Hu... hu.. hu.. hu
Terdengar tangisan dan air mata menggenangi wajah Ny Siska karena keadaan puteranya.
"Saya hanya menerima pesan demikian tuan" jawab asisten rumah yang menyampaikan kabar tamu yang ingin bertemu Ben.
"Kamu kenal orangnya"
"it... u tuan, perempuan yang malam - malam datang kesini. Bawa anak kecil" jawabnya
"Magdalena?" seru Tn Angga dengan emosi yang membara.
------------------------ "Ben ... untunglah luka sayatan itu tidak sampai ke tendon tanganmu. Kalau tidak, argkhhh" desahnya dengan keras tidak dapat membayangkan bisa - bisa tangan Ben mengalami kelumpuhan.
" Maaf love, kamu sedih karena aku lagi" jawab Ben sambil menggapai kepala May dan menempatkannya di pangkuannya.
Hu.. hu.. hu.. huuu, isak tangis perempuan yang ia cintai dan melihat kondisi May bersimbah darah membuat ia semakin jengkel.
"Nona Maya ...Saudara Ben sudah boleh dibawa pulang, tadi perawat sudah menyuntik anti nyeri dan mempersiapkan obat yang harus dikonsumsi supaya luka yang sudah dijahit cepat kering, jangan lupa mengganti kasanya dengan rutin, dan harus steril yah" tegas dokter yang menangani Ben di IGD.
"Ayo kak, biar saya yang memapah kak Ben" ujar Will yang melihat kondisi May yang berantakan di jawab dengan anggukan kepala Ben tetapi tangan kirinya memegang bahu May dengan erat menuntun ke arah mobil.
"Iya om, ijinkan May malam ini tinggal disini Ia lelah dan shock karena kejadian tadi. Iya om kondisi Ben tidak parah, hanya sayatan di lengan dan sudah dijahit oleh dokter. Iya om, May sudah tidur. Om jaga kesehatan kami gak apa - apa, selamat malam om" Ben mengakhiri percakapan dengan calon mertuanya memberitahukan kejadian yang menimpanya sekilas.
Ia memandangi wajah May yang sudah terlelap.
"Kamu pasti lelah" pikirnya mengingat dari pagi photo prewed dan sore ini shock dengan kejadian yang tak pernah masuk akal terjadi dalam waktu yang singkat.
---------@-------"Mahdalena, apa lagi yang ingin kamu sampaikan kenapa kamu berani kesini" tegur Ben
"Ben please maafin aku, aku melakukan semua hal itu karena aku gak bisa pisah dari kamu. Aku masih mencintaimu Ben" karena suara tinggi Magdalena mengungkapkan rasa cintanya Ben akhirnya menutup pintu depan takut perbincangan mereka di dengar oleh May ia tak ingin wanita yang ia cintai itu kecewa.
Lalu Ben menyuruh satpam yang berjaga di pos depan rumah masuk ke dalam lewat pintu samping meskipun ia jengkel dengan Magdalena tapi ia menjaga nama baiknya, ia tidak tega kalau Magdalena jadi bahan tontonan orang lain.
"Please Magdalena, kamu harus terima kenyataan" ujarnya dengan kesal
Tiba - tiba Magdalena menangis sesenggukan lalu memeluk tubuh Ben dengan erat. Ben berusaha melepaskan pelukan Magdalena, sesekali ia melirik ke arah pintu jangan - jangan pelukan Magdalena di pergoki oleh May dan menimbulkan kesalalah pahaman.
"Magdalena, please jangan begini" bisik Ben dengan tubuh lunglai ia bingung mengambil sikap tegas dengan sosok wanita yang dekat dengannya beberapa tahun silam.
Sesaat ia membiarkan Magdalena merangkul dan menangis di dadanya, sesekali tangannya ia usapkan di punggung Magdalena untuk menenangkannya. Setelah tenang Ben menyampaikan agar Magdalena melupakannya karena ia akan segera menikah dengan May.
Kabar yang tidak terduga ia dengar dari Ben membuat amarah Magdalena memuncak tanpa memakan waktu yang lama, ia meraih sebilah pisau yang ia siapkan dari rumah dan berusaha menusukkan pisau itu ke perut Ben.
"Kalau aku gak bisa memiliki kamu maka tidak ada yang bisa memiliki kamu Ben, lebih baik kamu pergi dari dunia ini" jeritnya.
Tetapi serangan pisau itu dapat dielakkan Ben dengan memukul tangan Magdalena, untuk kedua kakinya Ben kurang sigap hingga pisau itu mengiris lengan Ben menyebabkan darah berceceran di lantai. Magdalena seketika mengalami ketakutan dan berlari meninggalkan Ben yang jatuh terdorong saat mereka bergumul antara menusuk dan menghindar.
