Dengan setiap langkah, bau dari darah semakin kuat -- dan akhirnya, dia melihat dua bayangan.
"Kalian berdua kelihatannya sedang bersenang-senang."
"Tidak sama sekali, kurasa mereka semua terlalu lemah. Aku tak bisa mengisi penuh Blood Pool milikku."
Itu adalah sebuah respon yang kelihatannya benar-benar tidak khawatir terhadap kemunculan tiba-tiba Brain, seakan mereka sudah tahu dia akan datang. Brain juga tidak berusaha untuk menghilangkan keberadaannya, jadi dia tidak terkejut.
Dia sedikit merengut ketika melihat dua orang penyusup itu.
"Mereka bilang padaku ada dua orang wanita, tapi salah satunya masih bocah... dan dia memakai gaun..?"
Brain langsung menyingkirkan pemikiran itu. Mengambang di atas gadis yang kecantikannya terlihat tak ada tandingannya, adalah sebuah bola yang kelihatannya terbuat dari darah.
"Pertama kalinya aku melihat magic semacam itu... apakah kamu seorang magic caster?"
Seorang magic caster tak akan memerlukan armor, yang mana menjelaskan mengapa mereka berdua ini hanya memakai gaun di tempat seperti ini.
"Magic caster dengan dasar keyakinan (Faith Based), Penganut garis darah dari asalnya, Dewa Cainabel."
"Cainabel? Pertama kalinya aku dengar dewa dengan nama itu. Apakah dia seorang dewa jahat?"
"Ya, dia masuk dalam kategori itu. Yah, lagipula dia telah dikalahkan oleh para Pemimpin Tertinggi. Menurut para pemimpin tertinggi, dia adalah 'boss event yang lemah'."
Mengalihkan matanya dari gadis yang berujar tentang para pemimpin tertinggi dan lainnya, Brain memfokuskan perhatiannya kepada wanita yang berdiri seperti pelayan. Dia ini juga termasuk cantik. Sosoknya yang montok terlihat memancarkan sensualitas.
Dari bercak-bercak merah darah yang menutupi gaunnya, dia pastilah yang membunuh para penjaga.
Brain hanya mengangkat bahunya dan menggenggam katana miliknya.
"Itu tidak penting. Aku sudah siap kapanpun. Jika kamu belum, aku bisa menunggu. Apa yang akan kamu lakukan?"
Memberinya ekspresi terkejut, gadis itu menutup mulutnya untuk menahan tawa yang samar.
"Betapa beraninya kamu, apakah kamu tidak apa sendiri saja? Kamu boleh memanggil teman-temanmu lebih banyak lagi, jika kamu mau."
"Tidak berdua tahu jika membawa gerombolan orang-orang kelas tiga tidak akan ada bedanya melawanmu. Aku sudah cukup."
"Apakah kamu salah satu dari mereka..? Tipe orang yang tidak mengerti seberapa tingginya langit itu? Apakah kamu kira kamu bisa menyentuh bintang hanya dengan meraihnya saja? Tipe naif seperti itu seharusnya hanya untuk anak-anak seperti Aura. Itu hanya menjijikkan bagi orang dewasa."
"Memangnya kenapa dengan orang dewasa yang seperti itu? Aku rasa seorang gadis tidak bisa memahami roman seorang pria?"
Brain mengeluarkan katana miliknya dan memasang kuda-kuda. Melihat ini, gadis itu mengeluarkan ekspresi bosan dan melihat sekilas pada atap dan bicara.
"Kamu bisa mulai sekarang."
Gadis itu memberi tanda dengan dagunya, memberi perintah kepada wanita di sampingnya untuk maju.
Gerakannya benar-benar seperti angin, tapi- bagi Brain, bahkan kecepatan angin tidaklah cukup cepat.
"Haaah!"
Dengan sebuah teriakan, Brain meluncurkan dirinya dengan seluruh kekuatan di tubuh dan merangsek seperti badai. Sabetan yang cukup bertenaga bisa dengan mudah membelah pria berarmor menjadi dua.
"Kuh!"
"Cih, terlalu tipis."
Berhenti ketika di tengah serbuannya, vampire itu memegang bahunya dan terpaksa untuk mundur. Katana itu menembus tulang selangka (tulang di dekat dada) dan meninggalkan sebuah sabetan menyilang di dadanya.
Brain memicingkan mata saat dia menatap musuhnya.
Selain dari fakta bahwa dia gagal membunuhnya dengan sekali pukulan, ada hal lain yang membuatnya kesulitan memahami. Luka di bahunya seharusnya memuncratkan darah, tapi tidak setetespun darah terlihat.
'Apakah itu adalah magic?'
Sambil berpikir, Brain sedikit menyipitkan matanya ketika dia melihat luka yang ditutupi oleh tangan wanita itu.
