Iguvua bisa menembahkan lebih banyak fireball algi, tapi sulit memutuskan yang mana dari kalimat lizardmen itu yang benar.
Iguvua dan lizardmen berjarak kurang dari empat puluh meter.
lizardmen yang menyerang kelihatannya adalah warrior dan sebagai magic caster undead, Iguvua ingin menghindari pertarungan jarak dekat.
Dia tidak bisa menggunakan fireball dalam situasi ini. Iguvua tidak sebodoh itu untuk memastikan berapa banyak lagi mereka bisa menghadang mantranya. Jika mereka tidak bersembunyi dari balik hydra pada awalnya dan harus memperpendek jarak, Iguvua mungkin akan mengujinya. Tapi peluang itu sudah dihancurkan oleh hydra sialan itu.
"Sialan... hanya gara-gara hydra."
Setelah meludahkan kalimat itu, Iguvua memutuskan tindakan selanjutnya.
"Kalau begitu, bagaimana dengan ini?"
Kebetulan saja ketiga orang itu berlari dalam satu baris. Iguvua mengarahkan telunjukkan kepada ketiga orang lizardmen yang sedang mendekat. Listrik keluar dari telunjuknya.
"Rasakan [Petir] milikku!"
Sebuah kilatan petir muncul dan -
Meskipun dari jarak sejauh ini, cahaya putih pada jari Iguvua bisa terlihat 'Petir'.
Icy Burst dari Frost Pain bisa mementalkan serangan elemen api atau es. Tapi Zaryusu tidak pernah menggunakannya untuk melawan petir sebelumnya, dan tidak yakin jika itu akan berhasil.
Apakah mereka harus mencoba keberuntungan mereka, atau menyebar untuk meminimalisir damage yang akan mereka terima?
Zaryusu menggenggam Frost Pain dengan erat.
Udara yang berdengung karena listrik statis, membuktikan bahwa serangan petir ini sangat dekat.
"Serahkan ini padaku!"
Zenberu membuat penilaiannya sebelum Zaryusu dan melompat ke depan dengan sebuah teriakan. Mantra diaktifkan dalam waktu yang sama.
"[Lightning]"
"Warrghhh- [Resistance Massive]"
Ketika petir terlihat seakan menembus Zenberu, tubuhnya mengembang, mementalkan lengkungan petir yang seharusnya mengenai dua orang lain di belakangnya.
Resistance Massive.
Sebuah skill dari monk, memberikan kemampuan untuk mengurangi damage magic dengan menyebar Qi dari tubuh seseorang dalam sekejap.
Ini adalah skill yang dipelajari Zenberu ketika bepergian setelah kalah dari Icy Burst dari Frost Pain. Meskipun itu adalah seranga area, namun mempan terhadap magic apapun yang memberikan damage.
Baik teman dan musuh melengking, tapi Zaryusu dan Crusch yang percaya kepada teman mereka tidak terlalu terkejut. Oleh sebab itu, lizardmen yang semakin dekat sementara undead itu terkejut.
Saat Zaryusu berlari, dia akhirnya mengetahui suatu hal.
Jika dia menggunakan Icy Burst ketika melawan Zenberu, dia akan ditahan oleh skill ini. Dia akan terbuka lebar untuk serangan dan kalah. Itu mungkin mengapa Zenberu memancing Zaryusu untuk menggunakan skill itu.
"Haha! Terlalu mudah!"
Suara santai Zenberu membuat Zaryusu tersenyum, tapi wajahnya lalu menegang. Zaryusu menyadari bahwa suaranya terlihat sedikit rasa luka.
Bahkan lizardmen pria seperti Zenberu tidak bisa menahan luka sepenuhnya, lukanya pasti serius. Terlebih lagi, Zenberu tidak setujua untuk bersembunyi di belakang Rororo jika teknik ini sempurna.
Zaryusu memandang ke depan, musuh kurang dari dua puluh meter lagi. Jarak yang tidak mungkin itu telah terpotong hingga tersisa sejauh ini.
Dengan jarak yang semakin dekat, Iguvua menilai kelompok di depannya adalah musuh yang kuat yang tidak boleh dianggap remeh. Mereka bisa bertahan terhadap mantranya dan layak dipuji. Iguvua memiliki cara lain untuk menyerang, tai dia harus mempertimbangkan pertahannya pula.
"Tidak buruk untuk dipakai sebagai persembahan, cukup layak bagiku untuk menunjukkan kekuatanku."
Iguvua mengaktifkan magic miliknya dengan seringai yang dingin.
"[Summon Undead Tingkat 4]"
Wetland mengeluarkan buih-buih dan tubuh kerangka dengan empat tangan yang memegang perisai bundar dan scimitar muncul untuk melindungi Iguvua. Mereka adalah undead yang dikenal dengan Skeleton Warrior, jauh lebih kuat dari skeleton biasa.
