Sudah 30 Menit ia berdiri di depan pintu apartemen tetangganya yang sering bertingkah reseh cenderung mengarah ke ganguan kejiwaan, ia tidak habis pikir bagaimana bisa seorang pemimpin perusahaan multi internasional bertingkah seperti preman kampungan. Ia mengingat bagaimana tingkah laku pria tersebut saat membawa paksa May dari apartemennya tadi malam. Roaman bingung apa yang akan dilakukannya, apakah ia akan mengetuk pintu tersebut? ia memikirkan banyak kemungkinan yang terjadi, May dengan Bath robenya! kemungkinan besar ada sesuatu yang terjadi diantara ke dua orang dewasa tersebut pikirnya? Ia mengerang dengan frustasi lalu pergi meninggalkan apartemennya menuju suatu tempat.
Ting ... nong, ting.... nong, suara bel bergemuruh di pintu penthouse yang ditinggalkannya tadi malam.
Segera pintu berbunyi ceklek, lalu terdengar perbincangan antara tamu tersebut dengan asisten rumah tangga yang terbilang masih muda tetapi punya loyalitas yang tinggi kepada majikannya terbukti ia tidak mengijinkan pertemuan tanpa schedule walaupun ia tahu siapa tamu yang datang dan ia sangat paham sekali apa arti penting dari "sebuah rasa" antara pria dan majikannya. Diakhir perbincangan mereka sang asisten lebih memilih mengonfirmasi kedatangan tamu tersebut kemajikannya yang untungnya sang majikan dalam suasana hati lebih baik dari tadi malam sehingga ia berkenan dikunjungi.
Cintya, "maafkan kalau selama ini saya kurang aware dengan segala permasalahan yang kamu hadapi!" sambil sesekali ia membersihkan tetesan air mata yang mengalir dipipinya,,, "Hust ...menangislah kalau memang dengan itu hatimu yang sesak bisa dipenuhi dengan kedamaian!" Roaman rela kemejanya yang necis pasti sudah basah bercampur dengan ingusnya Cintya. Sesekali tangannya membelai rambut hingga punggungnya berharap dengan perlakuannya rasa duka akibat perbuatan masa lalu pria bejat itu segera terhapus dari benak Cintya. "Maafkan aku Ro, bisik Cintya", "Sudahlah, seharusnya saya yang harus disalahkan sepenuhnya mengapa saya tidak peka dengan situasimu!" Kebaikan hati Roaman menjadi salah satu unsur pemicu kesedihan hati Cintya dan bersyukur badai gelap itu bisa terselesaikan dengan baik. Roaman hampir menghabiskan sepanjang hari di penthouse Cintya mulai dari menghibur luka hatinya, menemaninya sarapan hingga makan siang, menyuguhkan minuman herbal yang dipercaya mampu menjaga daya tahan tubuh dan memulihkan stamina begitu pesan Markus dan iklan dari minuman tersebut yang kebetulan adalah usaha dagang dari Markus Company. Di akhir kunjungannya Roaman menguatkannya dengan perkataan yang mampu menyejukkan hati bagi orang mendengarnya terutama perempuan yang ada dihadapannya saat ini "Cintya, let go of the anger and revenge that binds your heart. You realize that anger and revenge become a barrier you receive love from other men", Cintya hanya bisa mengangguk - anggukkan kepalanya dan merasa bersyukur atas pencerahan yang ia terima saat ini bahwa amarah dan dendam itu yang membawanya selalu bersikap kacau dalam membangun hubungannya selama di kota Willow. "Thank you Ro, you don't know how valuable all things you've done so far. Very valuable, truly valuable everything will be better in the future!" ujar cintya sambil menatap bola mata Roaman dengan keteguhan hati.
####################
May perlahan - lahan membuka bola matanya dan sesaat ia melihat jam dinding yang ada tepat dihadapannya mengarah ke pukul 13.00, ia kaget bagaimana mungkin ia bisa tidur selama itu. Ketika Ben mendengar jeritan kecil May berlari dari ruang dapur tetapi matanya gagal fokus karena melihat tampilan May kala bangun tidur dengan rambut yang awut - awutan, bathrobenya dalam posisi tidak tepat menutupi bagian dada dan bagian paha yang tersingkap tinggi memicu gairahnya yang terpendam. "Hargkh.. hargkh!" serunya sampai May fokus kepada dirinya. Sekilas impian memenuhi benaknya, kalau kejadian ini terjadi pada saat hubungan mereka baik - baik saja maka ia tanpa pertimbangan akan memeluk, menyesap dan membelai tubuh wanita itu.
Dalam situasi canggung May meminta undur dan pamit kembali ke apartemen Roaman. Saat ia akan mencapai pintu keluar tiba - tiba ia terpaksa berhenti akibat cengkeraman tangan Ben yang kuat memaksa ia harus mengikuti tuntunan Bem supaya ia duduk di sofa, kemudian ia mendengar perintah Ben "May kita harus bicara", "apalagi sih Ben! please saya harus ke kantor banyak hal yang harus saya lakukan!".
"Please May harus hari ini!"
dengan wajah cemberut May menghempaskan punggungnya ke sandaran sofa lalu berkata "Oke silahkan Tn. Muda, hamba siap mendengarkan! " Ben tersenyum mendengar jawaban May walaupun situasinya awkward tapi bersyukur May tidak histeris menanggapi situasi pelik ini.
"May tolong kasih saya waktu maksimal 1 bulan menuntaskan setiap permasalahan yang ada diantara kita. Please Love"!
May bingung menanggapi permintaan Ben, lalu ia berpikir apapun yang terjadi biarlah terjadi, toh... kemungkinan terburuk adalah berpisah dari Ben itupun sudah terjadi sejak 6 bulan yang lalu.
"Hei sweet heart berjanjilah kamu tidak menjauh dariku"
Hmmmmm
"iya ucapnya secara singkat"
"Percayalah Love kedepannya semua pasti akan lebih baik... All is well!"