"CUT!"
"Oke, kerja bagus semuanya."
"Kerja bagus semuanya."
Suara di ruangan itu menjadi riuh ketika syuting untuk hari ini selesai dilakukan. Semuanya sudah bekerja keras hari ini.
Beberapa orang- yang merupakan manager dan stylist artis berhamburan memasuki set lokasi untuk menjemput artis mereka masing-masing.
"Ugh, dinginnya! Ayo segera masuk ke mobil," ucap seorang pria pada seorang aktris seraya memakaikan jaket tebal untuknya.
"Terima kasih, kerja bagus semuanya," ucap perempuan lain. Dari semua aktris dan aktor yang tadi berada di set, hanya perempuan itu yang masih berada di lokasi. Sambil memeluk lengannya sendiri, dia berkeliling untuk mengucapkan terima kasih. Dan jangan lupakan sambil menebar senyum dan membungkuk, meski hidungnya telah memerah karena kedinginan.
"Pak sutradara, terima kasih. Anda sudah bekerja keras hari ini."
Perempuan itu- Sohyun, mendekati tuan Kwon Yeol, sang sutradara untuk berterima kasih.
"Eoh, kau juga," jawab tuan Kwon tanpa melihat Sohyun sama sekali. Dia tengah sibuk berdiskusi dengan asistennya.
Sohyun jadi kikuk sendiri. Sebenarnya ada sesuatu yang ingin dia sampaikan kepadanya. Jadi Sohyun memilih menunggu.
Kurang lebih sepuluh menit, Sohyun harus bertahan dalam kondisi dingin yang amat menyiksa. Jaket tipis lusuhnya sudah tak bisa diandalkan lagi. Ah, seandainya gajinya cukup untuk membeli jaket baru.
"Oh, kau masih disini?" Tegur tuan Kwon pada Sohyun.
"Ne, kamdog-nim*. Ada hal yang ingin saya sampaikan."
(*bahasa korea= pak sutradara)
"Cepatlah, aku tak ada waktu."
"Eoh begini. Bolehkan saya meminta ijin selama tiga hari di minggu ini?"
"Kenapa?"
"Saya sedang mempersiapkan pernikahan saya," jawab Sohyun malu-malu. Sejujurnya, sutradara Kwon adalah orang pertama yang ia beri tahu tentang pernikahannya.
"Maksudku kenapa kau harus meminta ijin dariku?"
"Ne?*"
(Ne disini bisa berarti, maaf?)
"Kau kan hanya pemain figuran. Lagi pula scenemu tidak banyak dan tak terlalu berpengaruh. Kau boleh mengambil libur kapanpun kau mau. Yang penting kau datang saat ku panggil, itu lebih dari cukup."
Sohyun tertunduk. Tak terasa sebelah tangannya mengepal meski bibirnya tetap tersenyum.
Dia lupa kalau posisinya tak lebih; hanya seorang figuran.
"Sudah ya, aku pergi dulu."
"Ne*... Kamdog-nim."
(Ne disini berarti, ya/baiklah)
Meski sudah biasa mendapat penghinaan seperti ini, rasanya masih saja sakit bagi Sohyun. Tapi apa yang bisa Sohyun lakukan ketika apa yang mereka ucapkan itu benar?
Ya.
Dirinya hanya pemeran tambahan.
Artinya, tak ada dirinya pun tak masalah.
***
Sohyun mengatur nafasnya yang terengah-engah. Berlari dari halte bus hingga restoran Jepang itu memakan waktu sekitar 5 menit. Dia melirik arlojinya, semoga belum terlambat.
Sebenarnya rencana Sohyun malam ini adalah mengambil gaun pernikahannya dan Jungkook. Kekasihnya itu masih ada jadwal latihan, jadi harus dia sendiri yang mengambil. Namun ketika hendak membuka pintu butik, ponselnya berdering- Sutradara Kwon meneleponnya. Dan memintanya untuk datang ke restoran Jepang ini.
