" Serang dan tangkap mereka!" perintah iblis pangeran pertama. Sarwenda terkekeh kemudian bergelayut manja. Pemandangan itu begitu menjijikkan, sehingga tanpa disadari Kamaratih mual dan memuntahkan isi perutnya. Bau tubuh mereka juga meracuni udara sekitarnya. Sekuat tenaga Kamajaya menahan penciumannya. Kamaratih tiba tiba saja kehilangan kesadaran, ia merasa tulang belulangnya seolah dicopot dari tempatnya.
" Aduh... si Eneng... " Kamajaya melompat kearahnya menangkap tubuh ramping yang teruyung.
"Aku harus menutup pernafasan dan segera pergi dari sini" Kamajaya menggendong Kamaratih, ia merapal ajian Halimun. Segera tubuh keduanya diselubungi kabut dan menghilang dari pandangan.
" Groooaaa sialaaaan! mereka melarikan diri" pekik Sarwenda mata merahnya membelalak, menatap sisa tubuh yg tercerai berai lalu dengan rakusnya menggerogoti potongan tangan dengan giginya yang setajam gergaji, sementara pasangannya menjilati sisa darah disalah satu tentakelnya. Meski kecewa dengan hilangnya musuh, mereka terpuaskan dengan pesta daging mentah korbannya.
" Lain kali kalian berdua adalah santapankuuuuu" teriak pangeran pertama menggoyangkan badannya kekiri dan ke kanan, Sarwenda pun melakukan gerakkan yang sama lalu keduanya berputar laksana gasing, lendir hijau pucat terciprat dari keduanya. Saat mereka menghentikan gerakan keduanya telah beralih menjadi pria tampan rupawan dan wanita cantik jelita. Para pengikutnya pun beralih rupa namun pengabdian mereka telah beralih kepada sepasang manusia yang begitu menawan.
" Para pengikutku, kita kembali ke istana dahulu, kirim telik sandi untuk mengetahui keberadaan Kamajaya dan Kamaratih" suara Pangeran Pertama lembut, ia kemudian menengok kearah Sarwenda. Ia tersenyum dan mengulurkan tangannya," Mari kekasihku" ujarnya. Sarwenda membalas senyuman itu, bergandengan tangan menuju Kereta kerajaan.
Di sebuah goa terlihat kabut tipis berputar, lalu saat kabut itu lenyap dua sosok tubuh muncul. Kamajaya menggendong Kamaratih yang terkulai lemah. Ia meletakkan tubuh Kamaratih diatas setumpukan jerami kering. Ia kemudian mengobati luka pada bahunya. Saat melawan para pengikut iblis hijau tersebut, salah satu dari mereka yang tadinya adalah pengasuhnya sejak kecil telah menebas bahunya dengan golok. Ia tak sampai hati untuk melukainya. Lukanya cukup dalam, setelah diberinya ramuan herbal untuk luka tikaman yang ada dikantong bajunya, ia bersemadi. Saat ia membuka matanya hidungnya mencium aroma ikan panggang. Pagi telah menjelang, ada suara gemericik air didalam goa, lalu asap dari ikan yang sedang dipanggang diatas bara beterbangan keluar goa. Kamaratih terlihat sedang membakarnya. Ia menoleh kearah Kamajaya. " Sudah bangun toh", tegurnya. Kamajaya mengangguk lalu berdiri dan berjalan menuju aliran sungai kecil di dalam goa, ia membasuh wajahnya. Luka tebasan golok telah mengering dan tak terlihat bekasnya.
" Kau sudah mandi?" tanya Kamajaya pada sang perempuan.
" Sudah, kalau kau ingin mandi... mandilah segera, rasa penat sehabis bertempur akan menghilang oleh segarnya air" kata Kamaratih.
" Baiklah" segera lelaki itu melepas ikat kepala dan membuka bajunya bermaksud untuk mandi. Kamaratih menumpuknya dengan kayu bakar yang membara. " Mau bunuh aku ya!" teriak Kamajaya. " Mandi ya mandi, tunggu aku pergi dulu dari sini". Kamaratih bertolak pinggang semburat merah merembak di pipinya yang halus laksana pualam.
" Alaaaah ... gitu aja kok repot neng" Kamajaya membuka atasannya tak peduli dengan keberadaan Kamaratih.
" sial... aku lupa kalau kamu itu mesum!" gerutu Kamaratih segera bergegas keluar goa. Kamajaya tertawa lalu membuka seluruh baju yang ia kenakan dan masuk ke air. Setelah dirasa cukup, Kamajaya keluar dari air, memakai pakaiannya kembali. Ia melihat kearah bilah bambu berisi ikan yang telah dipanggang hingga matang, ia bermaksud akan mengambil satu sundukan saat Kamaratih menuju kearahnya.