Luka katana di bahunya pelan tapi pasti, menjadi sembuh. Meskipun dia pernah mendengar keberadaan dari magic healing berkecepatan tinggi, ini kelihatannya berbeda. Dan hanya ada satu jawaban lain.
Seorang monster dengan kemampuan menyembuhkan diri, Taring yang tajam keluar dari mulutnya, mata yang berwarna merah darah penuh dengan kebencian, penampilan yang seperti manusia..
Brain, yang jejak pemikirannya sudah sampai titik ini, menyadari identitas monster itu yang sebenarnya.
"Vampire... huh. Kemampuan khususnya... hight speed regeneration (menyembuhkan diri dengan kecepatan tinggi), charm (pesona), life drain (menyedot energi kehidupan), memanggil pasukan vampire rendahan, tahan terhadap senjata dan dingin... Kurasa ada banyak lagi... Entahlah."
Dia hanya perlu memotong mereka. Dengan berpikir seperti itu, Brain menggenggam erat katananya.
Wanita itu melebarkan matanya dan pupilnya yang berwarna merah darah semakin besar dan menakutkan.
Saat itu, Otak Brain mulai kabur. Musuh di depannya mulai terlihat lebih dan lebih mirip dengan sekutunya. Namun, dengan cepat dia menggelengkan kepalanya, kabur itu akhirnya hilang.
"....Charm? Otakku tidak lemah sehingga bisa dipengaruhi oleh sesuatu dengan level segitu"
Tidak hanya senjatanya, bahkan hati Brain pun seperti katana itu. Dia dengan mudah bisa menyingkirkan mantra sederhana seperti charm.
Vampire tersebut melihat ke arahnya dengan benci dan memamerkan taringnya, tapi itu adalah tampilan yang berasal dari ketakutan. Siapapun yang percaya diri dengan kemampuannya cukup menyerangnya saja. Dengan kata lain, vampire itu menjadi berhati-hati, entah dikarenakan serangan Brain, atau karena menyadari bahwa dia adalah musuh yang mumpuni.
"Setidaknya kamu cerdas. Tapi meskipun seekor binatang buas bisa tahu hal itu."
Brain menyeret kakinya dan maju per inchi menju vampire itu. Menyesuaikan gerakan lawannya, vampire itu pelan-pelan mundur.
Membosankan.
Brain tertawa mengejek, dan seakan dipancing untuk maju, vampire itu menghentikan gerakan mundurnya dan sedikit maju.
Jarak diantara keduanya sekarang hanya tiga meter. Bagi vampire tersebut, itu adalah jarak yang bisa dia jangkau dengan sekali lompatan. Namun, kehati-hatiannya terhadap kemampuan Brain mencegahnya untuk langsung maju. Lalu -- senyum mungil tampak pada bibirnya, dan vampire itu mengulurkan tangannya ke depan.
[Shock Wave]
Bumi terbelah karena getaran yang menuju kepada Brain. Dengan mudah bisa menghancurkan full plate mail (armor full body dari lempengan logam), bagi Brain, yang hanya mengenakan chainmail, terkena oleh ledakan seperti itu akan membuatnya cedera berat. Bukan hanya itu, perbedaan besar pada kemampuan fisik antara dua orang itu artinya bahwa menerima satu pukulan sekalipun akan membuat jalannya pertarungan berubah menjadi tidak menguntungkan baginya.
Namun - Vampire itu melebarkan matanya karena terkejut.
"Cobalah merayakan setelah benar-benar mengenai targetmu. Gerakanmu terlalu mudah dibaca."
- Dia tidak tersentuh.
Dengan mudah menghindari serangan tak terlihat, Brain mengatakannya dengan sebuah seringai. Vampire itu terkejut dan panik lalu melompat ke belakang dengan lompatan yang lebar. Dia menyadari bahwa menganggap remeh manusia ini sebagai makhluk rendahan adalah sebuah kesalahan.
Di lain pihak, meskipun dia tidak memperlihatkannya di wajah, Brain tahu dia harus memikirkan kembali rencananya untuk menyerang. Pemikiran bahwa dia bisa menggunakan magic telah benar-benar keluar dari kepalanya.
Tujuan terbesar dari Brain adalah Gazef, dan pertarungan mereka akan diselesaikan dengan pedang mereka. Karena itu, kemampuan mereka dalam hal magic tidak setara dengan kemampuannya dalam berpedang. Melawan musuh seperti itu, dia tidak bisa memprediksikan apa yang akan dia lakukan selanjutnya.
Hasilnya adalah sebuah sebuah jalan buntu antara kedua pihak yang saling menatap satu sama lain, menunggu sebuah kesempatan untuk menyerang.
Merasa bosan dengan situasinya, gadis itu menghela nafas.
"Haa.... Gantian."