6 Chapter 6

Sajangnim=Bos/ketua

Ne=iya

Mwo=apa

eomma=ibu

hyung=abang (cwo ke cwo)

oppa=abang (cwe ke cwo)

eonni=kakak (cwe ke cwe)

nuna=kakak (cwo ke cwe)

omo=astaga

Haraboji=kakek

.

.

.

.

"Nuna..." teriak si kembar berlarian menghampiri Yoona. "kami merindukanmu.." seru mereka belaga baik.

"Cih." Yoona malah merasa geli melihat tingkah si kembar itu. "apa hari ini kalian mempelajari hal-hal aneh seperti ini? Ehei.." Seoeon menyengir lebar.

"Nuna, aku lapar." sela Seojun mengelus-elus perutnya tak sabaran.

"Aku juga!!!" dibantu Seoeon, tentu Yoona tak bisa menolak permintaan itu. "oo?" Seoeon dan Seojun baru saja menyadari keberada Sehun disana.

"Anak-anak, annyeong.." sapa Sehun dengan ramah. Tapi tidak ada reaksi apapun dari si kembar. "aigoo, kalian sama saja." grutunya.

"Kau pulanglah, aku mau membawa mereka ke tempat lain." kata Yoona.

"Kita bisa pergi bersama.." sahut Sehun santai. "kalian mau makan apa? Katakan padaku." dan si kembar tetap tidak bereaksi. "aku akan membelikan kalian mainan, ottae?"

"Let's go...!!!" bersorak keras. Si kembar pun melangkah girang mengikuti Sehun menuju mobil. Meninggalkan Yoona yang masih termenung disana.

.

.

.

--

.

.

.

Tidak seperti si kembar dan pria itu. Yoona terlihat gelisah. Di sebuah kafe khusus untuk anak-anak, mereka duduk mengelilingi sebuah meja makan yang sudah dipenuhi dengan berbagai macam makanan. Dengan aneka bentuk dan warna. Si kembar menyantap makanannya dengan semangat, tak sabar untuk berlari ke area bermain. Sehun juga terlihat semangat seperti mereka. Lalu mengapa Yoona terlihat gelisah? Ternyata dikarenakan banyaknya pengunjung yang mengamati mereka.

.

Pengunjung yang berada disana rata-rata adalah pasangan suami istri beserta anak-anak mereka. Dan ketika Yoona, Sehun dan si kembar memasuki tempat itu, tentu berbagai macam pandangan langsung mengarah ke mereka. Sehun yang sudah sangat dikenal di negeri itu merupakan objek pertama yang menarik perhatian pengunjung. Dan kehadiran si kembar, semakin membuat para pengunjung menggila penasaran. Ditambah adanya Yoona disana. sekilas mereka terlihat seperti sebuah keluarga.

"Kenapa kau membawa kami kesini?" tanya Yoona berbisik. tak menoleh pada Yoona, menikmati santapannya dengan nikmat.

"Mereka menyukainya." jawab Sehun santai. Benar bahwa si kembar menyukainya, tapi dampak yang terjadi benar-benar membuat gadis itu pusing. Yoona tak henti-hentinya melayangkan tatapan was-wasnya ke semua pengunjung disana. "wae? Kau mau aku mengusir mereka semua? Itu hal mudah untukku.." pria itu sudah bangkit dari duduknya siap melangkah menuju kasir. Tidak mungkin menyetujui hal itu, segera Yoona menghalanginya.

"Yak.. yak.. yak. Jangan." memaksa Sehun agar kembali duduk. "anja." pria itu mendengarkan perintahnya dan kembali menyantap makanannya.

"Selamat makan.." seru si kembar bersamaan. Turun dari kursi lalu berlari menuju ruang bermain. Tinggallah Yoona dan Sehun disana.

.

Sehun meletakkan sikunya di atas meja, menatap lurus ke mata Yoona. "btw.. bukankah kita terlihat seperti sebuah keluarga?" menahan senyum nakal diwajahnya. Yoona terlihat tidak senang mendengar itu.

"Cepat habiskan makananmu!" bentak Yoona kelepasan. Tentu Sehun kaget bukan main. tidak hanya Sehun, tetapi juga semua pengunjung disana. "aish.." menggrutu kesal, tak habis pikir ia akan mengalami hal seperti itu.

"Hoh, jantungku berdebar hebat berkat teriakanmu." pria itu menggeleng tak menyerah. Ketika itu terdengar suara tangisan Seoeon. Dengan gerakan cepat Yoona segera melesat menghampiri adiknya itu. ternyata si kembar tengah berebutan mainan. Dan Seojun yang berhasil.

