webnovel

Wejangan ibu

Umur 19 tahun kebawah dan yang belum nikah, ini jangan dibaca yah. Awas loh, jangan nakal.

****

Malam harinya keluarga Alesha kini berada diruang keluaga, ayah Alesha tampak santai membaca buku sambil sesekali menyeruput tehnya. Sedangkan ibunya duduk disisi suaminya sambil mengetik sesuatu di ponselnya. George dan Alesha juga terlihat santai menonton tv. Tidak lama kemudian ibu Alesha meletakkan ponselnya dimeja. Dia menatap putri dan juga menantunya bergantian. Senyum bangga tersungging di bibirnya.

"Sekali lagi selamat ya sayang, kalian akhirnya sudah menjadi suami istri, kalau begini kan mama tidak akan marah-marah lagi kalau kalian berduaan" ucapnya seraya tersenyum kearah George. Suami Alesha itu hanya mengangguk setuju, sambil meremas tangan istrinya. Sebenarnya dia sudah ingin mengajak Alesha masuk kamar dan menikmati malam mereka tapi ibu Alesha menyuruh mereka untuk berkumpul dulu diruang keluarga.

"Kau tahu nak George, dalam keluarga kami ada tradisi mendengarkan petuah orang tua sebelum malam pertama pasangan pengantin baru setelah menikah, mama harap kalian bisa menahan dulu ya". Ucap ibu Alesha memulai pembicaraannya. "Pernikahan adalah ikatan suci dua insan yang akan mengarungi lembaran kehidupan baru. Kalian harus tahu bahwa pernikahan yang dibarengi oleh cinta memang tampak sempurna tapi cinta itu saja belum cukup, kalian harus bisa saling mempercayai satu sama lain.

Perjalanan hidup yang akan kalian tempuh kedepannya tidak akan selalu mulus, akan ada waktu dimana kalian merasa kalau rasa cinta itu terkuras dan yang menggantikannya adalah ego masing-masing. Jadi belajarlah untuk bersabar dan saling memahami. Dan kamu Alesha, Mama harap nanti setelah kalian menikah kamu bisa membawa diri di keluarga barumu. Apalagi di kelurga royal family suamimu, akan ada banyak peraturan yang harus kamu patuhi disana. Jadi pandai-pandai lah beradaptasi. Mama dan papa akan selalu mensupport mu demi kebahagiaan mu, karena kalau kamu bahagia mama dan papa juga akan sangat bahagia". Ucap ibu Alesha sambil memeluk anaknya. Alesha begitu terharu mendengar kata-kata ibunya.

"Alesha sangat sayang sama mama dan papa.

Alesha masih dikamar mandi ketika George masuk ke dalam kamar, pria itu kemudian mencari-cari keberadaan istrinya tetapi setelah mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi dia pun tersenyum.

Alesha masih sangat betah di kamar mandi, sudah sekitar sejam dia didalam. rasanya dia ingin di sana selamanya saja. Dia sangat gugup dan sedikit takut kalau harus menghadapi George sekarang, beberapa kali dia menghela napas dalam, dia hanya berdiri terdiam didepan cermin menatap wajahnya yang polos.

Berbagai macam pikiran bercampur aduk dalam benaknya, tiba-tiba saja dia merasa tidak siap dengan semuanya. Apakah dia pantas menjadi istri George, apakah setelah malam ini George masih menginginkannya? Dia lalu memejamkan matanya.

Tapi semua pikiran itu ditepisnya jauh-jauh, semua sudah terjadi dan itu keputusannya. Dia sekarang adalah istri George dan karena itulah dia harus keluar menghadapi suaminya yang sepertinya sudah menunggunya diluar. Alesha menghela napas dalam sekali lagi kemudian melangkah keluar.

Dia keluar dengan perasaan gugup dan takut-takut, apakah George akan menyentuhku malam ini? tapi aku belum siap. Pikirnya. Dia lalu mencari keberadaan suaminya tapi yang dicari rupanya tidak ada.

"Syukurlah George belum datang, aku bisa sedikit rileks dulu" gumannya sambil membaluri pelembab dibagian lengan dan kakinya. Aroma semerbak yang tercium dari tubuh Alesha sangat wangi, dia memang selalu luluran dan mandi air mawar hasil sulingan sehingga aroma tubuhnya sangat harum.

Dia lalu menanggalkan baju mandinya untuk diganti dengan gaun tidur yang sudah disiapkan oleh ibunya. Gaun itu terlihat sangat menggoda ketika sudah melekat ditubuh Alesha. Tubuh Alesha yang menggunakan lingerie nampak sangat nyata terlihat dibalik gaunnya yang menerawang.

"Huuh.. mama ini ada-ada aja, ngapain coba aku pakai ini. Malu-maluin aja, ga pakai kaya gini aja George sudah napsuan apalagi sengaja mancing-mancing. Bisa pingsan aku nanti dibantainya" gerutunya berguman.

Alesha berjalan menuju pembaringan, matanya terus melihat kearah pintu. Tapi George ternyata belum datang juga, dia mulai gelisah. Pikirannya pun mulai kemana-mana. Dia lalu menjatuhkan tubuhnya kekasur dengan muram lalu menutup matanya.