Sohyun merapikan rambut dan menyanggulnya sebelum menuju ruangan vip yang dimaksud. Lalu mengoleskan sedikit lipstik di bagian tengah bibirnya. Setelah dirasa siap, dia mengetuk pintu berwarna coklat dengan ukiran bunga sakura itu.
"Oh, kau sudah datang?" Sapa sutradra Kwon; nada suaranya terdengar ramah.
Alis Sohyun bertaut. Tumben sekali. Pasalnya sutradranya itu hampir tak pernah berbuat se ramah ini padanya.
Pandangan Sohyun beralih pada seorang pria gendut; berusia sekitat 40an- yang duduk di depan sutradara Kwon. Sekilas, mata pria itu seperti menyisiri dirinya dari atas sampai bawah. Dalam hatinya, Sohyun mendesis; kurang ajar sekali pak tua ini!
"Duduklah!"
Sutradra Kwon mempersilahkan Sohyun duduk. Namun bukan di sebelahnya, melainkan sebelah pria tua itu.
"Perkenalkan dirimu!"
Sohyun merutuk dalam hatinya ketika sutradara Kwon terus-terusan mendiktenya.
"Ne... Annyeonghaseyo. Kim Sohyun imnida."
(Baik. Halo. Nama saya Kim Sohyun)
Sohyun meletakkan telapak tangan kanannya di dada, lalu membungkuk dengan sopan.
"Namamu cantik seperti rupamu," sela pria itu. Membuat dirinya dan tuan Kwon tertawa dengan maksud tertentu.
Sial! Sepertinya akan terjadi hal buruk pada dirinya.
"Oh ya, aku belum memperkenalkan beliau padamu. Beliau adalah tuan Jung. Kau tahu kan Starking Entertainment, anak perusahaan Bigstar Entertainment? Beliau adalah Ceo-nya." Jelas tuan Kwon.
Sohyun tersenyum mengangguk. Batinnya; tentu saja tahu. Starking memang perusahaan baru yang sedang naik daun dan tengah merekrut artis-artis baru.
"Kebetulan tuan Jung ingin mencari bibit baru untuk dijadikan artisnya. Dan aku merekomendasikan dirimu. Ya, meski usiamu tak lagi bisa debut muda, setidaknya kau memiliki kualitas yang sedang tuan Jung cara."
Tuan Kwon memang memujinya. Tapi dibalik itu, Sohyun tidak bodoh untuk mengartikan arti ucapan yang sebenarnya; tuan Kwon mencemoohnya.
"Terima kasih atas kemurahan hati anda Tuan." Sekali lagi Sohyun membungkuk. Hanya sebagai formalitas.
"Kwon Yeol benar. Apalagi kau lebih terlihat cantik dari yang di foto. Kalau tidak keberatan, aku ingin mengenal lebih jauh tentang dirimu sebelum kau bergabung dengan perusahaan kami."
Sohyun tersenyum kecut. Apalagi ketika kedua pria tua saling melemparkan senyum penuh arti- yang tentu saja hanya dimengerti keduanya.
Di bawah meja, tangan Sohyun mengepal. Breng*ek! Apa tuan Kwon sedang berusaha menjual dirinya? Oh ayolah, dirinya memang hanya aktris figuran yang tak ber-agency. Tapi dirinya tak serendah ini hanya untuk mencapai mimpinya menjadi seorang aktris.
"Karena kau sudah di sini, aku akan pergi. Ada hal lain yang harus aku urus. Temanilah tuan Jung sebentar hingga minumannya habis!"
See?!
Tuan Kwon telah merencanakannya. Menjual dirinya pada pria mata keranjang ini.
Sohyun tak punya pilihan lain selain menyuarakan benaknya.
"Maaf tuan, tapi sepertinya anda berdua salah paham." Sohyun memberi jeda untuk menguatkan dirinya. "Saya akan segera mundur dari dunia entertainment."
Suasana hening sejenak sebelum tawa kedua pria itu meledak.
"Kim Sohyun, apa maksudmu? Namamu bahkan belum tercacat di laman naver* sebagai seorang artis. Ah, jangankan namamu. Fotomu saja mungkin masih bisa dihitung dengan jari. Itupun pasti yang berasal dari sns* mu."