"Seojun-a.. bermainlah bersama hyungmu.." bujuk Yoona seraya mengelus pundak Seoeon. Seojun cemberut tak ingin. Merasa sedih, Seoeon memeluk Yoona dengan isak tangisnya yang berbisik. "apa kau senang melihat hyungmu menangis seperti ini?" Yoona mulai bertindak serius kepada Seojun. "jika kau tidak mau bermain bersamanya, lebih baik kita pulang saja." menggendong Seoeon dan berpura-pura hendak melangkah pergi.

"I-iya iya.." teriak Seojun diikuti rengekkannya yang dibuat-buat. "arrasoyo.." ujarnya dengan mulut manyunnya. "hyung mianhae.. ini untukmu saja." meletakkan mainan itu ke lantai, lalu berlari menuju mainan lainnya. Yoona menurunkan Seoeon dari pelukannya. Sejenak ia merasa sedih melihat mereka. Sejak lahir mereka hidup tanpa seorang ayah. Tidak ingin terpancing akan kesedihan itu, menghembuskan nafasnya dengan semangat. Dan mulai mengikuti si kembar, ia merasa harus mengawasi mereka dari dekat. Di sudut lainnya, Sehun mengamati Yoona dengan senyuman bangganya.

.

.

.

--

.

.

.

"Kemana eomma dan Krystal?" pikirnya ketika dilihatnya rumah itu yang gelap karena tak ada satupun lampu yang menyala. Si kembar sudah tertidur akibat kelelahan bermain tadinya.

"Kenapa.. cepat buka pintunya.. mereka berat sekali." keluh Sehun yang ternyata tengah kesusahan menggendong Seoeon dan Seojun sekaligus. Yoona masih saja ragu untuk membuka pintu rumah itu. ia merasa resah jika memasukkan seorang pria kedalam rumahnya itu. apalagi ketika dirumahnya tidak ada siapapun. "yak.." menyenggol pinggul Yoona mencoba mendesak gadis itu agar segera membuka pintunya.

"Aish, menggendong dua anak saja kau tidak kuat." grutunya yang mulai mengeluarkan kunci rumah dari saku celananya.

"Aku lebih kuat menggendong seorang wanita." sahut Sehun pelan yang langsung mendapatkan lirikan jijik dari Yoona. "cepatlah!" bentaknya geram melihat Yoona yang tak kunjung menggerakkan kunci rumah itu. karena kaget dengan suara pria itu, tangannya Yoona reflek mendorong pintu rumah itu hingga terbuka lebar. Tanpa pamit, Sehun langsung melangkah masuk. "dimana kamar mereka? Aish.. kenapa rumahmu kecil sekali." berdecak tak percaya. Benar-benar kesal, Yoona menepuk kepala Sehun. Sudah cukup untuknya menahannya. "Sssssakit!" si kembar nyaris terjatuh dari gendongannya.

"Disini." panggil Yoona setelah membuka pintu kamar si kembar. Dengan gerak cepat Sehun melangkah masuk lalu membaringkan tubuh si kembar ke atas kasur empuk itu. Tak hanya itu, pria itu juga membuka sepatu si kembar, membuka jaket si kembar, lalu menyelimuti mereka. Aksinya itu membuat Yoona diam tak percaya.

"Sepertinya aku telah berhasil menarik perhatianmu, benarkah begitu?" mengedipkan matanya ke Yoona lalu keluar dari kamar. "aku langsung pergi saja." katanya yang ternyata menyadari kegelisahan Yoona terhadap keberadaannya disana. Yoona mengikutinya hingga ke ambang pintu. "kunci semua pintu dan jangan menerima tamu yang tidak kau kenal, mengerti?" mengelus kepala Yoona dengan lembut, sebelum sempat ditepis gadis itu, ia sudah melangkah pergi.

"Seharian bersamanya bisa membuatku darah tinggi."

.

.

.

--

.

.

.

Masuk kedalam rumah itu dengan sneyuman yang tertinggal diwajahnya. Membuka kancing kemejanya yang teratas lalu melipat lengan kemejanya hingga siku. Terus melangkah menuju kamarnya. Tapi mendadak langkahnya terhenti, begitu juga dengan senyuman yang ada diwajahnya, menghilang begitu saja. dilihatnya kedua orangtuanya duduk berdampingan di ruang keluarga. Mereka tengah mengobrol dan sesekali tertawa kecil. Tapi anehnya, mengapa Sehun terlihat murung. Ini merupakan pertemuannya dengan orangtuanya setelah setahun lamanya ditinggal bekerja ke luar negeri. Tapi mengapa ia tidak menyusul orangtuanya dan malah melangkah masuk kedalam kamar? Seakan kesal melihat itu, Sehun bahkan membanting pintu kamarnya dengan kuat. suara hentakkan itu menyadarkan kedua orangtuanya.