"Sialan, Magdalena ... apa yang kamu pikirkan hingga berbuat senekat itu" batin Ben
Sepanjang malam hingga mendekati subuh, Ben duduk di atas ranjangnya sambil sesekali menghela nafas, dan tidak lupa tangan kirinya membelai rambut May yang tertidur dengan lelap. Rasa nyeri mulai berdenyut sedari tadi ia alami karena pengaruh injeksi anti nyerinya sudah habis pikirnya kemudian ia meminum sebutir anti nyeri yang disiapkan oleh dokter dari rumah sakit lalu mencoba untuk tidur agar rasa nyeri itu tidak begitu menyiksanya, sambil membuat kesimpulan atas peristiwa ini biarlah berlalu begitu saja, ia pikir saat ini pasti Magdalena juga sudah ketakutan dan tidak akan berani lagi mengganggu pikir Ben hingga ia lelap dalam tidur.
---------------- Sesekali May mengganti kompres yang ia gunakan sejak subuh, untuk menurunkan suhu tubuh Ben. Akibat luka di lengannya dan karena kondisi tubuh yang juga lelah membuatnya terserang demam, bahkan sewaktu May meminumkan obat deman tadi pagi terlihat Ben dalam kondisi tidak sadar. Hakhhhhh, dengus nafasnya sengaja di hembuskan dengan keras mengurangi rasa nyeri dalam dadanya melihat kondisi Ben.
----------------------"Thank' s mam" ucap May setelah menggantikannya sesaat menjaga Ben karena ia harus mandi, meskipun baju dan rok yang ia kenakan sudah diganti tadi malam, ia masih dapat mencium aroma anyir dari tubuhnya karena tadi malam ia tidak sempat membersihkan tubuhnya.
"Tidak apa - apa nak, kamu sudah makan"
"Sudah mam" senyumnya sambil meletakkan telapak tangannya mengecek kondisi Ben.
"Mam sudah cek dengan termometer May panasnya sudah standar. Biarkan ia tidur lebih lama, paling ia lelah"
"Oke mam"
--------------------- " Will, ayo kita cek nomor brp CCTV di teras depan" cecar May
"Gila yah, apa yang ada di otak perempuan gila itu? tidak cukup ia dipermalukan di stasiun televisi nasional kota Water dan Moon? sekarang ia ingin menghilangkan nyawa seseorang?" tanya May dengan nada tinggi, Will hanya menggeleng - gelengkan kepala melihat rekaman CCTV.
"Apa yang akan kamu lakukan May?" tanya Will
"Saya akan menghancurkannya" jawab May dengan tegas dan wajah dingin.
Berani - beraninya ia melakukan hal itu pikir May, tunggu kamu Magdalena!
---------------------- "Iya pa, May harus menjaga Ben untuk beberapa hari. Papa Angga dan mama Siska harus mengurus rumah sakit yang ada di kota Moon. Iya pa ... May sudah tahu siapa pelakunya, hanya menunggu kondisi Ben pulih saja. Iya kasihan kalau ditinggal sendiri, Will sibuk di kantor dan Di' sibuk urus kantor May. Tidak pa, May bisa jaga kondisi. Papa juga jaga kesehatan, jangan lupa kontrol hari ini May diingatkan paman Ray, maaf May gak bisa antar. Love you papa" tutup May
"May hari ini om kontrol?"
"Ben kamu sudah bangun, gimana tangan kamu masih nyeri?"
"Iya sedikit"
"May temani om gak apa - apa aku ditinggal sendiri" bisik Ben
"Gak tadi asisten papa sudah May hubungi, lagian rumah sakit kita ini dan juga ada paman. Kalau ada sesuatu pasti kita dikabarin"
"Makan dulu yah babe, biar cepat pulih dan minum obat"
"Hehheh, disuapin sama kamu" tanya Ben dengan wajah memerah
"Loh kenapa tidak? calon isteri ini, apa lebih senang disuapi asisten rumah?" tanya May sambil menggoda
Hahahahahah, kedua - duanya tergelak dalam canda tawa
"Makan dan minum obat fix. Sekarang kamu harus ganti baju Ben, karena demam kamu tinggi sejak subuh, keringat bikin baju kamu lembab dari pada gak nyaman lebih baik kamu mandi atau cukup di lap saja?" tanya May
"Lap saja yah May takut lukanya terciprat air, mungkin setelah ganti kasa tadi dan besok baru mandi" jawab Ben.
"Oke, lengan piyama kamu sebelah kanan harus digunting Ben supaya tidak mengganggu luka jahitannya" jawab May menjelaskan sambil membantu Ben melepas baju tidurnya.
"Nah, sudah segarkan babe?" tanya May dengan wajah berbinar - binar setelah selesai membersihkan tubuh Ben dengan waslap.
"May, gimana dengan bagian bawah?" goda Ben
"Hmmm, dasar pria cabul. Pikiran mesum" tuduh May sambil menunjuk pelipis Ben di jawab dengan derai tawa khas Ben.
~Setelah ini, Magdalena harus diberi pelajaran berhenti mempermainkanku~ May