Sementara itu George terlihat sedang berbincang serius dengan Nikol, ketika dikamar tadi dia mendapat pesan dari dari orang tidak dikenal berisi ancaman dan dia tahu siapa orang itu. Makanya dia bergegas menemui Nikol.

"Ancaman itu mungkin hanya gertakan pangeran, setelah saya selidiki itu hanya nomor acak yang tidak bersumber." ucap Nikol.

"Tidak, aku tahu ancaman itu dari mana", ucapnya sambil menatap kosong. Pikirannya kini sangat kalut. Mengingat ancaman itu bukan cuma tertuju pada dirinya tetapi juga pada keluarga Alesha terutama kedua orang tuanya.

Dia pikir setelah menikah dia akan segera meninggalkan indonesia tetapi karena ancaman itu sepertinya rencananya itu harus tertunda. Dia menarik napas dalam dan menatap Nikol dengan serius.

"Sepertinya kepulangan kita akan tertunda, datangkan seratus orang pengawal lagi kemari. Sampai keadaan membaik kita akan tetap di indonesia".

"Baik pangeran" ucap Nikol sambil membungkukkan badannya kemudian berlalu.

Ketika pintu kamar terbuka dilihatnya istrinya tertidur pulas, nafasnya terdengar halus seirama dengan gerakan dadanya yang naik turun. Selimut yang dipakainya sudah melorot sampai ke perut sehingga tubuh bagian atas Alesha yang menerawang terlihat jelas dan indah dimata George.

George kemudian melangkah menghampiri istrinya dan tersenyum. Dia lalu naik ke kasur dan berbaring di samping istrinya. Dia menyesal telah membiarkan istrinya menunggunya sampai ketiduran.

"Seharusnya malam ini milik kita sayang, maaf telah membiarkanmu sendiri dan menunggu" ucapnya sambil mengecup kening istrinya dan memeluknya dengan hangat. Diapun akhirnya tertidur.

George terlihat duduk di sofa didalam kamar dan menatap keluar jendela yang masih terlihat gelap setelah sholat subuh. Sedangkan Alesha masih saja belum ada pertanda akan bangun. George kemudian menghampiri istrinya.

"Bangun sayang, ayo sholat dulu. Alesha...". Tapi sang istri masih tidak bergeming. Alesha bahkan hanya menggeliat dengan mengangkat kedua tangannya dan tidur lagi, sehingga tubuhnya yang hanya mengenakan gaun tidur menerawang terlihat karena selimutnya sukses melorot sampai ke kaki. Pahanya yang mulus dan putih terlihat jelas karena gaunnya tersingkap. Tapi gadis itu tidur seperti orang mati.

George yang sebelumnya hanya berniat untuk membangunkannya saja kini terdiam membeku ditempatnya. Darahnya mendidih seketika melihat pemandangan indah menggiurkan yang ada didepannya.

Tubuh tidur Alesha yang telentang pasrah membuat seluruh sistem yang ada didalam pikiran George memanas dan menegang. Dia sudah lupa niat awalnya untuk menyuruh istrinya sholat, dengan cepat George naik keatas ranjang dan menghimpit tubuh istrinya dengan tubuhnya yang kekar.

Matanya tajamnya menatap wajah Alesha yang tertidur dengan bibir tertutup. Bibir itu sangat indah dan terlihat lezat, lalu George mulai menjulurkan lidahnya kebibir istrinya. Merasakannya untuk yang kesekian kalinya tapi dahaga akan kenikmatan bibir mungil Alesha tidak akan pernah memuaskannya.

Lidah George menjalar kewajah istrinya. merasakan setiap jengkal kulit indah itu dengan perlahan. Dia sengaja melakukannya supaya Alesha terbangun, tapi setelah wajahnya dijilat oleh lidah basah George, Alesha bahkan tidak bergerak.

Baru setelah mulut George yang beraroma mint itu mengulum bibirnya, Alesha seketika membuka mata. Dia berusaha melepaskan diri dengan menggeleng tapi George menahan kepalanya dengan sebelah tangannya sehingga Alesha hanya bisa pasrah.

Sentuhan bibir George yang lembut dan basah membuat tubuh Alesha gemetar, getaran yang menjalar sampai ketulannya membuatnya terengah-engah. Alesha merasakan tubuhnya menjadi panas, dia lalu menutup matanya merasakan lidah George mulai memasuki mulutnya, Alesha mencengkram rambut George lalu membalasnya dengan menghisap bibir bawah suaminya itu dengan suara desahan.

George melepas ciumannya dan menatap wajah Alesha yang sudah merona karena gairah, nafasnya terengah-engah dengan tatapan yang sayu. Bibir George kemudian berpindah ke leher jenjangnya, mengecup dan menjilat setiap inci dari kulitnya yang begitu harum menggairahkan.

Dengan gelora yang membara George menghisap kulit leher Alesha sehingga menimbulkan bekas memerah. Alesha merasakan sakit yang begitu nikmat. "Akhhhhh....!! gadis itu mendesah, dagu lancipnya semakin keatas memberikan seluruh akses untuk George menjalari tubuhnya lebih dalam lagi.

Sekali lagi saya sampaikan kalau bab ini adalah hasil revisi yang di publish ulang. Jadi bagi readers yang sudah membaca cerita, harap kesabarannya untuk menunggu cerita selanjutnya.

syafiunicreators' thoughts
Next chapter