Ke esokan paginya di kediaman Tuan Pradianata, tiga mobil bersiap-siap untuk melakukan perjalanan jauh.
Rafael membawa enam orang pengawal, dua asisten rumah tangga, seorang supir dan bodyguard pribadinya Aldy.
Mereka masih menunggu kedatangan satu orang lagi, sebelum mereka berangkat.
"Apakah perempuan menjijikan itu akan benar-benar ikut dengan kita?" ucap salah seorang pelayan yang lumayan gemuk kepada pelayan yang lain.
"Sepertinya perempuan menjijikan itu melakukan trik tertentu pada tuan! Kita harus mengawasinya jika dia berusaha berulah!" jawab pelayan yang berambut pendek.
Mereka saling memberikan tatapan persetujuan dan tidak berbicara lagi, takut jika orang lain mendengar ucapan mereka.
Beberapa menit kemudian Indah muncul dari arah pintu, dengan mengenakan pakaian yang sangat tertutup, menghalangi penampilannya yang terlihat menakutkan.
Rambutnya tergerai panjang kebelakang, memakai masker dan sebuah topi membuatnya terlihat seperti seorang yang berusaha menyembunyikan identitasnya.
Rafael yang melihat kedatangan Indah, memandangi tubuhnya dari atas ke bawah. Dia merasa cukup puas dengan penampilan Indah yang tidak mengekspos make up mengerikannya.
Sang supir lalu membuka pintu mobil dan mempersilahkan Indah untuk masuk kedalam mobil.
Rafael dan Indah berada di satu mobil yang sama, dengan aldy dan sang supir yang duduk di kursi bagian depan.
Mobil mereka di kawal dari depan dan belakang, perjalanan ini akan membutuhkan waktu yang cukup lama.
Malam ini mereka akan menghadiri pesta bergengsi yang di adakan oleh salah satu keluarga kerajaan, dalam rangka merayakan keberhasilan dan hari jadi perusahan yang sangat populer di dalam negeri.
Perusahaan itu merupakan perusahaan yang sebanding dengan perusahaan yang di pegang oleh Rafael, namun sedikit lebih berpengaruh dan populer dalam dunia bisnis.
Membutuhkan 10 jam perjalanan menuju ke lokasi tersebut, di karenakan Rafael juga akan mengadakan pertemuan secara pribadi dengan pihak pimpinan mereka sebelum acara malam di laksanakan, membuatnya berangkat lebih pagi.
Dua jam dalam perjalanan berlangsung cukup hening, hanya Rafael yang sibuk dengan laptop yang di letakkan di pahanya. Dia terlihat sedang melakukan video call dan dalam sebuah konferensi yang cukup penting, terkadang Indah mendengarnya beraksen dengan bahasa asing yang kurang di pahami Indah.
Setengah jam kemudian Rafael mengakhiri panggilannya dan menutup laptopnya.
Saat Rafael menyingkirkan laptop dari pangkuannya, tiba-tiba mobil berhenti secara mendadak, membuat semua orang tersentak kaget.
Terdengar suara yang nyaring dari alat komunikasi di tangan Aldy.
"Bahaya!! Bahaya!! Kita telah di serang!"
Deg... Seketika semua orang menjadi cemas.
Sekarang mereka berada tepat di wilayah yang sangat sepi, dengan hutan yang berada di samping kiri dan kanan mereka.
Duar... Duar..
Suara tembakan nyaring terdengar, membuat semua orang refleks menundukkan kepala mereka di dalam mobil.
Rafael lalu menarik Indah ke dalam pelukannya, dan menundukkan diri mereka sambil memberikan instruksi kepada supirnya untuk menancap gas dan segera pergi dari sana.
Namun sayang, ke empat ban mobil mereka telah di tembaki sehingga tidak bisa melarikan diri dengan menggunakan mobil.
Pintu mobil di samping Rafael terbuka, memperlihatkan dua orang pengawal dengan senjata di masing-masing tangan mereka.
Satu orang bertugas berjaga, yang satunya lagi memberikan Instruksi kepada Rafael untuk segera keluar dari dalam mobil.
Duar.. Duar.. Duar..
Mereka saling balas menembak, salah seorang pengawal terkena tembakan di bagian lengan kirinya.
Dengan susah payah, gerombolan Rafael berusaha menghindar dari kepungan musuh yang muncul tiba-tiba.
Keahlian para pengawal profesional yang mendapingi Rafael, bergerak sangat cepat dan membuat mereka mampu menghindar dan masuk ke dalam hutan.
