I finally found someone, that knocks me off my feet
I finally found the one, that makes me feel complete
we started over coffee, we started out as friends
it's funny how from simple things, the best things begin
this time it's different, (dah dah dah dah)
it's all because of you, (dah dah dah dah)
it's better than it's ever been
'cause we can talk it through
oohh, my favorite line was
"can I call you sometime?"
it's all you had to say
to take my breath away
this is it, oh, I finally found someone
someone to share my life
I finally found the one, to be with every night
'cause whatever I do,
it's just got to be you
my life has just begun
I finally found someone,
ooh, someone
I finally found someone,
oooh . . .
did I keep you waiting?
I didn't mind
I apologize,
baby, that's fine
I would wait forever
just to know you were mine
you know I love your hair,
are you sure it looks right?
I love what you wear,
isn't it the time?
you're exceptional,
I can't wait for the rest of my life . . .
this is it, oh, I finally found someone
someone to share my life
I finally found the one, to be with every night
'cause whatever I do,
it's just got to be you
my life has just begun
I finally found someone,
whatever I do,
it's just got to be you
my life has just begun
I finally found someone πΌπ΅πΆ
suara musik itu berulang - ulang di terdengar dari pemutar play celuler May sesekali terdengar helaan. nafas dari mulutnya.
Ia berharap satu minggu yang ia lewati tanpa bertemu dengan Ben yang sudah mengikuti pertemuan dengan dr. Ara Sp. KJ sesuai dengan rekomendasi dr. Rini Sp. S di RS. Water Permata membawa perubahan yang signifikan.
"Ben sudah mengikuti terapi kognitif selama beberapa hari ini. sementara Ben tidak disarankan untuk melakukan hipnotis May!" ucap Tn. Tony, sedangkan May sudah dapat memahami mengapa hipnotis tidak disarankan sementara untuk Ben, meski ia bukan lulusan dokter karena istilah - istilah yang sulit untuk dikuasainya tidak membuat ia berhenti membaca dari berbagai sumber demi kesembuhan Ben.
Setelah 1minggu berlalu, ia mengambil keputusan supaya ia tidak menunjukkan diri dihadapan Ben, berharap ketidakhadirannya memicu perasaan kehilangan dalam benak Ben. Seperti biasanya, hanya Diana dan Will yang tahu alasan mengapa ia hanya aktif di grup "The Warrior's" saja, kadang kala ia merasa sedih kalau tante dan om Bramantyo memohon supaya ia datang. May menjaga jangan sampai amnesia Ben atas dirinya membuat kedua orang tua itu semakin sedih karena ia berharap banyak May dan Ben bersatu.
Sore ini ia memutuskan berkunjung ke mansion Bramantyo, ingin melihat reaksi Ben atas kehadirannya.
Tok.. tok... tok
"Selamat sore Ben, boleh saya masuk?" tanya May dijawab dengan anggukan oleh Ben. Dia menyaksikan reaksi yang hangat antara Ben dengan perawatnya yang kebetulan adalah pemilik telapak tangan yang digenggam Ben dengan erat yang pernah di share om Angga di grup whatsapp.
Sebenarnya di hati kecilnya ia tidak rela kalau Ben lebih hangat ke perempuan yang ia bahkan tidak kenal, tapi apa boleh buat kondisi yang tidak mengijinkan.
"Sus, boleh tinggalkan kami berdua?" setelah Ben menerima obat yang disediakan oleh suster. Atas arahan dr. Ara lah sebenarnya keluarga harus menyewa jasa perawat profesional untuk membantu pengawasan Ben. Atas desakan Ben pula papanya menyewa jasa Eva Sinna dengan alasan Ben sudah kenal dengannya akhirnya diputuskan ikut ke mansion dan menjadi pendamping Ben karena keterbatasan keluarga dalam menangani khususnya memberikan obat yang harus dikonsumsi oleh Ben.
Disambut dengan jawaban yang tidak wajar dari Ben, "Eva please kamu duduk disini saja sambil menepuk pinggiran ranjangnya" yang dengan senang hati direspon oleh Eva sebagai peluang untuk tetap dekat dan mengambil hati dari Ben, yang memang sejak masa remaja digilai olehnya. Ternyata Eva Sinna tipikal oportunis.
"Oke no problem, sahut May"
"May dengar kamu sudah terapi selama 1 minggu gimana perasaanmu Ben?"
"Hmm, so far so good!"
"Ehm, apakah ada ingatan yang bertambah Ben dalam beberapa hari ini?"
"Maksud kamu apa sih? gak ada yang terlupakan disini!" sambil menunjuk kepalanya dan bersikap ketus
Demi langit dan bumi sebenarnya May ingin memukul kepala pria bodoh ini agar dia tidak bersikap dingin seperti dulu, agar ia segera mengingat siapa dirinya.