(Naver, browsing utama di korea, spt google. Sns, akun media sosial: instagram, twitter, dll)
Sutradara Kwon memang tahu betul cara menghina Sohyun.
"Tuan Jung sudah sangat bermurah hati ingin menampung gadis biasa sepertimu. Apakah kau akan menyia-nyiakannya? Lagi pula, Starking telah menaruh investasi 80 juta won untuk drama yang sedang kita garap."
(80 juta won; sekitar 992.000.000 rupiah)
Wah! Ingin sekali Sohyun menendang selangkangan tuan Kwon. Tidak hanya menjualnya, ternyata dia juga dijadikan alat transaksi untuk kelancaran dramanya.
"Maaf tuan. Seperti yang anda katakan, umur saya memang tidak muda lagi. Jadi saya berpikir untuk berhenti. Terlebih, saya akan segera menjadi seorang istri. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah diberkan kepada saya."
"Kau akan menikah?"
Ada nada tak suka di suara tuan Jung. Dan dia melirik tuan Kwon tajam. Seolah dirinya baru saja dibohongi.
Menjadi kacau seperti ini, tuan Kwon menyeret Sohyun dan mengajaknya bicara di luar ruangan.
"Apa kau gila? Ini kesempatan bagimu untuk menjadi aktris besar," omel tuan Kwon.
"Saya tidak mau kamdog-nim. Saya tidak bodoh untuk mengetahui bahwa anda sedang menjual saya."
Bunyi tamparan menggema di lorong restoran yang sepi.
Sohyun menangkup pipinya yang terasa panas.
"Tak ku sangka kau justru menghinaku seperti ini setelah apa yang ku lakukan untukmu."
Sohyun tersenyum miris.
"Lalu apa? Anda bahkan memperkenalkan saya- seorang aktris figuran yang bahkan tak pernah anda lirik- kepada seorang pria kaya yang merupakan ladang uang bagi Anda? Saya tidak bodoh untuk mengartikan tujuan anda. Lagi pula apa yang telah anda lakukan pada saya, selain menyuruh saya berdiri di samping para pemain utama anda bahkan tanpa dialog sekalimat pun? Anda bahkan menyuruh saya untuk mengurus istri dan anak-anak Anda di rumah. Kalau saya mau, saya bisa melaporkan anda ke dinas pekerjaan atas penyalahgunaan kekuasaan dan melanggar kontrak kerja."
Sohyun tak sanggup lagi membendung perasaannya selama ini. Kenyatan bahwa dirinya juga dijadikan babu oleh tuan Kwon; dia tak lagi sanggup menyimpannya seorang diri.
"Kau mengancamku sekarang? Cih, seharusnya aku sudah memusnahkanmu sejak dulu. Terserah kalau itu maumu, tapi jangan harap kau bisa lagi masuk dunia entertainment lagi! Dan kalau kau benar-benar melaporkanku, aku tak janji bahwa hidupmu dan calon suamimu akan baik-baik saja."
Sohyun mengepalkan tangannya. Berani-beraninya dia membawa Jungkook dalam masalah ini.
"Tunggu apa lagi? Enyahlah dari hadapanku, Kim Sohyun!"
Sohyun kemudian meninggalkan restoran itu dengan amarah yang membuncah. Namun tak ada yang bisa dilakukannya atas penghinaan dan pelecehan yang selama ini diterimanya. Semuanya kembali pada hukum manusia; yang berkuasa/beruang bisa menindas siapapun dibawahnya.
Sementara di dalam sebuah ruangan vip lainnya. Dua orang pria masih berdiri di depan pintu. Nampaknya mereka mendengarkan percakapan keduanya- seorang pria dan wanita tadi. Sebenarnya mereka ingin meninggalka restoran, namun pertengkaran kedua orang itu menahan mereka.
"Tuan," tegur pria yang berada di belakangnya. "Kita harus segera kembali."
Tidak ada guratan ekspresi di wajah pria yang berada di depan. "Ara."
(Ara, aku tahu)