"Astaga, bukankah itu dari arah kamar Sehun? Apa dia sudah pulang?" ujar ibunya yang buru-buru melangkah menuju kamar Sehun. Mengetuk pintu itu terlebih dahulu barulah mencoba membuka pintu kamar itu, terkunci. "Sehun-a.. ini eomma, bisa kau buka sebentar? Eomma merindukanmu.." panggil ibunya dari balik pintu. Di dalam kamar, Sehun mendengar itu. tapi berusaha untuk tidak menghiruakannya. Melepas jam tangan lalu kemejanya, masuk kedalam kamar mandi lalu berdiri lemah dibawah shower yang mulai menghujaninya. Sekilas Sehun terlihat berbeda dari dirinya yang biasanya.

.

.

.

--

.

.

.

"S-sajangnim! Kau tak boleh kesana.. disana dalam!" teriak Kwangsoo penuh tenaga. Berlari di tepi kolam mengikuti gerak di kakek.

"Jangan larang-larang aku!" balas si kakek lantang. Dengan ban kuning berkepala bebek, mengayunkan kedua kakinya dengan cipratan air yang berhamburan kemana-mana. "yahoooo.." soraknya dengan kencang. Senang bukan main. padahal itu merupakan kolam renang pribadinya yang terdapat di halaman belakang rumah mewahnya, tapi ia terlihat seperti tidak pernah berenang.

"Kampungan." celutuk Kwangsoo pelan. Ia selalu kesal dengan bosnya itu. "aaaa!" tubuh jakungnya tercebur kedalam kolam. Syukur ia bisa berenang. Dilihatnya disana, Jae Suk, Jong Kook dan Joong Ki menertawainya. Mereka geli bukan main melihatnya. "aish hyung! Apa-apaan ini!" teriaknya hingga suaranya serak.

"Aaaa!" kali ini suara teriakan ketiga pengawal itu. mereka ikut tercebur bersama Kwangsoo berkat dorongan dari Gook Joo. Kekasih Kwangsoo yang berbadan gempal itu mengacungkan jari tengahnya ke mereka bertiga. "Apaan sih!" teriak mereka, tapi Gook joo sudah melangkah pergi. Bersebrangan dengan Yoona yang baru saja menemukan keberadaan mereka disana berkat suara teriakan itu.

"Oppa, kalian sedang apa?" dengan polosnya, melangkah ke tepi kolam. Mengamati seniornya bingung.

"Yoona-a, bantu aku naik.." pinta Jae Suk.

"Tidak mau." tapi Yoona menolaknya. Itu karena ia merasakan adanya niat jahat dari ekspresi wajah si kaca mata. "kau pasti akan menarikku."

"Eish.. kau menebak dengan tepat." gumam Jae Suk.

"Apaan ini? Kalian mau latihan militer? Berenang dengan setelan jas?" sela Chanyeol yang baru saja tiba disana. dibelakangnya terlihat Kai yang memilih duduk disalah satu kursi pantai, duduk santai sembari menikmati drama korea dari tabletnya.

"Hah, omong kosong apa itu. kami baru saja didorong sama si gempal Gook Joo." kata Joong Ki yang baru saja berhasil keluar dari kolam. Begitu juga dengan si kekar Jong Kook yang dapat keluar dari kolam dengan mudah.

"Yak, bantu aku." Jae Suk meminta Jong Kook untuk menariknya dari kolam. Pada awalnya Jong Kook benar-benar menarik tangannya, tapi ketika nyaris berhasil, dengan santai Jong Kook melepas tangan Jae Suk. Tentu Jae Suk kembali tercebur kedalam kolam.

"Aku ganti baju dulu." si kekar pergi begitu saja diikuti Joong Ki yang berusaha untuk tidak mengiraukan Jae Suk. Masih didalam air, Jae Suk hanya bisa menyumpahi mereka dalam hati.

"Nuna, ikut denganku." juga tidak berniat membantu, Chanyeol menarik Yoona untuk segera mengikutinya. Bingung dan merasa aneh, mengapa Chanyeol harus menarik tangan? Mengingat Chanyeol adalah salah satu Tuan muda dirumah itu, Yoona pun merelakan dirinya ditarik seperti itu.

