webnovel

Red Potion

Shalltear yang sementara itu mengabaikan wanita tersebut, warrior wanita - pencucui mulut yang tidak berhenti menebas dan menusuk tubuh Shalltear.

Tapi percuma.

Melawan Shalltear, yang bahkan tidak merasa geli, jangankan perih dari serangannya, itu adalah tindakan yang sia-sia. Satu-satunya hal yang dia lakukan adalah membuat gaunnya penuh dengan lubang. Tapi meskipun begitu, karena baju yang dia kenakan adalah kualitas magic, langsung membetulkan diri selama Shalltear sendiri masih baik-baik saja.

"Kalaaaau begittuuuuuuu! Pencuciiiii muluuuuuttt! Waktunya makaaaaannn!"

Sebuah tawa seperti anak-anak yang menyimpan makanan favoritnya untuk terakhir - meskipun begitu, terlihat menjijikkan, dan terdengar kejam. Shalltear berputar mengarah ke wanita yang menyerang punggungnya dan saling bertatap.

Saat pandangannya bertemu dengan mata merah darah Shalltear, warrior wanita itu menyadari bahwa dia adalah yang terakhir tersisa. Dengan mata berkaca-kaca, dia mengambil langkah mundur, lagi dan lagi. Lalu, dia berusaha mencari-cari sesuatu dari kantung di pinggangnya, mencari sesuatu.

Dunianya telah diwarnai dengan merah, Shalltear menatap usaha wanita itu dengan ekspresi santai. Dia merasa sedikit ingin tahu atas apa yang wanita itu coba lakukan.

Dia dengan cepat mengeluarkan sebuah botol dan melemparnya.

Shalltear menatap botol yang berputar di udara dan menyeringai.

Meskipun wanita itu melemparkannya dengan seluruh kekuatannya, dalam mata Shalltear, itu terlalu pelan. Sangat mudah dihindari. Namun, sikap arogan yang kuat tidak memperbolehkannya. Dan dengan begitu, Shalltear ingin melihat; ekspresi wajah wanita itu untuk terakhir kalinya, senjata rahasinya dihancurkan.

Hasrat untuk membunuh sudah sangat kuat.

Tapi Shalltear menahan diri. Semakin lama dia menunggu, semakin besar kebahagiannya yang akan dia rasakan nantinya.

Saat Shalltear melihat botol yang terlempar kepadanya, diapun bengong.

Holy Water (Air Suci)? Ataukah api cair, percuma saja. Perlawanan yang sia-sia seperti itu. Seperti yang kuduga, aku akan pelan-pelan meminum darahnya dahulu, cukup agar dia tidak mati. Jika dia seorang perawan, tidak apa jika aku meminumnya hingga dia mati. Jika tidak, aku akan bermain dengannya sedikit, lebih baik tanpa harus menumpahkan darahnya.

Setelah memutuskan, Shalltear dengan malas menghancurkan botol itu dengan satu tangan. Benturanyang disebabkan cairan merah itu keluar dari mulut botol, tertumpah ke kulitnya.

Dan lalu - sedikit rasa sakit.

Di dalam kepala Shalltear tiba-tiba berubah menjadi putih. Haus darah yang sebelumnya mengamuk di dalam tubuhnya tidak lagi ditemukan.

Dia menatap sumber sakitnya dengan tatapan kosong; tangan yang menahan botol itu. Dari tempat cairan itu menyentuhnya, sebuah bau yang kuat keluar, bersama dengan asap yang kecil.

Shalltear merubah tatapannya ke tanah. Botol yang tergeletak di tanah dengan tutupnya yang terbuka, mengeluarkan aroma aromatik. Itu adalah bau yang sangat dia ketahui.

Itu adalah botol potion yang banyak digunakan di Nazarick.

Cairan itu sendiri kelihatannya adalah Potion Healing Minor. Undead akan terluka oleh item untuk menyembuhkan. Itulah alasan mengapa kulit Shalltear sedikit meleleh.

"Tidak mungkin!"

Suara orang marah kelihatannya mengguncang udara.

"Bawa wanita itu kepadaku hidup-hidup!"

Merespon perintahnya, vampire bride yang sedang berdiri di samping sampai sekarang akhirnya bergerak. Sementara Shalltear sedang berpikir dalam-dalam, wanita itu menggunakan kesempatan itu untuk berputar dan kabur. Dua orang vampire cepat-cepat menutup jarak dan menggenggam lengannya dari kedua sisi.

Meskipun si wanita berusaha keras, perbedaan kekuatan antara seorang manusia dan vampire sangat berbeda. Dengan mudahnya, dia diseret di depan Shalltear.

