webnovel

Minta Maaf

Saat itu, ketika dalam perjalanan pulang menuju apartemen kami.. Aku dan Mas Ryan yang sedang duduk dikursi belakang ojek mobil

"Mas, aku ingin kamu minta maaf sama Aris. Aku tidak akan memaafkanmu sebelum kamu meminta maaf padanya atas semua kesalahpahaman yang telah kau buat.." ucapku

"Minta maaf pada Aris?? Yang benar saja.. dia yang harusnya meminta maaf padaku" pikir Ryan dalam hati menolak

Namun, saat itu dia memilih patuh pada Lena karena dia tahu saat ini istrinya itu belum memaafkannya secara penuh.

"Iya Sayang. Aku akan meminta maaf secara pribadi nanti padanya." ucap Ryan

"Sebenarnya, waktu itu Aris menjelaskan alasan Shina melakukan semua itu padamu Mas.."

"Rumah tangga mereka sedang dalam masalah, Shina memutuskan untuk berpisah.. Shina yang datang kesini dan melihatmu saat itu kemudian berpikir untuk memanfaatkan keadaan. Shina sengaja menyuruhmu untuk bertanggung jawab pada Rani untuk membuat Aris marah dan cemburu padanya" Aku menjelaskan pada Mas Ryan

"Aris juga menyuruhku untuk tidak perlu khawatir dan ikut campur mengenai masalahmu dan Shina, karena dia yang akan bertanggung jawab padanya. Aris akan membuat Shina memaafkannya dan berusaha kembali lagi padanya.." jelasku kemudian

"Saat itu, Aris juga berulang kali meminta maaf padaku. Masalah rumah tangganya dengan Shina yang telah berimbas kepada masalah rumah tangga kita, dia benar-benar merasa bersalah atas semua hal yang terjadi. Dia juga menjelaskan padaku, kalau kepindahannya ke apartemen ini, bukan semata-mata untuk meluruskan masalahmu dan juga Shina. Karena sebelumnya dia tidak tahu kalau ternyata Mas adalah mantan dari Shina yang juga merupakan ayah dari Rani.. Shina tidak pernah menceritakan semua hal itu pada Aris. Maka dari itu, Mas telah salah paham padanya. Mas harus minta maaf pada Aris ya.."

"Kesalahpahaman ini harus segera diselesaikan, karena bagaimanapun mereka itu kan tetangga kita" ucapku meminta persetujuan Ryan

Mendengar semua penjelasan dariku, Ryan hanya tersenyum. Kemudian dia mengusap-mengusap lembut kepalaku yang ada dipundaknya saat itu, sambil menatapku dalam

"Lena.. Lena.. Kamu polos sekali Sayang. Aku tidak tahu kalau kamu tidak menjadi istriku.. Mungkin kamu sudah dimanfaatkan dan dibohongi oleh pria-pria lain diluar sana.. bahkan Aris sekalipun" pikir Ryan saat itu

Saat itu, Ryan tahu kalau Aris hanya berusaha membuat Lena tenang dan tidak khawatir. Kelihatannya, Aris masih begitu peduli dan mencintai Lena bahkan sampai ke tahap itu.. Demi Lena, Aris terpaksa harus berbohong dan mengorbankan dirinya, agar Shina tidak merusak rumah tangganya. Ryan yang mengetahui hal ini dibuatnya kesal. Karena bagaimanapun, meski disatu sisi Aris berupaya membantunya mengatasi masalah Shina, tapi tetap saja dia tidak senang melihat Aris berusaha melakukan semua itu demi Lena. Dia merasa cemburu kepada perjuangan Aris saat itu.. Kemudian

"Sayang, kau tenang saja.. masalah ini akan kutangani dengan baik" Ryan meyakinkanku

"Nggak Mas. Pokonya aku akan ikut ketika kau akan mendiskusikan masalah ini dengan Shina nanti. Karena bagaimanapun aku ini kan istrimu. Aku tidak bisa melihat suamiku ini dimanfaatkan bahkan direbut oleh orang lain, terutama mantan pacarnya dulu.." ucapku sambil merangkul pinggang suamiku itu

Ryan yang tersenyum bahagia kemudian menjawab

"Tentu saja, kamu harus ngelakuin itu Sayang.. Aku bangga dan terharu mendengar ucapanmu itu. Rasanya seperti mendapat bantuan dan anugrah dari Tuhan melalui kamu. Terima kasih ya Sayang (Ryan mengecup bibirku). Aku bersyukur kamu yang menjadi istriku." ucap Ryan sambil merangkul pinggangku dengan erat

"Maaf kalau aku selalu membuatmu menderita dan kecewa terhadap ini semua" ucap Ryan kemudian

"Mas, Mas belum membuat kontrak kesepakatannya kan dengan Shina?" tanyaku penasaran

"Iya belum.. " jawab Ryan sambil menatapku

"Aku terpikirkan satu hal.. Dan mungkin ini dapat membantu mengatasi masalah agar kau tidak perlu lagi tinggal satu atap dengan Shina untuk menebus kesalahanmu itu.."

