya Aris kembali membawa kantong plastik hitam berisi belanjaannya.

"Itu apa?" tanya Shina penasaran

"Ini pakaian untuk kau pakai saat kita pergi nanti.. Kau kan harus menyamar agar tidak ketahuan kalau kau ini seorang artis" jawab Aris

Shina pun tersenyum melihat begitu perhatiannya Aris terhadap dirinya. Hingga kemudian ekspresinya berubah saat melihat baju yang dibeli oleh Aris.

"Apa ini..? Daster??" ucap Shina dengan ekspresi tidak senang sambil mengerutkan dahinya

"Iya. Kau pakai itu nanti.." ucap Aris

"Tidak mau.. Masa aku harus memakai daster ini. Belum lagi ukurannya yang jumbo dan.. ini kan daster kalong..?" ucapnya heran dan tidak senang saat menjulurkan daster itu ke depan bagian tubuhnya

"Lebih sopan memakai daster ini kan dibandingkan dengan pakaian tidurmu yang memperlihatkan lekuk bentuk tubuhmu itu." balas Aris

"Tidak mau.. Lebih baik aku memakai gaun babydoll-ku ini dibandingkan harus memakai daster."

"Kalau kau mau, kau saja yang memakainya.. Lagipula, standarku nanti bisa turun kalau aku keluar menggunakan daster. Yang benar saja.." Shina masih berusaha menolak

Kemudian Aris tiba-tiba mengambil daster tersebut, lalu mengguntingnya. Shina yang melihatnya pun dibuat terkejut. Dengan perasaan bersalah, dia kemudian bilang

"Aris.. Maaf.. Aku tidak bermaksud.." belum sempat Shina menyelesaikan kalimatnya itu, tiba-tiba Aris datang mendekat dan melilitkan daster tersebut ke pinggang Shina. Dia merapikan posisinya, kemudian membentuknya menjadi rok span 3/4 dengan sedikit belahan dipinggir bawahnya.

"Nah sudah selesai.." ucap Aris kemudian

Saat itu Shina masih mematung karena terkejut oleh perbuatan Aris yang tiba-tiba mendekatinya itu. Saat Aris memasang daster tersebut ke pinggangnya, rasanya jantungnya seperti mau copot.. detakannya begitu cepat hingga membuat mukanya merah sekatika.

"Kalau seperti ini kau tidak akan menolaknya kan.." ucap Aris kembali yang seketika menyadarkan Shina dari lamunannya

Shina kemudian melihat dirinya dikaca. Dia memutar tubuhnya kekanan dan kekiri sambil melihat penampilan barunya yang menggunakan rok daster tadi.

"Yah.. Lumayan. Boleh juga idemu itu" puji Shina pada Aris

"Ah, satu lagi.." ucap Aris tiba-tiba

Dia lalu membuka kemejanya dan memakaikannya pada Shina. Dia melipat kedua lengannya, lalu membentuk kemeja tersebut layaknya atasan blouse. Hingga yang terakhir dia memakaikan kacamata kotak ke wajah Shina.

"Kalau penampilanmu seperti ini, aku rasa.. tidak ada yang akan mengenalimu sebagai artis Shina Caroline." ucap Aris sambil menatap Shina

Saat itu, Shina merasa sangat malu dan bahagia. Dia tidak menyangka Aris telah mempersiapkan semuanya untuk dirinya. Bahkan, sampai membeli kacamata juga. Selain itu, baju kemeja Aris pun digunakannya. Dia tidak menyangka Aris sampai rela hanya memakai kaos oblong polos tipis demi dirinya saat itu. Jujur, Shina benar-benar menyukai stylenya kini, meskipun dia berusaha untuk menyembunyikannya dengan berkata

"Tidak buruk, walaupun ini tidak sesuai dengan gayaku" jawab Shina

Setelah itu, akhirnya mereka berdua pun pergi meninggalkan rumah sakit untuk makan sate.

Di apartemenku dan Ryan

Ryan sedang duduk diruang tengah menunggu hasil penyelidikan dari Heru mengenai Zuriawan, apakah benar orang tersebut bekerja diperusahaan Papanya. Sementara aku, aku masih bingung memikirkan bagaimana cara membuat Mama tidak kecewa dengan kebohongan kami. Apakah sebaiknya aku mengatakan yang sejujurnya pada Mama kalau aku tidak hamil atau.. tetap terus melanjutkan sandiwaraku ini, sambil menunggu dan berharap, semoga aku bisa segera hamil. Saat itu, aku terus berjalan mondar mandir sambil berpikir di hadapan Ryan, hingga kemudian

"Sayang.." ucap Ryan tiba-tiba

"Kamu gak capek berjalan mondar-mandir seperti itu?"