Semua orang berusaha bekerja sama, dengan Aldy yang memimpin di depan. Tak seorang pun dari mereka yang berani menyela atau bersuara sedikitpun.
Mereka tidak berani menurunkan kecepatan mereka dan terus bergerak, hingga akhirnya mereka menemukan sebuah gua yang terpencil dan bersembunyi.
"Apakah musuh masih mengejar kita?" tanya seorang pengawal.
"Kita sudah berlari lebih dari sejam, tidak ada tanda-tanda musuh mengejar kita lebih jauh." jawab Aldy dengan tegas, meskipun dia tidak cukup yakin.
Aldy dan pengawal yang lain sesungguhnya masih bisa berlari lebih jauh lagi, namun memikirkan keberadaan beberapa perempuan di dalam kelompok mereka, membuatnya memutuskan untuk berhenti dan mencari tempat persembunyian yang tepat.
Kedua pelayan perempuan yang mengikuti mereka, terus saja menangis sejak tadi dalam diam. Mereka masih tidak berani untuk bersuara, namun wajah mereka memperlihatkan dengan jelas bagaimana kondisi mereka yang sangat buruk saat ini.
Rafael yang mendengar isakan teredam dari dua pelayan itu, secara Refleks menoleh ke arah Indah yang sedari tadi dalam pelukannya.
Indah terlihat berbeda dari kedua pelayan itu, meskipun dia juga merasa takut, namun dia masih bisa mempertahankan ketenangannya.
Perempuan ini...? Apakah dia baik-baik saja? Rafael takut jika kediaman Indah merupakan tamparan keras dan mempengaruhi kondisi mentalnya.
Namun pertanyaan itu segera terhapuskan saat Indah balas menatap ke arah Rafael, di matanya terpancar aura keberanian yang tak berujung.
Jelas Indah memiliki mental yang sangat kuat, kejadian barusan tidak membuatnya hilang kendali namun tetap tenang dan mampu mengikuti setiap intruksi yang di berikan padanya.
Sekali lagi, penilaian Rafael terhadap Indah meningkat beberapa tingkat.
"Kamu bisa melepaskanku sekarang!" ucap Indah lirih dengan wajahnya yang sedikit merona.
Rafael lalu melepaskan dekapannya. Entah mengapa saat Indah terlepas dari pelukannya, Indah merasa sedikit kehilangan!
Perasaan macam apa ini? Indah memegang dadanya yang berdenyut aneh, mungkin perasaan hanya sekedar rasa ingin di lindungi. Ya.. Rafael telah melindunginya selama ini dan tubuhnya masih membutuhkan perlindungan itu. Indah berusaha meyakinkan dirinya dengan opininya sendiri.
Salah seorang dari mereka telah menderita luka tembak, untung saja pelurunya tidak melukai titik vital bagian tubuhnya. Namun penderahannya harus segera di tangani, jika tidak dia akan mati karena kehabisan darah.
"Tuan, saya sudah mengirimkan sinyal bantuan kepada yang lain, sekarang kita harus melanjutkan perjalanan!" lapor Aldy kepada Rafael.
Mereka tidak bisa berdiam diri di tempat itu, dan menunggu kematian menghampiri mereka. Mereka sudah beristirahat hampir setengah jam, sekarang mereka harus melanjutkan perjalanan, sambil menunggu bala bantuan datang.
Mereka mulai berjalan lebih jauh ke dalam hutan, sementara mereka terus mengirimkan sinyal bantuan keluar.
"Mengapa perempuan menjijikan itu selalu berada di dekat tuan? dia terus berusaha mendekati tuan dan tidak berniat meninggalkan tuan sendiri!" ucap pelayan berambut pendek dengan ekspresi iri.
"Tuti kita harus melakukan sesuatu, jika Nona Monica mengetahui hal ini maka kamu bisa dalam masalah." ucap Dina si pelayan yang lain.
Dina mencoba mengingatkan Tuti, karena Tuti sudah di berikan tugas oleh Monica untuk membuat siapa saja wanita yang mencoba mendekati Rafael, di gagalkan bagaimanapun caranya.
"Kita hanya perlu menunggu waktu yang tepat, jika ada kesempatan aku akan menyingkirkannya dari sisi tuan!" ucap Tuti dengan ekspresi jahat di wajahnya.
Entah apa yang merasuki author... Hari ini bersemangat buat up 2x...
Mungkin karena dorongan dan dukungan dari kalian semua.. Semangat author jadi berapi-api(σ≧▽≦)σ