Ryan yang mendengar hal itu pun takjub dan senang. Karena rasa penasarannya diapun bertanya

"Bagaimana caranya Sayang?" Ryan terlihat antusias

"Adalah Mas.. Makanya nanti pada saat kau akan bertemu Shina untuk membahas masalah ini, aku harus ikut" ucapku

"Iya Sayang. Kau tenang saja.. Aku akan mengajakmu nanti" jawab Ryan

Dan akhirnya kami pun sampai di apartemen kami. Sementara disisi lain, terlihat Shina dan Aris yang ternyata juga baru kembali.

Saat itu dilobby apartemen,

"Mas.. " ucapku memberikan kode pada Ryan untuk meminta maaf pada Aris

Sedangkan disisi lain, Aris juga berusaha memberikan kode pada Shina melalui lirikan matanya untuk meminta maaf padaku. Sesaat kemudian, ketika kami berempat bertemu dan berhadapan satu sama lain. Kemudian

"Maaf.." ucap Shina dan Ryan berbarengan dengan nada datar dan setengah hati

Saat itu suasana sangat canggung, hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk bersuara

"Sebaiknya kita berempat harus membicarakan dan membahas masalah ini" ucapku

"Shina, mengenai masalah kesepakatan perjanjian yang akan kau buat bersama suamiku Ryan, aku rasa aku perlu ikut campur didalamnya. Kau tahu Ryan adalah suamiku kan. Dan kami juga merupakan pasangan suami istri yang sah di mata hukum. Jadi, kau tidak bisa seenaknya mengambil hakmu dari Ryan tanpa mempedulikan aku yang berstatus sebagai istri sahnya Ryan."

"Bagaimana kalau aku bantu kalian berdua untuk membuat kontrak perjanjiannya.." ucapku menjelaskan semuanya pada Shina

"Aku setuju.." ucap Aris tiba-tiba yang membuat Shina melotot padanya dan mengernyitkan keningnya.

"Tentu saja, aku disini sebagai suami Shina juga perlu terlibat" Aris melanjutkan kata-katanya

Shina yang melihat Aris berkata seperti itu merasa tidak senang. Kemudian Aris membisikkan sesuatu kepada Shina,

"Kau tidak perlu merasa panik dan tidak senang seperti itu. Kita dengarkan dulu saran dari Lena, kalau kau tidak setuju kan kau bisa langsung membantahnya nanti.. Biar bagaimanapun mereka itu kan suami istri, jadi kau harus mengalah"

"Bukankah kau berjanji untuk tidak menghalangi jalanku untuk mendapatkan Ryan? Aku kan sudah minta maaf pada Lena, jadi kau harus penuhi janjimu itu ARIS.." ucap Shina kesal sambil berbisik pada Aris

"Aku rasa kita sebaiknya mendiskusikan masalah ini lebih lanjut nanti. Kita semua sudah sangat lelah hari ini.." ucap Ryan tiba-tiba sambil memegang kemejanya untuk mengipas-ngipas tubuhnya yang kegerahan

"Baik. Aku setuju dengan saran Ryan. Nanti saja kita mendiskusikan masalah ini" ucap Shina. Kemudian dia melanjutkan

"Ryan.. Kau tahu nomor lamaku kan? Aku tahu kau masih memblokir nomorku itu di Hp mu bahkan hingga saat ini." ucap Shina dengan sengaja yang membuatku kesal.

Karena bagaimana mungkin Ryan suamiku itu masih menyimpan nomor telpon mantannya sampai sekarang. Ryan yang menyadari perubahan ekspresi dari wajahku itu tiba-tiba berkata

"Sayang dengar, aku tidak tahu nomor telponnya. Sudah lama aku mengganti nomorku setelah aku memutuskan berpisah darinya." Ryan menjelaskan

"Lihat, kau cek saja hp ku ini. Aku tidak menyimpannya.. Bahkan aku sendiri tidak tahu nomornya berapa. Kejadian itu sudah lama sekali" Ryan masih berusaha menjelaskan

Kemudian aku,

"Shina, berapa nomor handphonemu. Biar aku saja yang menghubungimu nanti."

"Kenapa tanya padaku. Kau tanya saja Aris.. Bahkan aku sendiri juga tidak mengingat nomornya.." ucap Shina cuek yang sengaja membuat suasana semakin panas

Walaupun saat itu Ryan terlihat tidak senang saat aku menanyakan nomor Shina langsung pada Aris, namun dia memilih untuk tetap diam karena tidak ingin membuatku kembali marah padanya.

Saat Aris sedang membacakan nomor Shina padaku, tiba-tiba datang seorang wanita menghampiri kami berdua

"Wah.. Aris dan Lena. Aku tidak menyangka akan bertemu kalian berdua disini.. Pasangan yang begitu fenomenal dulu di kampus. Apa kalian juga tinggal diapartemen ini?" tanya wanita itu pada kami

Next chapter