"Sini, ayo duduk.." ajak Ryan

"Kan lebih baik kalau kita mencari jalan keluarnya sambil duduk tenang disini, daripada kamu harus mondar-mandir begitu Sayang." ucap Ryan

"Mas.. bagaimana ini?" ucapku gusar sambil mendekat duduk disampingnya

"Aku benar-benar tidak tega kalau harus terus membohongi Mama seperti ini.."

"Mas lihat kan bagaimana perlakuan Mama tadi padaku di kamar. Kasihan Mama Mas, kalau kita hanya membohonginya seperti ini.. Aku tidak ingin membuat Mama kecewa." ucapku merasa tidak tenang dan sedih

"Terus kamu maunya kita ngaku sekarang ke Mama, kalau kita bohongi Mama?" Ryan menanyaiku

"Dengar Sayang.. Kita hanya perlu membuat kebohongan ini menjadi nyata.." lanjut Ryan

"Tapi Mas.. membuat itu menjadi nyata kan tidak mudah.. Bagaimana kalau aku tidak kunjung hamil?" balasku

"Sayang dengar.. Kamu harus percaya sama aku. Aku akan berusaha melakukan semua yang terbaik." balas Ryan sambil menatapku dalam

Ryan terus menatapku saat itu, hingga kemudian dirinya mendekat.. mendekat.. dan langsung mencium bibirku. Ketika itu, dengan gerakan cepat dia langsung membuka kancing bajuku.. Aku yang kaget.. karena tidak siap, seketika langsung refleks mendorong tubuhnya menjauh.

"Kenapa Sayang?" respon Ryan terkejut karena aku menolaknya

"Jangan sekarang Mas.. Aku capek"

"Tapi Sayang.. Katamu tadi ingin segera mewujudkan kebohongan itu menjadi nyata. Gimana mau cepat terwujud kalau kamunya nolak gini." balas Ryan

"Ya besok saja Mas.. Atau nanti malam.. Sekarang aku mau beres-beres dulu, itu didapur masih berantakan semua. Dan juga, tadi aku belum sempat rapikan kamar tidur.."

"Simpan energimu itu untuk kita wujudin keinginan Mama, Sayang. Masalah rumah yang berantakan ini, nanti aku panggil jasa bersih-bersih untuk membereskan itu semua." balas Ryan sambil kembali manarikku. Sementara aku.. aku masih berusaha untuk menolaknya.

"Kenapa lagi?" ucap Ryan tidak senang

"Ahh.. Itu.. Sepertinya aku sedang datang bulan." responku berbohong

"Masa? Memangnya tanggal berapa sekarang?" tanya Ryan heran

"Mendekati akhir bulan kan.." aku menjawab

"Mana sini, coba aku ingin lihat.." ucap Ryan tidak percaya

"Ihh..Mas mesum.. Aku gak mau.." tolakku

"Loh, kenapa? Memang ada yang salah kalau aku melihatnya. Aku kan suamimu Sayang. Lagipula, bagian tubuhmu yang mana sih yang belum aku lihat. Ini juga bukan yang pertama kalinya." balasnya

"Tidak usah Mas.." ucapku masih berusaha menolak

"Kenapa lagi Sayang? Kamu hari ini aneh banget deh.. Biasanya juga minta lebih. Kamu ada apa sebenarnya, coba sini cerita sama aku.." ucap Ryan sambil mengulurkan tangannya

"Minta lebih apa? Kapan aku pernah minta lebih.. Yang ada kan Mas yang minta terus.." ucapku menjawab tidak senang

"Yaudah.. Kamu kan tahu aku selalu meminta. Kalau sekarang aku minta, kamu mau ngasih gak?" ucapnya menggoda

"Haaah..!" aku menghela nafas panjang

"Sayang kamu kenapa sih.. Kamu hari ini beda banget dari biasanya. Kamu lagi ada masalah? Kamu masih merasa gak enak sama masalah Shina tadi ya? atau karena kedatangan Mama??" Ryan terus mengintrogasiku

"Entahlah.. Aku juga tidak tahu Mas. Hari ini aku hanya merasa lelah dan tidak mau melakukannya. Sedang tidak mood.." balasku

"Kalau aku bisa ngubah mood kamu sekarang, gimana Sayang? Aku kan mood booster kamu" ucap Ryan dengan nada PD

Aku terdiam tidak mersponnya. Hingga kemudian dia pergi ke dapur meninggalkanku. Kemudian tak selang lama, dia pun kembali dengan sebuah sendok dan piring ditangannya. Saat itu, aku juga sempat melihatnya memakai celemek.. Kemudian,

"Teng.. Teng.. Teng.. Teng..

