webnovel

Tetangga yang Menyusahkan

Saat itu ketika Aris kembali ke unitnya di apartemen, dia terlihat begitu gembira. Dia masuk melewati pintu depan dan melihat sekitar untuk mencari istrinya Shina. Akan tetapi, setelah mencari dibeberapa ruangan, dia tidak berhasil menemukan istrinya itu, hingga ketika di kamar Rani

"Rani.. Mamimu kemana? Bukankah tadi kau bilang Mamimu telah datang??" tanya Aris heran

"Iya Yah. Tadi Mami sempat pulang dan mencari dompetnya. Tapi, ketika aku beritahu bahwa Ayah sebentar lagi pulang, kemudian dia terburu-buru pergi, katanya ada urusan mendadak.." jawab Rani

Aris yang mendengar hal itupun kemudian segera berlari kekamarnya untuk melihat apakah Shina telah berhasil menemukan dompet dan handphone yang telah disembunyikan itu.. Akan tetapi, sesampainya dikamar, dia melihat dompet dan hp-nya masih ada. Lalu, kemana Shina pergi tanpa uang sepeserpun dan handphone-nya itu, pikir Aris yang mulai panik dan merasa bersalah.

Beberapa saat setelahnya, Aris pun pergi keluar untuk mencarinya. Dia berharap kalau-kalau Shina masih belum pergi terlalu jauh. Dia mulai mencari dilobby, Joymart, atau cafe-cafe sekitar apartemen namun dia masih belum menemukannya. Aris berhenti sesaat dengan nafas yang terengah-engah akibat kelelahan. Diapun mulai merasa putus asa, hingga kemudian memutuskan untuk kembali ke unitnya. Saat dia kembali ke unitnya, dia melihat Ryan disana.

"Aris.. Kemana saja kau, aku daritadi mencarimu." ucap Ryan yang merasa kesal

Saat itu, sebenarnya Aris tidak tertarik untuk terlibat masalah dengan Ryan, dia ingin menghindar, akan tetapi Ryan tiba-tiba menghampirinya

"Hey Aris.. Cepat lakukan sesuatu untuk mengeluarkan istrimu itu dari unit kami." ucap Ryan dengan gusar

Aris yang mendengar perkataan Ryan pun merasa terkejut dan kemudian

"Jadi Shina ada ditempat kalian?" ucapnya senang

"Iya.. dia ada ditempat kami sekarang, sedang mangacau hubunganku dan juga Lena.."

Tanpa mendengarkan keluhan Ryan, Aris segera bergegas pergi ke unit kami. Hingga kemudian ketika dia akan memencet bel, Ryan menahannya

"Apa yang kau lakukan?" tanya Ryan panik

"Tentu saja menjemput Shina pulang" jawab Aris

Tanpa merespon Aris, Ryan kemudian menarik Aris membawanya ke ujung lorong didekat lift. Aris yang tidak senang dengan perlakuan Ryan kepadanya, langsung melepaskan diri dari Ryan sambil berkata

"Apa-apaan kau ini.." ucap Aris kesal

"Aris, saat ini Shina tidak ingin bertemu denganmu.." ucap Ryan.

Kemudian dia melanjutkan

"Dengar, Lena dan Shina saat ini telah membuat kesepakatan, dan jika kita bisa mengabulkan permintaan Shina kali ini, maka batas waktu kontrak kesepakatanku dengannya dapat berkurang 1 tahun.." Ryan menjelaskan.

"Lalu, apa permintaannya?" tanya Aris penasaran

"Dia menginginkan dompet dan juga handphonenya yang saat ini mungkin kau sembunyikan itu. Selama dia belum mendapatkannya, dia akan terus tinggal dirumah kami dengan Lena.." ucap Ryan tidak senang

"Lebih baik cepat kau serahkan dompet dan handphone Shina itu sekarang padaku" ucap Ryan memaksa

"Biar aku saja yang menyerahkan langsung padanya.." balas Aris

"HEY..." ucap Ryan yang tidak senang sambil menarik Aris yang saat itu berniat pergi meninggalkannya.

"Apa kau tidak mendengar penjelasanku tadi, Shina itu tidak mau bertemu denganmu. Bahkan dia sempat mengancam.. akan membatalkan perjanjiannya yang mau mengurangi hukumanku itu selama 1 tahun, jika aku memberitahumu masalah ini." Ryan menjelaskan dengan nada kesal dan sedikit emosi

"Itu kan urusanmu, memang aku peduli.." ucap Aris sambil berlalu meninggalkan Ryan

"Baiklah.. Apa yang kau inginkan agar aku bisa mendapatkan dompet dan handphone Shina itu." tanya Ryan dengan gusar

"Aku akan memberikannya padamu jika Shina dapat kembali dan tinggal lagi bersama denganku.." jawab Aris

"Apa kau mau mengerjaiku Aris?? Itu kan jalas tidak mungkin.. Saat ini, Shina saja tidak sudi untuk bertemu denganmu. Bagaimana aku bisa membujuknya untuk tinggal kembali diunitmu itu, hah??!"

"Kalau kau tidak bisa melakukannya ya sudah. Aku minta maaf.. Aku tidak bisa memberikan dompet dan handphone Shina itu padamu Ryan" jawab Aris yang kemudian berlalu

"Dasar Aris brengsek.. Ini kan masalah rumah tangga kalian. Kenapa jadi menyusahkan keluarga kami seperti ini sih.." keluh Ryan dengan kesal, tetapi masih tidak direspon oleh Aris

Sementara itu, di apartemen kami, aku dan Shina sedang mengobrol.