Dia bisa memanggil undead lain. tapi dia memilih skeleton karena daya tahannya terhadap serangan dingin. Iguvua dan monster-monster yang dibuat dari tulang kebal terhadap serangan dinding.
Iguvua melihat dengan angkuh pada musuh yang mendekat di bawah perlindungan penjaganya. Itu adalah sikap seorang raja yang menghadapi penantang.
Jaraknya sudah dekat.
Hanya ada sisa sepuluh meter.
Hanya itu yang tersisa. Setelah melihat bahwa undead tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda menyerang, Zenberu menatap ke belakang.
Dia melihat jarak yang sudah mereka lalui. Ini adalah jarak yang dekat untuk lari jarak pendeka, tapi jarak seratus meter itu adalah tanah kematian tanpa tempat berlindung. Jika mereka tidak memiliki baik Rororo, Frost Pain, Zenberu atau Crusch, tidak mungkin mereka bisa berhasil melewatinya. Tapi mereka sudah datang sejauh ini dan musuh sudah berada dalam genggaman.
Mereka sudah melewati jarak ini.
Zaryusu merasa lega melihat Rororo yang dibawa kembali ke desa oleh lizardmen lain. Dia lalu mengutuk dirinya karena bersikap santai dan menatap ke arah undead.
Zaryusu mengakui bahwa dia adalah musuh yang berat.
Jika dia tidak bertemu dengan keadaan seperti ini, Zaryusu pasti sudah akan kabur. Instingnya berkata untuk kabur hanya dengan melihatnya dari wajah ke wajah, dan meskipun ekornya menolak. Zaryusu bisa melihat dari sudut matanya bahwa ekor Zenberu dan Crust juga memiliki reaksi yang sama.
keduanya pasti juga berpikir hal yang sama dengan Zaryusu. Benar sekali mereka berusaha sebisa mungkin untuk menekan keinginan untuk kabur ketika mereka menghadapi undead.
Zaryusu menepuk punggung keduanya dengan ekornya.
Kedua orang itu melihat Zaryusu dengan kaget.
"Kita bisa menang jika kita bekerjasama."
Hanya itu yang dikatakan oleh Zaryusu.
"Benar sekali, kita bisa menang, Zaryusu."
menyentuh punggungnya yang ditepuk oleh Zaryusu dan membalas.
"Hah, keadaan semakin menarik!"
Zenberu menjawab dengan senyum arogan.
Dan ketiganya melampau jarak terakhir.
---
Delapan meter lagi.
Kelompok Zaryusu yang berlari hingga disini sudah terengah-engah. Sebaliknya, undead tidak perlu bernafas. Dua orang kelompok itu saling mengunci pandangan mereka dan undead berbicara dahulu.
"Aku adalah Lich yang melayani Supreme Being, Iguvua. Jika kamu mundur sekarang, aku akan memberimu kematian tanpa rasa sakit."
Zaryusu pun tersenyum, dia tahu undead yang bernama Iguvua ini tidak tahu apapun.
Tak perduli bagaimanapun kamu memikirkannya, hanya ada satu jawaban.
Meskipun Zaryusu tersenyum, Iguvua tidak merasa tidak senang dan menunggu dengan diam jawaban mereka. Iguvua tahu dia kuat dan percaya diri bisa menghabisi kelompok Zaryusu. Itulah kenapa dia menunjukkan keangkuhan dari yang agung, dan bahkan berterima kasih karena sudah menghindarkannya dari hal yang merepotkan dengan berjalan kesana.
"Biar kudengar jawabanmu.."
Zaryusu mengangkat Frost Pain dengan erat; Zenberu mengangkat tinjunya dan mengambil kuda-kuda; Crusch tidak melakukan apapun, saat dia merasakan mana jauh di dalam dirinya, bersiap untuk merapalkan mantranya setiap saat.
"Aku akan memberimu jawabannya - jangan mimpi!"
Skeleton warrior yang menilai jawabannya memusuhi mengangkat scimitar mereka dan melindungi tubuhnya.
"Kalau begitu matilah dengan kematian yang paling menyakitkan. Kalian akan menyesal menolak tawaran belas kasihanku yang terakhir!"
"Itulah yang ingin kukatakan, kembalilah ke neraka undead! Iguvua!"
Saat ini, petempuran yang akan memutuskan hasil dari perang ini dimulai.
----
"Zaryusu! Hadapi dia!"
Zenberu yang berlari lebih cepat dari siapapun merentangkan lengan raksasanya dan menyerang skeleton warrior.
Dia tidak perduli ketika Skeleton Warrior menahannya dengan perisai, menggunakan tenaga kasar untuk mendorong mereka. Perisai itu melekuk, dan Skeleton Warrior terhuyung-huyung mundur berbenturan dengan Skeleton Warrior lainnya dan kehilangan keseimbangan mereka. Di waktu yang sama, Zenberu menggunakan ekornya untuk memukul Skeleton Warrior lain, tapi luput.