(suara sendok yang dipukulkan ke piring kosong oleh Ryan)

"Perhatian semuanya.. Kali ini saya koki baru disini, Ryan akan mengajarkan kalian membuat resep yang sangat penting dan spesial." ucapnya tersenyum sambil melihat dan menghadap ke arahku

"Saya akan membagikan tips terutama bagi para pengantin baru atau.. yang sudah lama menikah juga bisa mempraktekkannya.."

"Tips ini berguna untuk membuat hubungan rumah tangga kalian lebih harmonis karena bertambahnya anggota keluarga baru.."

"Hari ini saya akan membagikan tips bagaimana caranya membuat anak.." ucap Ryan yang kemudian kurespon dengan ekspresi wajah kaget, aneh, sambil tersenyum menahan tawa.

Tanpa mempedulikan reaksi wajahku itu, Ryan terus saja melakukan presentasinya sebagai koki.

"Bahan-bahan yang dibutuhkan pertama yaitu pasangan"

"Tentunya kalian harus mempunyai pasangan dulu kan.. dan harus dengan yang halal. Untuk memastikannya.. kalian harus ada buku nikah, surat nikah atau dokumen apapun yang membuat pernikahan kalian itu sah di mata hukum negara dan agama." Ryan terlihat serius saat menjelaskan, sehingga membuatku tersenyum saat itu

"Jadi, maaf saja buat yang masih jomblo atau belum ada pasangan.. tapi disini tidak ada yang jomblo kan?" lanjut Ryan berkata sambil menatapku

Aku terus tersenyum membalas tatapannya. Kemudian dia bilang,

"Mba cantik yang duduk disitu sendirian.. Sudah ada pasangannya belum? Kalau belum, sama saya saja gimana Mba?" tanya Ryan sambil menggoda ke arahku

"Maaf Mas, aku gak suka tipe yang tukang rayu sama gombal.. Nyebelin.." balasku

"Biarpun menurut Mba dia nyebelin, tapi dia termasuk tipe yang setia loh Mba, loyal lagi.. yakin gak mau nih?" tanyanya kembali menggodaku, sambil memperbaiki penampilan dan rambutnya saat itu

Akupun kemudian meresponnya dengan menunjukkan ekspresi muka cuekku padanya, seolah berkata "Situ oke? Kok PD banget sih jadi orang?" Kemudian dia pun melanjutkan

"Dan tips yang kedua yaitu, ehmm.." Ryan berpikir sejenak

"Ahh..Iya. Pemeriksaan fisik.. Kalian dan pasangan kalian harus memeriksakan diri terlebih dahulu ke dokter dan mengecek kesuburan kalian."

Saat Ryan menjelaskan itu, entah kenapa membuatku geli dan aku pun tertawa terbahak-bahak.

"Iya kan harus cek kesuburan dulu Sayang. Kalau dua-duanya subur, baru deh bisa lanjut ke tahapan selanjutnya" ucap Ryan yang seolah membalas tawaku tadi

"Terus tahapan selanjutnya apa Mas Koki?" tanyaku sambil meledeknya

Sambil berjalan mendekat kearahku kemudian Ryan berkata,

"Kamu siap kalau kita sekarang lakukan tahapan selanjutnya" ucap Ryan sambil mendekatkan wajahnya ke arahku

"Iya, tapi ini terakhir kalinya untuk hari ini ya Mas. Aku capek begadang terus.." jawabku sambil menyentuh hidungnya

Kemudian, tanpa aba-aba, Ryan pun langsung melakukan prakteknya dengan segera. Namun sayang, baru 3 menit melakukan foreplay tiba-tiba handphonenya berdering.

"Angkat dulu.." aku mencoba membuka suara

"Nanti saja.. setelah melakukan ini. Kalau penting dia pasti akan menelponku lagi.." balas Ryan

Tapi dering telpon tadi tak kunjung berhenti.. hingga kemudian

"Sudah angkat dulu Mas, gak apa-apa.." ucapku

Dengan perasaan kesal dan jengkel, akhirnya Ryan pun memutuskan untuk melihat dan mengangkat telponnya.

Next chapter