"Apa dulu kau dan Aris pernah bertengkar seperti ini?" tanya Shina padaku

"Tidak. Kalaupun kami bertengkar dulu, aku tidak sampai pergi minggat dari rumah seperti yang kau lakukan ini. Lagipula, kita juga tidak pernah tinggal serumah bersama.. Jadi itu tidak pernah terjadi." jawabku

"Ohh.." respon Shina terlihat tidak senang

"Kalaupun kita bertengkar, pasti Aris yang datang duluan membujukku dan meminta maaf.. Karena dia tahu aku ini termasuk orang yang keras kepala dan gengsian, jadi dia lebih banyak mengalah dan memilih untuk minta maaf duluan padaku.." aku menambahkan

"Kalian sudah berapa lama pacaran waktu itu?" tanya Shina tiba-tiba

"Dua tahun.. " jawabku singkat

"Cukup lama juga, dibandingkan hubunganku dan Ryan dulu.." balas Shina

Kemudian Shina pun melanjutkan,

"Lalu, selama dua tahun itu, apa saja yang telah kalian lakukan?" tanya Shina penasaran

"Banyak hal.. Hal-hal umum yang biasa dilakukan oleh pasangan kekasih.." jawabku sambil tersenyum

"Apa kalian pernah melakukannya..?" tanya Shina kembali

"Melakukan apa??" tanyaku bingung

"Itu.. hal yang aku lakukan bersama Ryan ketika kita tinggal bersama.." jelas Shina

Aku yang kaget mendengar maksud Shina itu kemudian merespon

"Tentu saja tidak. Kita tidak pernah melakukan hal tercela seperti itu.. Sex sebelum menikah itu tidak benar.." balasku dengan antusias menolak

"Terus apa saja yang dilakukan Aris padamu saat kalian bermesraan.. Jangan bilang dia juga tidak pernah menciummu.." Shina penasaran

"Kalau berciuman kita pernah melakukannya.."

"Lebih dari itu..?" tanya Shina kembali

"Lebih dari itu.." ucapku mengulang pertanyaan sambil berpikir

Shina yang tidak sabaran menunggu respon dariku, kemudian melanjutkan penjelasannya secara detail

"Iya.. Lebih dari itu, menciummu didaerah lain seperti tengkuk leher, dada, atau mungkin melakukan.." Shina yang belum melanjutkan kata-katanya itu kemudian ku potong dengan berkata

"Tidak, tidak pernah.. Tidak pernah sekalipun dia melakukan itu. Lagipula, apa itu pantas dilakukan oleh orang yang belum menikah. Perbuatan itu kan melanggar adat dan juga norma.. Kita tidak pernah melakukan hal-hal aneh seperti itu pada saat kita pacaran dulu." jelasku pada Shina

"Aneh sekali.. Padahal waktu itu kalian kan tinggal diluar negeri. Bukankah disana hal-hal seperti itu biasa dilakukan dan normal.." Shina berkomentar

"Sudahlah cukup.. Tidak usah membahas-bahas mengenai hal-hal aneh seperti itu lagi Shina" tolakku

"Tidak.. aku hanya tidak habis pikir bahwa ada pria seperti Aris hidup didunia ini.. Maksudku.. kau lihat, bukankah pria umumnya ingin melakukan sesuatu terkait hasrat seksualnya terhadap wanita yang dicintainya.." ucap Shina

"Bagaimana dia bisa tahan selama 2 tahun menjalani hubungan denganmu tanpa pernah melakukan apapun Lena? Menurutmu, apa Aris itu normal??" respon Shina tidak percaya

"Bukankah kau yang seharusnya lebih tahu mengenai hal itu Shina dibandingkan denganku. Kau ini istrinya kan?" jawabku yang seketika membuat Shina terkejut dan salah tingkah

" I.. ii.. iya tentu saja. Maksudku tentu saja dia normal. Hahahaa.." respon Shina sambil tertawa canggung

"Aku hanya penasaran mengenai hubungan kalian berdua dulu dan sejauh apa kalian melakukannya.. " ucap Shina yang masih salah tingkah

Kemudian tak lama setelah pembicaraan kami yang terakhit tadi, Mas Ryan tiba-tiba datang menghampiri kami didalam kamar

"Shina.. untuk membuktikan Aris itu normal atau tidak, lebih baik sekarang kau kembali ke unitmu itu.."

"Kau kesana sekarang dan lakukanlah tugasmu itu sebagai seorang istri padanya.." lanjut Ryan kemudian yang membuat Shina malu

"Mas.. ! "sahutku sambil memperingatkan Ryan suamiku itu

"Kenapa? Bukankah lebih baik seperti itu Sayang.. Lagipula, apa kau mau membuat Jessy yang melakukannya dan menggantikan posisimu itu. Aku takut.. justru Jessy nanti yang bisa lebih menarik perhatian Aris dibandingkan denganmu Shina" lanjut Ryan sambil meledek

Tidak berhenti sampai disitu, Ryan kembali berkata

"Tidak usah pusingkan masalah gengsimu itu.. Lagipula, kau kan istrinya dan saat ini kau juga punya alasan untuk kembali kesana, untuk mengambil dompet dan juga handphonemu itu kan?"

Ryan terus memanas-manasi Shina, agar dia mau kembali ke unitnya bersama Aris.

Next chapter