webnovel

Misi Penyelamatan Sukses

Pemuda itu, Nfirea saat ini sedang berada di kuil. Mata merah yang berkilauan dari pemuda itu terlihat pudar.

Pakaian transparan yang aneh yang sedang dia pakai memang menakjubkan, tapi Ainz melihat wajahnya.

Di wajahnya terdapat luka sabetan yang melebar hingga matanya, bisa dilihat juga air mata dan darah hitam yang menggumpal, sudah jelas jika dia buta.

"Tapi... Kebutaan masih bisa disembuhkan... Magic benar-benar membuat semuanya jadi mudah."

Masalahnya adalah kondisi Nfirea.

Berdiri tegak, dia tidak merespon sama sekali kedatangan Ainz, meskipun matanya tidak bisa melihat, dia seharusnya masih bisa tahu jika ada orang yang berdiri di depannya. Tapi tidak ada reaksi, itu artinya -- spiritnya sedang dikendalikan. Pertanyaannya adalah, pengendalian semacam apa?

"Itu pasti karena benda ini."

Ainz melihat mahkota yang dipakai di atas kepala Nfirea, sebuah mahkota yang terlihat seperti jaring laba-laba. Selain itu, tak ada hal yang mencurigakan lainnya.

Mengulurkan tangannya, berpikir akan mengambil mahkota itu, Ainz tiba-tiba berhenti. Karena dia tidak tahu apa yang menyebabkan kondisi ini, dia seharusnya tidak bertindak sembrono. Jadi Ainz merapalkan mantranya ke arah mahkota itu.

"[All Appraisal Magic Item]"

(Penaksiran Semua Item Magic)

Di YGGDRASIL, menggunakan magic ini bisa membuat seseorang mengetahui efek dari sebuah item. Mantra ini juga bisa digunakan di dunia ini. Tidak, bahkan lebih buruk, sebuah pesan seperti ketika di YGGDRASIL pelan-pelan muncul di otak Ainz.

"...Crown of Wisdom...Ternyata begitu...Item ini tak pernah ada di YGGDRASIL...Tidak bisa dibuat kembali di YGGDRASIL."

Setelah memperoleh pengetahuan, Ainz menghela nafas pendek, dan memikirkan apa yang akan dia lakukan.

Dia memperhitungkan keuntungan membawa Nfirea kembali ke Nazarick. Kemungkinan menjumpai lagi item yang langka dan Innate Talent yang besar.

Tapi dia ragu sesaat.

"Karena aku sudah menerima permintaan ini, sengaja menggagalkannya akan merusak nama Momon -- Kita hancurkan saja."

"[Greater Break Item]"

Ainz merapal magicnya yang ditujukan kepada mahkota itu. Melihatnya berubah menjadi cahaya kecil yang banyak sekali memang sungguh indah.

Ainz pelan-pelan menahan pemuda yang lemas itu, lalu pelan-pelan merebahkannya dan melihat wajahnya:

"Selanjutnya... Aku harus menyembuhkan matanya... Tapi tidak disini..."

Ainz menyentuh wajahnya, lalu pelan-pelan berdiri. Undead yang dia panggil sebelumnya belum hancur sepenuhnya, tapi ada beberapa hal yang harus dia selesaikan dahulu. Bala bantuan akan segera berdatangan dan menemukan tempat ini. Sebelum itu, dia harus memasang lagi ilusi dan membuat pedang dan armornya kembali.

Dan ada juga item-item yang harus diambil.

Dibandingkan ketika melakukan PK di YGGDRASIL, Ainz tertawa kecil pada kenyataan bahwa dia bisa mengambil semua senjata dan equipment. (Ketika di YGGDRASIL sering sekali hanya bisa mengambil beberapa bagian perlengkapan atau senjata saja.)

Saat dia baru saja berpikir apakah dia harus kembali dan menolong Narberal mengambil itemnya, Narberal muncul di pintu kuil.

"Ainz-sama."

"Bagaimana? Apakah kamu sudah mengambil semua item? Termasuk uangnya?"

"Ya. Saya ingin bertanya, tentang ini."

Di tangan Narberal, yang berada di pintu masuk kuil, ada kelereng hitam yang bentuknya tidak rata dan kelihatannya seperti sebuah batu yang mirip seperti yang ditemukan di dekat sungai, kelihatannya tidak memiliki nilai apapun.

"...Apa itu?"

"Ini kelihatannya adalah item berharga yang digunakan oleh makhluk rendahan itu (planaria pita rambut) ketika bertarung melawan saya. Namun saya tidak tahu apa efeknya.."

"Oh begitu."

Mantra yang dipelajari Narberal jauh lebih sedikit daripada Ainz, kebanyakan adalah magic untuk bertarung, jadi dia tidak bisa menaksir nilai item ini.

Ainz mengambil bola hitam itu, dan mengaktifkan magicnya lagi.

"[Greater Item Identification]"

Cahaya merah di mata Ainz bersinar:

"Apa ini..? Orb of Death?Dan... juga Sentient Item?"

Nama Orb of Death kedengarannya menakjubkan, tapi bukan hal yang spesial.

