webnovel

Tipuan

Nadin berjalan menaiki tangga, ia menuju ke sebuah kamar yang berada di lantai dua dengan sebuah baki di tangannya.

"Akhir-akhir ini Indah memiliki nafsu makan yang sangat baik! Syukurlah dia tidak terpengaruh begitu jauh setelah musibah penyerangan itu!" desah Nadin lega.

Sebelumnya, di saat Nadin mendengar kasus penyerangan tuan mudanya dan Indah, dia tidak perna merasa tenang sedikitpun, bahkan untuk tertidurpun sangat sulit baginya.

Namun, pada malam itu saat Indah menyelinap masuk ke dalam rumah bersama dengan beberapa pengawal, dia hampir mengira itu adalah sebuah mimpi.

Nasib baik tak terjadi apa pun pada Indah dan tuannya.

Nadin berada di depan pintu dan membukanya secara perlahan.

"Waktunya untuk makan malam! Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Nadin sambil meletakkan baki di tangannya ke atas meja.

Indah yang menyadari kedatangan Nadin segera berbalik, saat ini dia sedang memegang sebuah kalender di tangannya.

"Aku baik-baik saja, hanya masih sedikit kelelahan saja!" jawab Indah dan meletakkan kalender di tangannya.

"Apakah ada kabar dari Rafael?" tanya Indah.

"Belum ada kabar, tapi dengan kejadian yang terakhir kali, mungkin tuan akan tinggal di rumah besar untuk sementara!" jawab Nadin.

"Oh...!" ada sedikit nada kecewa dalam suaranya saat Indah menjawab.

"Kenapa? Bukankah kamu lebih senang jika tuan tidak berada di rumah?" ucap Nadin sedikit heran.

"Bukan apa-apa, aku hanya bertanya!" Indah segera mengambil makanannya dan melahapnya dengan semangat.

Nadin tidak memperhatikannya lebih jauh lagi, dia hanya mengurus semua keperluan Indah, setelah Indah selesai, Nadin keluar dari kamar dan meninggalkan Indah sendiri.

Sekarang sudah jam 11 malam, namun Indah tak bisa tertidur. Perasaannya terasa aneh, seperti ada sesuatu yang kurang, tapi apakah itu? Indah hanya berbaring gelisa di atas kasurnya.

Entah sejak kapan Indah tertidur, namun di tengah tidurnya, dia merasakan sesuatu yang hangat melingkupi seluruh tubuhnya.

Rasanya sangat nyaman, seperti seseorang sedang memeluk tubuhnya dengan lembut.

_____________________________

"Cepat lakukan sekarang!" ucap seorang gadis dari balik tembok pada gadis lainnya.

Dengan anggukan mengerti, gadis lainnya segera memasukkan sesuatu kedalam mulutnya, lalu dia berjalan ke arah tiga orang pria kekar yang berdiri di depan pintu.

"Huk..huk... To..tolong!" gadis itu terbatuk dan melangkah dengan langkah lemah.

Ketiga pria yang berjaga segera berbalik setelah mendengar suara lemah gadis itu.

"Huk..huk..huk..!" gadis itu terbatuk dengan sangat keras, lalu sebuah bercak merah keluar dari dalam mulutnya.

"Hey nona, kamu kenapa?" tanya seorang dari pria kekar itu, mereka bertiga segera berlari ke arah sisi sang gadis yang terluka.

Tanpa mereka sadari, saat mereka meninggalkan pos penjagaan mereka, seorang gadis yang mengenakan sebuah masker melewati area itu.

Sementara gadis yang berpura-pura terluka menyaksikan temannya melarikan diri dengan sukses, dia masih harus terus berakting, agar temannya itu bisa berlari lebih jauh lagi.

"Huh..huh.. Kerja bagus Gin, setelah hal ini selesai, aku akan membawakanmu hadiah yang sangat mahal!" gadis yang mengenakan masker itu berhenti berlari saat dirinya sudah hampir kehabisan nafas.

Dia berhenti tepat di tengah jalan, pada saat dia ingin melanjutkan langkahnya, tiba-tiba suara nyaring dari bunyi klakson terdengar.

PIP.....PIP... PIP

Gadis itu secara refleks berbalik, namun karena merasa sangat terkejut, dia tidak bisa menghindar dari laju mobil yang menuju ke arahnya.

Mobil itu di hentikan secara paksa, bunyi ban mobil yang menggesek aspal menyakiti sepasang telinganya.

"Aaaaaaaaaaa.!!" teriak gadis itu dengan menutupi kedua matanya.

Dia hanya bisa menunggu akhir hidupnya di hadapan mobil itu.

Mobil itu berhenti tepat pada waktunya, membuat bagian depan mobil hanya mendorong tubuh gadis itu terjatuh di aspal dengan sedikit kekuatan.

Sang supir segera keluar dari kursi pengemudi, dia sangat panik hingga membuatnya hampir tersandung oleh kakinya sendiri.

"No.. nona .. Ka..kamu tidak apa-apa kan?" tanya supir itu dengan panik.

Gadis itu tidak menjawab dan hanya terdiam, beberapa detik kemudian gadis itu kehilangan kesadarannya.

"Hey... Jangan pingsan! Ya.. Tuhan apakah aku sudah membunuh seseorang?" ucap sang supir dengan gelisa.

Saat supir itu terlihat hampir kehilangan kewarasannya, pria lain turun dari mobil di bagian kursi penumpang.

"Riko apa yang kamu lakukan? Apa kau mencoba membunuh dirimu dan aku?" ucap pria itu geram, dia terlihat memegangi kepalanya, mungkin itu adalah luka yang timbul saat sang supir menghentikan laju mobil secara mendadak.

Next chapter