"Lihat mataku!"

Shalltear menyentuh dagu wanita itu dan memaksa matanya untuk melihat mata Shalltear. Tak perlu dikatakan lagi, Shalltear menahan kekuatannya, jika tidak dia pasti tidak sengaja merobek dagunya dan berakhir pada situasi yang memalukan. Meskipun Shalltear tahu bagaimana menggunakan magic faith based, sebagai seorang undead, dia tidak bisa menggunakan mantra healing biasa.

Dipaksa untuk melihat, mata wanita itu segera buram, dan tampang ketakutan pada wajahnya digantikan dengan ekspresi bersahabat. Itu adalah efek dari mantra charming [Demon Eyes of Attraction]. Merasa bahwa dia sudah dibawah pengaruh mantra, Shalltear melepaskan genggaman tangannya pada wanita warrior itu.

Dia memiliki beberapa pertanyaan untuknya.

Tapi hanya ada satu yang dia butuhkan untuk ditanyakan sebelum hal lainnya.

Shalltear mengambil botol potion yang terjatuh ke tanah dan menggenggamnya di depan wanita warrior itu.

"Darimana kamu mendapatkan potion ini? Dari siapa, dimana!"

"Di dalam kedai, seorang pria dalam balutan armor hitam memberikannya padaku."

Mendengar kalimat yang diucapkan seakan itu tidak penting, seluruh tubuh Shalltear berubah membeku.

"..Tunggu...Tidak, itu tidak mungkin....tapi..yang mana... kota yang mana?"

"Kedai di kota E-Rantel."

Shalltear terkejut, seakan dunia terguncang. Pria dalam armor hitam; itu karena dia merasa tahu siapa yang dimaksud oleh wanita ini.

Jika itu persoalannya, masalah yang lebih besar adalah, apa alasannya wanita ini bisa memiliki potion tersebut. Sulit dibayangkan jika dia hanya memberinya tanpa alasan.

"Tidak mungkin..."

Apakah dia juga memberikan beberapa instruksi yang tidak diketahui kepada wanita ini? Atau mungkin dia memberinya potion untuk membentuk sebuah koneksi, atau mungkin untuk memperkuat hubungan pertemanan mereka.

Tampilan berwibawa dari Ainz Ooal Gown, Penguasa mutlak dari Great Tomb of Nazarick, muncul di pikirannya, kemungkinan bahwa dia mengacaukan rencana yang dia buat terbakar di hatinya.

"Mengapa kamu kemari?! Apa tujuanmu!"

Shalltear tidak lagi menggunakan pura-pura lembut dengan ucapannya. Setelah dia sadar bahwa memperoleh informasi sebanyak mungkin menjadi prioritas utamanya, Shalltear menatap wanita itu dengan mata merah, dengan perasaan yang berbeda seluruhnya dari sebelum ini.

TL Note : Shalltear biasanya berbicara seperti Geisha dengan memakai tutur kata yang halus. Disini dia sudah tidak menggunakan tutur kata yang halus lagi.

"Ya. Tujuan utama kami adalah untuk berpatroli di jalan ini. Tapi ketika kami mendengar informasi bahwa persembunyian bandit berada di dekat sini, kami datang untuk menyelidikinya. Karena kelihatannya ada sesuatu yang terjadi, kami membagi tim menjadi dua dan kemari untuk melakukan misi pengintaian."

"Kalian membagi tim menjadi dua?"

"Ya, karena kami tidak tahu berapa banyak bandit disini, pekerjaan kami adalah untuk mengumpulkan perhatian mereka dan memancing mereka ke dalam jebakan yang telah disiapkan oleh lainnya."

"Jadi ada tim yang lain."

Memikirkan bahwa ada gangguan lain yang muncul, Shalltear mengeluarkan bunyi klik pada lidahnya.

"Jadi, berapa banyak jumlahmu?"

"Termasuk saya, mereka yang kemari ada tujuh, dan--"

"Apa? Tunggu, tujuh? Bukan enam?"

Tatapan Shalltear berpindah ke arah mayat-mayat yang ada di tanah. Tiga Warrior, Satu Bishop, Satu Magic Caster dan wanita ini; jumlahnya tidak cukup.

Berhadapan dengan mata yang dipenuhi dengan pertanyaan, warrior wanita itu merespon dengan santai.

"Ya. Jika keadaan darurat, kami memiliki ranger yang akan kembali ke E-Rantel untuk meminta bala bantuan."

"Apa...?"

Next chapter