Item ini membantu mendukung kekuatan undead, dia juga bisa membuat penggunanya mampu melakukan magic necromantic berkali-kali dalam satu hari, tapi semua ini tidak berharga sama sekali untuk Ainz. Meskipun benda ini bisa memanipulasi mereka yang takut terhadap Orb of Death, dia tidak bisa memanipulasi Ainz, Narberal atau makhluk lainnya dari ras demi-human atau ras heteromorfik dan mereka yang memiliki kekebalan terhadap pengendalian pikiran.

"Aku tidak bisa mengatakan jika ini adalah item yang bagus atau buruk..."

Satu-satunya poin yang membuat Ainz tertarik adalah bagian dari [Sentient Item].

Ainz menyentuhnya dengan jari, dan hampir ingin untuk memintanya berbicara, ketika sebuah suara tiba-tiba muncul di kepalanya.

---Salam Kenal, Raja Agung Kematian.

Mendengar suara ini, Ainz mengamati orb ini dengan teliti, karena di dunia yang penuh dengan magic dan monster magic ini, sesuatu yang seperti ini bukan alasan untuk ribut besar.

"Ah, memang Sentient Item yang asli (Item yang seperti makhluk / mempunyai pemikiran sendiri)."

Ainz dengan fleksibel menggelindingkan bola itu di tangannya. Lalu melihatnya dengan hati-hati, bola itu tidak memiliki tanda berbicara. Ainz berpikir sebentar, lalu mengatakan apa yang ada di pikirannya:

"Aku memperbolehkanmu untuk berbicara."

---Terima kasih banyak. Raja Agung Kematian.

Ini membuat Ainz teringat akan NPCnya yang setia di Nazarick, dan tertawa ringan.

---Saya sangat kagum dengan aura kematian yang tak ada tandingan pada anda dan memberikan rasa hormat yang terdalam.

Seharusnya aku mematikan seluruh mantra aura milikku, bagaimana bisa item ini mulai menyebutku "Raja Kematian".

"Lanjutkan."

---Terima kasih hamba. Raja Tertinggi Kematian. Atas kesempatan bertemu dengan seseorang sehebat anda, Saya menghaturkan terima kasih kepada seluruh kematian di dunia ini.

Meskipun itu adalah ucapan pujian, tapi ucapan ini kelihatannya seperti ucapan dari lubuk hati yang paling dalam. Yang menyebabkan tulang belakang Ainz terasa gatal, dia dengan bangga berdiri tegak:

"Jadi? Selain dari pujian, apakah kamu memiliki hal lain yang ingin dikatakan?"

"---Ya, saya tahu bahwa ini mungkin terlihat kurang ajar, tapi saya ingin bantuan untuk mendapatkan permintaan ini."

"Permintaan apa?"

---Ya. Sejak dulu, permintaan saya adalah menyebarkan kematian di seluruh dunia ini, tapi setelah bertemu dengan anda, Raja Agung Kematian, saya menyadari tujuan saya dilahirkan ke dunia ini

---Saya dilahirkan ke dunia ini untuk melayani anda.

"..Oh."

---Yang Mulia Raja Agung Kematian, Terimalah sumpah setia saya. Saya harap bisa memiliki sebuah tempat diantara pelayan-pelayan anda yang sangat setia.

Suara itu kedengarannya sangat tulus, jika dia memiliki kepala, dia pasti sudah membungkuk sekarang ini. Ainz mengangkat kepalan tangan kirinya ke mulutnya, dan mulai berpikir. Memikirkan tentang keuntungan dan kerugian, apakah bisa dipercaya atau tidak dan lebih banyak lagi.

Ainz dengan hati-hati melihat item itu. Jika dia memperhitungkan "keamanan" maka menghancurkannya adalah pilihan terbaik, tapi bagi sebuah item yang tidak ada di YGGDRASIL, itu terlalu berlebihan.

Setelah menambahkan beberapa mantra pertahanan kepada bola itu, Ainz memanggil hamster raksasa di pintu masuk kuil:

"Hamsuke"

"Ada apa master?"

"Ambil ini."

Ainz melemparkan bola itu ke tangannya. Hamsuke dengan lincah menangkapnya.

"Bolehkah saya bertanya apa ini, Tuan?"

"Itu adalah item magic. Apakah kamu tahu bagaimana menggunakannya?"

"Ah.. Kalau yang ini seharusnya bisa! Tapi berisik sekali! Berisiknya! yang ini ingin dikembalikan kepada tuan."

Narberal menatap lebar-lebar kepada Hamsuke:

"Anda ingin memberikannya ke orang baru?"

Kedengarannya tidak seperti nada Narberal yang biasanya, bisa dilihat betapa terkejutnya Narberal.

"Meskipun penilaian sudah dibuat terhadap kemampuannya, namun dia tidak bisa dikatakan benar-benar aman, jadi aku berikan kepada Hamsuke."

"Ternyata begitu! Seperti yang saya duga dari Ainz-sama. Penilaian yang sempurna."

Di depannya adalah Narberal, yang merasa tercerahkan, dan Hamsuke, yang menggelembungkan pipinya sedikit lebih besar daripada kepalan tangan manusia saat dia menganggukkan kepalanya.

Saat dia akan mengatakan kepada mereka berdua untuk kembali, Ainz melihat jubah merahnya dan bermain-main dengannya, dia menggenggam pucuk jubah itu:

"Jika penyembuhannya sudah selesai, maka bawa Nfirea--" Ainz mengibas-ngibaskan jubah merahnya.

"---Dan mari kita kembali dengan kemenangan".

Next chapter