Formasi Skeleton Warriot itu hancur dan Zaryusu menggunakan kesempatan ini untuk menyusup lewat.
"Hentikan dia!"
Dua Skeleton Warrior itu menebas Zaryusu setelah mendengar perintah Iguvua.
Zaryusu bisa menghindarinya; dia bisa juga menggunakan Frost Pain untuk menahannya jika dia inginkan. Tapi Zaryusu tidak melakukan salah satunya. Menghindari berarti dia akan melambat, Zaryusu tidak ingin membuat gerakan yang tidak perlu di depan Iguvua.
Dan yang lebih penting lagi, seseorang sudah mengurusnya-
"[Earth Bind]"
Bumi bergerak seperti cambuk, mengikat dua Skeleton Warrior. Cambuk yang terbuat dari lumpur seperti rantai baja, mengikat gerakan dari dua Skeleton warrior saat Zaryusu menyerang ke dalam celah formasi mereka.
Benar sekali- Crusch juga ada disana.
Zaryusu tidak bertarung sendirian, dia harus percaya kepada temannya.
Bahkan magic Crusch tidak bisa menyegel gerakan mereka dengan sempurna. Scimitar dari Skeleton Warrior masih bisa menyerempet Zaryusu. Tapi itu bukan apa-apa, darahnya yang mendidih membuatnya tidak mempan dengan luka ini.
Zaryusu berlari dengan langkah yang cepat.
Dia menyerang Iguvua yang menunjuknya dengan jari. Bahkan jika dia terkena mantranya, Zaryusu harus menahannya dan menyerang target. Dia bergerak dengan tekad seperti baja.
"Dasar bodoh! Kenalilah ketakutan sejati [Scare]!"
Pandangan Zaryusu bergetar dan dia bingung sekarang berada di mana. Sebuah perasaan tidak enak menyebar di hatinya dan dia ketakutan dengan hal-hal di sekitar yang menyerangnya....
Kakinya semakin pelan dan berhenti. Zaryusu yang gemetar secara mental karena efek dari mantra [Scare] dan kakinya tidak meresponnya. Meskipun otaknya memerintahkan kakinya untuk begerak, tapi hatinya menghalangi.
"Zaryusu! [Lion's Heart]"
Saat Crusch berteriak, ketakutan pada dirinya sirna seketika dan semangatnya keluar menjadi lebih kuat. Magic yang memberikan keberanian mengalahkan ketakutannya.
Iguvua menatap tidak senang pada Crusch dan menunjuk dia.
"Menjengkelkan! [Lightning]"
"Hyaa!"
- Crusch berteriak.
Zaryusu yang mulai berlari lagi hampir ditelan oleh kebencian, tapi menahan diri pada akhirnya. Kebencian memang bisa menjadi senjata yang bagus suatu waktu, tapi di hadapan musuh yang kuat, malahan bisa menjadi rintangan. Apa yang dia perlukan untuk melawan musuh yang kuat adalah hati yang membara dan pikiran yang sedingin es.
Zaryusu takkan pernah menolehkan kepalanya.
Iguvua baru saja menyerang Crusch, tapi itu artinya Zaryusu bisa menggunakan kesempatan ini untuk semakin memperkecil jarak. Rasa cemas bisa terlihat dari wajah Iguvua dan dia tahu dia membuat kesalahan. Reaksi ini membuat Zaryusu, yang wanitanya disakiti, menyeringai mengejek.
"Cih! [Light...."
"Terlalu pelan!"
Frost Pain yang menebas dari samping memutuskan jari Iguvua.
"Ugh!"
"Seorang warrior telah tiba dihadapanmu, Magic caster! Biar kuberitahu bahwa mantramu itu tidak ada gunanya lagi sekarang!"
Selain Mage Legendaris, Magic Caster yang sedang dalam jangkauan serangan melee bisa dihentikan ketika mereka merapal mantranya.
Meskipun Magic Caster Undead yang kuat bukanlah pengecualian.
Zaryusu yang menyipitkan matanya, merasakan ada yang tidak beres. Dia merasa aneh ketika menebas Iguvua, dia pasti memiliki pertahanan terhadap senjata fisik.
Tapi dia tidaklah kebal. Benar sekali, jika dia memiliki pertahanan terhadap damage, Zaryusu hanya perlu memberikan damage lebih banyak lagi.
Apa yang dia harus lakukan sekarang adalah terus menebas.
Bicara memang mudah, tapi melakukan itu akan sangat sulit. Zaryusu juga tahu itu. Tapi itu adalah satu-satunya cara Zaryusu yang hanya seorang warrior bisa lakukan.