Ara menghubungi ibu Rania untuk berkolaborasi terkait bisnis . Ara mendapatkan order dan ingin meminta bantuan ibu Rania agar meminjam kan team nya untuk membantu proyek yang akan di handel oleh Perusahaan nya Ara. Ara bahagia sekali bisa menghubungi ibu Rania dan berkomunikasi walaupun Ara tidak bisa berkata apa-apa selain hal terkait bisnis. Ara tidak bisa menyampaikan bahwa dia kangen sekali dan ingin bertemu dengan ibu Rania. Ara hanya lelaki yang masih merintis dalam berbisnis sehingga belum ingin berharap apapun. Ara harus menuai hasil terlebih dahulu sehingga dengan hasil tersebut, dia bisa melamar seorang wanita untuk menjadi istrinya. Ara berharap bahwa wanita tersebut adalah ibu Rania. Entah bisa kah hal itu terwujud? Ara cuma bisa menitip rindu nya kepada Yang Maha Kuasa agar menjaga ibu Rania untuk tetap bisa menjadi jodohnya di suatu hari nanti. Ara menutup rasa cinta itu erat-erat karena Ara tidak ingin mengulang kisah yang sama yaitu menyakiti hati wanita. Ara ingin berhenti menjadi lelaki yang memberikan harap palsu. Ara membutuhkan cinta sejati hingga akhir hayat nya. Ara cuma berdoa semoga bisa bertemu dengan ibu Rania. Penyesalan memang telah terjadi, dimana Ara selalu saja punya wanita lain sebagai cadangan dan wanita tersebut selalu datang menggoda dengan menawarkan sex dan finansial. Ara merasa hidup nya memang tidak bisa terlepas dari Sex dan Uang. Jika Ara berkomitmen dengan ibu Rania maka Ara harus berhenti melakukan sex dengan berbagai jenis wanita dan tentu saja Ara masih ingin melakukan nafsu tersebut karena Ara belum ingin meninggalkan pacar pacar nya yang memberikan uang yang banyak kepadanya. Ara pernah berfikir tentang tujuan akhir dalam hidup nya yaitu menikah dengan satu cinta sejatinya dan memiliki anak, namun entah mengapa itu seperti sebuah impian yang sulit untuk terwujud, kecuali Tuhan membantu hal tersebut. Keindahan Ibu Rania bagi seorang Ara adalah seperti bidadari yang selalu ingin dia peluk dan cium namun Ara belum mampu untuk berkomitmen dan datang kepada ibu Rania. Ara ingat saat pertemuan pertama kali dengan ibu Rania, dan Ara masih belum bisa melupakan saat dia pernah berkata bahwa dia ingin menikahi ibu Rania, namun ibu Rania hanya menganggap hal tersebut sebagai sebuah canda bukan keseriusan. Ara tidak pernah lagi memberikan kode bahwa dia ingin menikahi ibu Rania karena Ara menghubungi lagi ibu Rania hanya ingin menjalin kerjasama bisnis saja bukan mendekati ibu Rania dan mencari perhatian secara personal. Ara menjadi seorang yang kaku sekali ketika berkomunikasi dengan ibu Rania. ibu Rania pun hanya menjawab hal yang penting saja dan tidak berharap terlalu banyak kepada hubungan dengan Ara. Walaupun, Ara dan ibu Rania masih ingin adanya harapan pada masa depan untuk kebaikan hidup Ara dan bisa jadi juga untuk kebaikan hidup ibu Rania yang sudah menjadi seorang janda.