"Tuan, kita mau kemana?" tanya Yoona berusaha mengikuti langkah Chanyeol. Mereka melangkah menuju parkiran mobil.

"Temani aku ke suatu tempat.." tiba dihadapan mobil sedan barunya. Mendorong paksa Yoona agar segera masuk kedalam mobil, lalu berlari menuju pintu lainnya. Beberapa detik kemudian mobil melesat kencang keluar dari halaman rumah itu. di titik lain, Sehun yang baru saja bangun dari tidurnya, berdiri dari balik jendela kamarnya yang menghadap ke halaman depan rumah itu. awalnya ia masih belum sadar sepenuhnya, tapi ketika dilihatnya Chanyeol yang menarik tangannya Yoona lalu pergi bersama meninggalkan rumah, Yang tadinya hendak menguap mulutnya malah mengatup rapat membentuk garis tipis. Terdiam mengamati kepergian mereka. tapi sedetik kemudian ia kembali ke kasurnya. Berbaring sejenak lalu kembali tertidur.

.

.

.

--

.

.

.

"Sudahku tebak, dia pasti akan menyulitkanku lagi." batin Yoona yang sudah merasa lelah melihat banyaknya gadis remaja yang tengah menguntit dibelakang mereka. "kenapa kita kesini? Apa kau tidak pikirkan keberadaan fans-fansmu?" sudah tak memikirkan sopan santun, baginya Tuan Mudanya itu memang terlalu menyusahkan.

"Tenang saja.. kali ini aku tidak akan merepotkanmu." tersenyum lebar ke Yoona. dengan gagah mereka memasuki sebuah gedung bioskop yang luar biasa ramai.

"OMG." erang Yoona dalam hati. Semangat hidupnya merosot jatuh. Kali ini bahkan nyaris ribuan orang yang berhamburan mengelilingi mereka. "ini bahkan jauh lebih merepotkan." kata Yoona berbisik pada Chanyeol.

"Sudahku katakan, kali ini aku tidak akan merepotkanmu.. liat ini." dengan santai Tuan Mudanya itu menepuk tangan sebanyak 2 kali. Tidak lama kemudian datanglah puluhan pengawal ke hadapan mereka. Setelah menerima perintah darinya, puluhan pengawal itu langsung mengiringi Chanyeol dan Yoona menuju studio. "aman bukan?" bisiknya pelan. Yoona hanya memutar bola matanya menyerah.

"Kemana semua orang?" ketika masuk kedalam studio itu. tidak ada seorang pun disana. sofa penonton terlihat kosong melompong.

"Aku menyewa satu studio." kata Chanyeol yang sudah mendahuluinya, melangkah menuju sofa yang berada di tengah. "kemarilah." panggilnya menyadarkan Yoona yang masih termenung di depan layar raksasa itu. dengan langkah ragunya, Yoona melangkah perlahan menaiki anak tangga yang berlapiskan karpet merah. Melewati sofa-sofa mewah yang pastinya sangat empuk. "duduk." perintah Chanyeol yang meminta Yoona untuk duduk disampingnya. Yoona mengikuti permintaannya. Baru saja gadis itu duduk, sofa empuk itu bergerak pelan, membuat tubuhnya nyaris berbaring seperti di kasur. Sedetik itu Chanyeol melempar sebuah selimut berbulu yang lembut ke mukanya. "kau hanya perlu duduk manis disini hingga aku selesai menonton filmnya." jelas pria itu.

Mendengus sejenak. "yak, jika ingin menonton film, kenapa kau membawaku? Kenapa bukan pengawal yang lain?" keluh gadis itu menepikan selimut dari wajahnya.

"Mereka terlalu berisik. Lagi pula akan terlihat aneh jika aku pergi nonton dengan seorang pria." ujarnya dengan popcorn yang memenuhi mulutnya. "nuna, kau pasti akan menyukai filmnya." dan mendadak bersemangat ketika film sudah mulai diputar.

"Memangnya film apa yang akan kita tonton?" tanya Yoona mencoba membenarkan letak tubuhnya agar lebih terasa nyaman.

"Horror." sahut Chanyeol.

"Apa?!!" kaget bukan main. wajah Yoona mendadak memucat.

"Nuna! Kau mengagetkanku saja." popcorn yang ada dimulutnya berhamburan keluar.

"Kau bilang kita akan menonton film horror?" tanya Yoona lagi.

"Hmm.." Chanyeol menyadari itu, wajah Yoona yang sudah memucat dan tatapan gadis itu yang terlihat gelisah. "nuna, jangan bilang!" menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Menahan tawa yang hendak meledak. "kau takut dengan film horror?" tanyanya dengan tawanya yang tertahan. Tidak menjawab, mencoba tenang, Yoona menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut. "huahahaaaa... kau lucu sekali nuna.." Chanyeol tertawa geli.