" Ga sopan benar tuan muda ini, yang punya aja belum mencoba kan?!!" bibir mungil itu mencibir. Kamajaya meringis,
"Aku tak tahan godaannya say... air liurku telah menetes saat mencium bahunya tadi" ujarnya tak peduli dengan sindiran gadis itu, ia menggigit daging ikan dari bilah bambu dan ... ia mengacungkan jempolnya. " Luar biasa... kamu bisa jadi istriku!"serunya. Kamaratih mendengus lalu mengambil satu bilah bambu berisi ikan panggang," heeem... echo!" ia membersihkan bibirnya dengan punggung tangannya karena tertetes minyak dari lemak ikan panggang tersebut.
" Bagaimana kondisimu?" tanya Kamajaya ke gadis cantik yang sedang mengunyah makanannya.
Kamaratih memberi tanda untuk tidak membicarakan para iblis yang bertarung dengan mereka malam itu.
" Aku sedang makan, nanti saja ya bicaranya" ucap gadis itu. Kamajaya menutup mulutnya ia tertawa tertahan.
la teringat betapa busuknya tubuh para iblis itu, menyengat dan membuat ia ingin muntah, belum lagi bentuk mereka yang menjijikkan...menggelambir dan berlendir. Mereka menghabiskan makanannya tanpa suara.
Selesai makan mereka duduk disalah satu batu besar dipinggir sungai dalam goa tersebut.
" Bagaimana?" suara Kamajaya memulai percakapan. Kamaratih mencelupkan salah satu kakinya ke air sungai karena dingin segera ia angkat kembali.
"Yah .. mau gimana lagi? Kita harus bekerja sama" ucapnya terdengar malas.
"Seberapa buruknya aku bagimu?!" tanya Kamajaya gusar mendengar nada malas dari suara Kamaratih. Gadis itu berpura pura berpikir," Cukup untuk membuatku menjauh darimu" jawabnya mengangkat wajah, saat bersamaan Kamajaya memandangnya. Mata mereka bertatapan saat itu di langit langit goa tiba tiba saja ada sebentuk lingkaran yang berputar seperti spiral dan menyedot keduanya. Terkejut mereka berusaha melepaskan diri namun isapan lingkaran itu begitu kuat, keduanya pasrah dan berpegangan tangan.
" Dimana ini?" Kamajaya memandang sekitarnya, digenggamannya jemari Kamaratih bergetar. Ia menggoyang tubuh gadis itu agar segera tersadar.
" Dimana kita?" tanya Kamaratih saat membuka matanya.
Keduanya melihat sekitar mereka. Mereka berada disebuah wadah bening seperti kapsul. Sekitar mereka di dominasi warna biru. Ada seorang lelaki tampan yang tiba tiba saja muncul dihadapan mereka.
"
Selamat datang di alam khayal dimensi batu biru" kalimat itu diucapkan dengan sedikit berbisik. Serempak keduanya bertanya," Siapa kamu?'.
" Aku adalah penguasa batu biru yang kalian perebutkan". Wajah tampannya bersinar, ada aura kebijaksanaan disenyumnya. Kamajaya menatap lelaki itu curiga ia tak ingin berakhir sebagai sesosok Monster mengerikan seperti Pangeran Pertama dan Sarwenda yang haus kekuasaan.
" Jangan takut anak muda, aku bawa kalian kemari karena kalian berdua berjodoh denganku". Ia adalah seorang master Kanuragan yang telah muksa. Tubuh dan jiwanya tidak mati namun menghilang dan menjadi penguasa di dunia khayal. Ia menurunkan pada mereka jurus delapan perisai iblis. pada jurus pertama terdapat lima jurus dasar sebagai fondasi, jurus kedua enam jurus pembuka, jurus ketiga enam jurus penderitaan fana, jurus keempat enam jurus panggilan kalbu, jurus kelima enam jurus tapak Kinasih, jurus keenam enam jurus Cahaya taubat, jurus ketujuh dua jurus Alam dirahmati, jurus terakhir adalah Gelegar Dien Sejati. Untuk Jurus terakhir mereka berdua harus menyatukan kekuatan batu biru dan menembakkan cahayanya pada musuh.
Latihan Kanuragan yang mereka jalani sangat menguras energi karena didalam khayal tersebut mereka seolah berada disebuah kapsul yang memiliki gravitasi
tidak seperti di bumi. Itu sebabnya saat pertama kali mereka dialam itu keduanya susah bergerak. 1 gaya dialam itu memerlukan gaya gerak 100 kali lipat dunia benua. setelah melatih jurus perisai iblis, kekuatan mereka berdua secara signifikan meningkat.
" Bila kalian telah menyempurnakan jurus terakhir saat itu aku akan dapat memenuhi takdirku sebagai manusia, lahir, berkeluarga dan mati menemui sang Khalik. Kanuragan yang kulatih saat aku masih seusia kalian menghambat takdirku. Aku belum bisa diterima Yang Maha Kuasa sebelum aku membasmi iblis dari baru hitam yang datang bersamaan dengan batu biru. Tugas itu dilakukan oleh kalian sebab kalian manusia. Hanya manusia yang telah terpilih yang dapat menghancurkan kesaktian iblis. Takdirku untuk mati akan terjadi saat aku selesai menempa batu biru menjadi senjata kalian. Aku sangat rindu padaNya".