Nisa tak menjawab perkataan Andra, tapi dia segera menarik tangannya yang di pegang Andra. Andra malah lebih mengeratkan genggaman tangannya, merasa tak mampu melawan Nisa berkata.
"Bisa tolong lepaskan tanganku? " Dia masih berusaha berkata sopan di depan anak-anaknya.
"Demi anak-anak, kembalilah padaku. " Katanya dengan nada memohon.
"Kau jangan khawatir, aku akan membawa mereka, jika kau izinkan, aku akan membawa mereka sekarang, aku sanggup membiayai mereka, jangan khawatirkan lagi tentang makanan mereka, kau lihatkan? aku bisa membawakan makanan untuk mereka hampir setiap harinya? " Kata Nisa ketus, meski semua makanan itu adalah hasil ngutang sama Aura, tapi dia akan melunasinya setelah gajian ini.
Nisapun telah mulai mencari tempat tinggal baru, namun belum menemukannya , meskipun Aura tak keberatan dia tinggal di rumahnya yang cukup besar, tapi Nisa tak ingin terlalu merepotkan sahabatnya ini.
"Aku tak ingin kau membawa mereka, jika ingin bersama mereka kembalilah padaku" Kata Andra dengan Nada memaksa.
" Aku tak bisa, aku tak siap berbagi dengan siapapun. apapun kesalahanmu bisa ku maafkan, kecuali yang satu ini, aku tak bisa." Jawab Nisa. perempuan itu tampak mulai emosi. Dia menarik tangan nya sedikit lebih keras lagi, sehingga Andra melepaskan genggaman itu.
Dia ingat, apapun kesalahannya, Nisa selalu memaafkannya. meski dia sering marah-marah, jarang bantu ngurus anak, bahkan saat uang jajan sedikit diberikannya, Nisapun tidak pernah komplen, Nisa tetap tersenyum dan bersyukur menerima uang yang tak sebanding dengan yang dia simpan untuk pribadinya sendiri.
Nisa bahkan tak pernah menuntut untuk dicarikan pembantu meski dia sangat sibuk mengurus anak-anak mereka.
" Nisa.. aku janji, aku akan berubah, kita akan seperti dulu lagi. " Bujuk Andra.
" Tapi saat ini aku ingin bekerja, aku tak ingin terlalu menggantungkan hidup dengan orang lain" Jawab Nisa.
"Aku tak akan melarang apapun keinginanmu" Kata Andra.
"Tapi aku tak ingin lagi bersamamu, kau boleh mengurus perceraian kita, jika kau tak ada waktu, aku yang akan mengurusnya, jadi kau bisa bebas kan? " Kata Nisa sambil berlalu.
Andra segera menghadang Nisa.
"Aku tak akan menceraikanmu" Katanya dengan nada sedikit bergetar.
" Aku akan mengurusnya sendiri" Jawab Nisa lagi.
" Bagaimana dengan mereka? apa kau akan membiarkan mereka tumbuh tanpa orang tua yang lengkap?" tanya andra lagi.
"Aku lebih tak ingin melihat mereka tumbuh dengan orang tua yang berlebih " kata Nisa lagi, kemudian dia berlalu, Andra tidak mengejar nya, karna Nisa kelihatan sangat marah, dia takut, jika terlalu memaksa, Nisa malah akan benar-benar mengurus perceraian mereka.
'Jika Nisa tidak mau kembali dengan cara baik-baik, terpaksa aku akan melakukan dengan jalan lain ' Batin Andra.
....
Nisa telah sampai kembali ke rumah Aura. Gadis itu telah menunggunya di teras depan.
" Kau habis menemui anak-anakmu? " Tanya Aura.
"Iya.. " Jawab Nisa lirih.
"Ada apa? " Aura bingung karna melihat Nisa tampak lelah, tak seperti biasanya, dia akan tampak cerah setelah bertemu dengan ketiga buah hatinya.
" Aku bertemu Andra" Jawabnya singkat.
" O.. pantas " Kata Aura sedikit kesal.
Nisa menceritakan semua kejadian tadi. Aura tampak kesal mendengarnya lalu marah-marah sendiri.