"Diamlah." menyikut lengan Chanyeol agar pria itu segera menutup mulutnya. Dengan penuh tenaga, Chanyeol mengatup rapat mulutnya. "aish, kenapa harus film horror." batin gadis itu mengutuk dirinya sendiri.

.

.

.

Film terus berjalan dengan iringan musik horror yang mendebarkan. Kemunculan-kemunculan sosok-sosok menakutkan mulai terlihat. Suara teriakan sang aktor menambah kesan mencekam pada studio mewah itu. tapi sepertinya Chanyeol sangat menikmati film itu. berbeda dengan Yoona yang terus bersembunyi dibalik selimut, dengan kedua tangannya yang menutup telinganya dengan erat. Bahkan di ruangan yang sejuk itu keringat tetap mencucur di kening gadis itu.

"Nuna, kau akan terus seperti itu?" panggil Chanyeol berbisik. Yoona tidak ingin menghiruakannya dan terus meringkuk kikuk di sofa empuk itu. "nuna.. apa kau mau aku memutar satu film lagi?"

"Oo?" ditariknya selimut itu dari wajahnya. Ternyata filmnya sudah selesai. Dengan penuh syukur ia menghela nafas panjangnya. "kita pulang sekarang." tidak perlu menunggu perintah dari Tuannya itu, Yoona langsung melangkah cepat keluar dari studio mewah itu.

"Hoh, kenapa dia yang memerintahku?" menggeleng tak paham. Lalu kembali tertawa geli mengingat ekspresi Yoona tadinya. "dia benar-benar lucu." berlari guna menghampiri Yoona yang sudah melangkah jauh. "nuna, tunggu aku!"

.

.

.

Mereka kembali kerumah dan tiba disaat sore telah tiba. Di sore itu halaman depan rumah terdengar sangat berisik seakan dipenuhi banyak orang. Namun yang terlihat hanya si kakek bervespa, Kwangsoo, Kai, Jae Suk, Jong Kook, Joong Ki dan Gook Joo. Sedang apa mereka? Bermain Tenis. Sepertinya si kakek gaul itu sangat menggemari bidang olahraga. Dengan tubuh gempalnya Gook Joo berlari penuh tenaga. Dibantu Kwangsoo, mereka tampak seperti pasangan petenis handal. Dengan lawan mereka yang tak kalah tangguh, si kaca mata dan Bos kesayangannya, si kakek bervespa. Dipinggir lapangan, Jong Kook dan Joong Ki membantu menyoraki mereka agar lebih terasa seru. Lalu Kai? Tetap setia dengan tabletnya.

"Baiknya rumah ini dijadikan GOR saja." ujar Chanyeol yang mulai melangkah menghampiri mereka. Tapi paling tidak, Yoona lebih suka menghadapi hal seperti ini dari pada harus menemani Tuannya menyaksikan film yang paling ia hindari.

"Oo Yoona-a! Kemarilah, gantikan aku." teriak Gook Joo yang sudah keluar dari lapangan. Memberikan raket tenisnya kepada Yoona, gadis itu tersenyum mengingat dulunya ia juga pernah berlatih tenis. Sepertinya sudah saatnya untuknya menunjukkan kemampuannya disini. Dengan senyum beringasnya, melangkah masuk ke lapangan yang entah kapan menjadi lapangan tenis itu. Sajangnim, mianhae. Ujarny dalam hati. Dan pertandingan yang sebenarnya pun dimulai.

.

.

.

.

.

Continued..

.

.

.

.

.

.

Btw, saya sudah terbitkan buku. Judulnya White Romance. Untuk pembelian bukunya pre-order langsung ke penerbitnya. Tapi jika tidak ingin menunggu, kakak2 bisa beli dalam bentuk E-Book.

Belinya di Play Buku (download dulu aplikasinya di play store)

Harga E-Book White Romance murah kok. Hanya RP 51.000 saja.

Bagaimana dengan isi ceritanya? Dijamin mantaps.

Karena White Romance karya terbaik yang saya buat sejauh ini.

.

.

Oh iya..

Subscribe channel youtube saya ya kak.

Hyull Story (Audiobook)

Isinya cerita2 saya yang sudah saya buat menjadi audio + ada backsound gitu. Mana tahu sedang malas baca, bisa dengerin audiobook saya. hehe..

Maaci.. ^^

avataravatar
Next chapter