Apalagi ia melihat reaksi yang tidak wajar diperlihatkan oleh perawat itu dengan meraih jemari Ben lalu mengusap jari - jarinya satu persatu.
"Eva, apakah kamu ingin melukis jari - jariku" bahak Ben mengingat hobby mereka saat masa remaja, saling mengusap jemari dan berkata sejauh inilah planet kita dengan planet andromeda, memang konyol oleh karena itu Ben terbahak - bahak.
Peluang itu dimanfaatkan dengan sangat baik oleh Eva, bersikap manja "Ben akhir pekan ayo kita nonton bioskop ada film baru loh" ucapnya sambil menunggu jawaban Ben yang ia yakin akan menghempas hati perempuan yang duduk di sofa kamar itu.
Eva bukan tidak tahu kalau perempuan itu adalah kekasih Ben, sudah terlihat dari saat Ben operasi, dan bagaimana kedekatannya dengan orangtua Ben. Oleh karena itu ia rela melakukan sabotase lewat pemberian obat - obat yang tidak sesuai arahan dokter, semua obat - obat yang seharusnya dikomsumsi oleh Ben diganti dengan obat yang hanya mengandung vitamin saja. Ia berharap melalui amnesia Ben ia akan mendapat peluang besar untuk memperbaiki nasib, Eva Sinna bertekad untuk menghalalkan cara apapun supaya Ben terikat dengan dirinya, ia sudah lelah jadi orang miskin.
Ia bahkan bertekad untuk lebih agresif supaya Ben segera menikahinya kalaupun suatu saat ingatannya kembali tidak mungkin Ben akan mengorbankan pernikahan mereka apalagi dengan teman remajanya, oleh karena itu ia dan perempuan itu sama - sama berjuang. Ia berjuang untuk Ben agar menikahinya sementara May berjuang untuk Ben agar mengingatnya. Eva sadar siapa sebenarnya perempuan itu, oleh karena itu ia semakin membencinya karena disamping ia kaya, cantik, pewaris tunggal keluarga Sharon iapun memiliki Ben. Oleh karena itu, keuntungan yang dimilikinya pertemanan dan memori indah masa remaja itu dibombardir oleh Eva ke dalam benak Ben sehingga tidak ada kesempatan bagi Ben untuk membuka peluang ingatan tentang beberapa part dalam ingatannya.
"Suster tolong keluar dari kamar ini" bentak May dengan nada tinggi karena rasa cemburu yang membakar hatinya.
"Hei ... apa hak kamu atur - atur Eva Sinna" Jawab Ben dengan amarah yang juga tidak kalah panas
Tanpa disadari oleh penghuni kamar itu mama dan papanya sedang akan melangkahkan kaki masuk ke kamar Ben.
"Son, kenapa kamu bentak - bentak May?" tanya om Angga dengan suara tinggi.
Membuat penghuni kamar itu terkejut apalagi Eva sampai terlonjak dari duduknya karena melihat sorot tajam mata Ny. Siska atas posisi duduknya, ia menelan salivanya karena takut terkadang ia merasa tatapan Ny. Siska menelanjangi setiap rencana masa depan yang ia susun.
"Ben saya keluar dulu yah" ucap Eva
"Tidak Eva kamu tetap disini yang harus keluar dari kamar ini seharusnya perempuan itu" tunjuknya dengan dagu sombongnya sambil melotot.
Seketika amarah menguasai hati Ny. Siska melihat dan mendengar perkataan Ben atas May. "Ben apa - apaan sih! kok kamu bertingkah aneh kenapa May harus keluar? kamu lupa Ma...!"
Sebelum tante Siska menyelesaikan omelannya, May menghentikan perdebatan itu kemudian "Tante sudahlah kondisi Ben lebih penting saat ini, May pamit dulu. Sorry om dan tante May sebenarnya juga selain besuk Ben, May mau pamit akan ke Willow ngurus bisnis yang disana selama 2 minggu dengan Roaman!" jawab May dengan cepat takut ia tidak bisa menguasai diri lalu menangis karena ia merasa hati dan cintanya diabaikakan oleh Ben. Ia segera meraih tasnya lalu berkelebat meninggalkan mansion itu sesekali terdengar di belakangnya suara memanggil - manggil namanya tetapi tetap ia abaikan.
~Eva sinna, tersenyum ia yakin gadis itu sudah kalah, memilih pergi ke kota Willow yang berjarak ribuan kilometer dengan kota Water. Hahha...senyumnya, selama 2 minggu! ada banyak hal yang bisa terjadi bukan? seringai licik terpancar dari bibirnya. Finnally I found you Ben~ pikirnya.