" Dasar pria tak tau diri, seenaknya memperlakukan wanita semaunya, dipikir mudah apa, menerima penghinaan seperti ini?. Kau tak boleh lagi kembali padanya, " Nisa hanya terdiam mendengar perkataan Aura.
Dia memang tak ingin lagi kembali pada Andra, tapi dia juga ingin ketiga anaknya mempunyai orang tua yang lengkap.
" Kau kenapa? apa kau masih ingin mempertahankan pernikahanmu? " Tanya Aura sedikit cemas.
" Aku hanya memikirkan ketiga anak-anakku, mereka pasti butuh kehadiran seorang ayah. " Jawab Nisa sambil tertunduk.
" Jangan kau katakan kau ingin kembali, aku tak mau dengar. kata Aura sambil menutup telinganya.
" Apa selama ini dia peduli padamu? " Tanya Aura lagi.
" Sebenarnya dia sangat baik dulunya, tapi hanya dalam satu tahun terakhir dia berubah. sebenarnya dalam dua tahun terakhir aku juga sudah merasakan perubahan itu, tapi tidak begitu kentara." Jawab Nisa lagi.
Tiba-tiba ponsel Nisa berdering. Aditya menelfonnya.
" Ya Pak? " kata Nisa, dia tak ingin Aura mengetahui tentang kedekatan mereka, takut Adit akan malu.
" Apa kita masih di kantor dan di depan teman-temanmu? " Tanya Adit.
" O.. Ya Pak aku sedang bersama Aura. " jawab Nisa tak nyambung.
"Bisa kita bertemu? Aku mendapatkan sebuah apartemen untukmu, tak jauh dari kantor, kau boleh membawa Aura jika kau mau, aku akan mengirimkan alamatnya. " Kata Aditya lagi. lalu mengakhiri panggilan, dan mengirimkan alamatnya pada Nisa.
"Ada apa? " Tanya Aura.
"Pak Aditya menemukan tempat tinggal untukku. dia ingin kita ke sana untuk melihat. " Kata Nisa sambil menunjukkan alamatnya.
" Apartemen ini sangat bagus lho, dekat dengan kantor. Tapi... apa kau benar-benar akan meninggalkanku? " Tanya Aura sedih.
"Aku akan membawa anak-anakku bersamaku, aku tak ingin merepotkanmu. " Kata Nisa.
"Aku benar-benar merasa tak direpotkan" Jawab Aura.
Nisa hanya memeluk sahabatnya itu.
"Aku tau, terima kasih banyak " Kata Nisa.
"Apa kau mau mengantarkan ku? " Pinta Nisa.
" Tentu saja aku mau" jawab Aura.
Mereka segera meluncur ke alamat tersebut. Nisa tak menyangka Apartemen itu begitu bagus, 'pasti akan sangat mahal' Batinnya.
Aditya telah menunggu mereka dan menunjukkan ruangan untuk Nisa.
" Berapa harga sewanya Pak? " Tanya Nisa sedikit cemas.
"Jangan Khawatir.. ini fasilitas kantor, " Kata Adit sambil menyerahkan kuci Apartemen dan sebuah kunci lainnya, seperti sebuah kunci mobil.
"Ini.. apa? " Tanya Nisa tak paham.
"Mobilmu, kau bisa menemukannya di parkiran bawah ini juga fasilitas kantor. " Jawab Adit.
" Tapi apa tak terlalu berlebihan? " Tanya Nisa sedikit canggung.
"Kau pantas menerimanya.
Nisa tak bisa berkata apa-apa, Dia hanya memandang Aura.
" Ucapkan terima kasih " kata Aura sambil senyum dan menepuk-nepuk bahu Nisa.
"Terima kasih Pak" Jawab Nisa haru.
Adit hanya menjawabnya dengan anggukan kepala, dia sangat bersyukur Nisa mau menerima pemberiannya, meskipun dia mengatas namakan sebagai fasilitas kantor, jika dia mengatakan itu dari pribadinya, dia yakin Nisa tak akan mau menerima semua itu.