webnovel

Rasa apa ini

Alesha terlihat di perpustakaan dan seperti biasa dia sibuk membaca dan menghabiskan waktu disana. Bella juga terlihat menemani sahabatnya itu, bahkan Meena yang hampir tidak pernah keperpustakaan pun terlihat sering bersamanya di sana.

Semenjak perkenalannya itu Meena tampak selalu ada disekitar Alesha dan gadis itu juga tidak keberatan. Meena sangat baik dan selalu membantunya. Tak jarang pria itu mengungkapkan perasaannya kepada Alesha akan tetapi gadis itu selalu menolaknya dengan halus. Tapi Meena tak pernah patah arang, dia selalu menunjukkan kepedulian dan keseriusannya. Sehingga gadis gadis yang dulu dekat dengan Meena menjadi geram kepada Alesha.

Tak terkecuali Amber yang memang sudah sejak lama menyukai Meena. Tak terhitung sudah berapa kali dia mengungkapkannya isi hatinya tetapi Meena selalu menolaknya dengan senyum sehingga perempuan itu bahkan pernah sampai nekat dengan memasukkan obat perangsang keminuman Meena dan sengaja mengumpankan tubuhnya tetapi usahanya itu digagalkan oleh pangeran George. Sekarang melihat pria idamannya dekat dengan perempuan lain, tentu saja dia tidak akan tinggal diam.

" Lihat saja, apa yang akan aku lakukan padamu bitch...!" ucapnya sambil menatap geram kearah Alesha.

Sementar itu di istana

Terlihat George dan adiknya perempuannya Charlotte sedang asyik bermain catur di taman, mereka berdua memang sering menghabiskan waktu senggang dengan bermain catur bersama. Tapi sebulan ini George terlihat sering di istana bahkan hampir tiap sore mengajak adiknya bermain catur sehingga Charlotte heran dengan sikap kakaknya itu.

" Kak, kenapa belakangan ini kakak tidak pernah lagi ke kampus?" tanyanya sambil serius mempelajari pergerakan kakaknya di papan catur.

" Aku kan sudah mau selesai kuliahnya, jadi wajarlah kalau sekarang ingin lebih santai". jawabnya santai.

Charlotte hanya mengangkat alis sambil terus bermain.

"Well, ada kabar baik buat kakak". ucapnya mengalihkan pembicaraan.

" oya? kabar apa itu"

"Putri Silvia sudah tiba dari liburannya, so dia akan kesini untuk makan malam bersama keluarga".

Mendengar itu George terdiam dan menatap adiknya dengan serius. Dia sangat tidak ingin bertemu dengan tunangan menyebalkannya itu. Dia harus menghilang sekarang juga dari istana.

" Dik, aku tiba tiba teringat janji dengan kolegaku sore ini. Kita lanjutkan permainannya lain kali saja ya." Ucapnya sambil bergegas menuju chambernya. Sementara itu Charlotte yang sudah tau kakaknya cuma beralasan hanya menggeleng dan tersenyum. Dia sengaja memberitahukan tentang kedatangan putri Silvia ke kakaknya, dia juga tidak menyukai Silvia yang terlalu posesif terhadap George sehingga dia diam diam mendukung penolakan kakaknya itu.

Sementara itu, George yang sudah melaju dengan mobilnya bernapas lega karena untuk sementara terbebas dari masalah besar yang hampir saja menimpanya. Dia tidak sanggup membayangkan menghabiskan waktu dengan makhluk posesif itu meskipun hanya melihatnya saja.

Tak lama kemudian dia memasuki gerbang kampus dan memarkirkan mobilnya, terlihat sore itu kampus masih ramai. Sontak saja semua mata wanita yang ada disana terfokus kearah si pangeran tampan George, sementara dia hanya tersenyum simpul sambil berlalu. Senyum yang cukup membuat semua wanita histeris.

Tapi George tidak pernah peduli, tidak pernah ada satu wanita pun yang singgah dihatinya sampai akhirnya dia melihat gadis itu untuk pertama kalinya. Gadis yang membuatnya susah payah berusaha untuk dia lupakan tapi sampai detik inipun usahanya itu tidak berhasil, bahkan dia semakin merindukan sosok gadis itu dan berharap bisa bertemu dengannya.

Sementara itu, Alesha yang masih betah diperpustakaan seakan tempat itu adalah rumah keduanya terlihat sibuk dengan buku bukunya. Bella yang sudah sejak tadi mengajaknya pulang masih berusaha untuk itu tapi seakan seluruh hidupnya ada di perpustakaan Alesha tetap menolak untuk pulang.

" Kamu kalau mau pulang, ya udah pulang saja. Kan aku uda bilang kalau tugasku ini belum selesai aku ga bakalan pulang. Jadi, pulang saja ya, jangan khawatirkan aku ok?" ucapnya meyakinkan Bella sambil tersenyum.

" Tapi kamu sendiri nanti, kalau ada apa apa denganmu ginama les?" tanya bella yang masih saja khawatir.

" Ga akan terjadi apa apa, trust me."

" Baiklah, tapi hati hatinya ya disini"

" Iya"

Setelah itu Bella pun pergi. Dia kemudian melanjutkan pekerjaannya. Selang beberapa lama dia terlihat membereskan semua buku bukunya, mengembalikan dan menyusun buku buku itu ketempatnya seperti semula dan bergegas keluar dari perpustakaan. Tapi kemudian langkahnya terhenti, dia merasa seperti ada seseorang yang mengikutinya.

Dia berbalik dan melihat kesekelilingnya tapi tidak ada satu pun yang dilihatnya mencurigakan. Lalu dia bergagas ke tempat dimana lokernya berada, dia memasukkan semua peralatannya di sana sebelum akhirnya berjalan kearah washroom dan masuk untuk menyegarkan wajahnya.

Sementara itu terlihat sosok bepakaian serba hitam dan memakai topi, wajahnya pun ditutupi masker serta kaca mata hitam sehingga dia sama sekali tidak dikenali. Dia terlihat berjalan kearah washroom yang Alesha masuki dan dengan cepat menguncinya dari luar lalu membawa kunci itu bersamanya.

Alesha yang sudah terlihat lebih segar dan cantik kemudian berjalan kearah pintu dan berniat membukanya tapi pintu itu tidak bisa terbuka. Dia kemudian mencobanya berulang tapi tetap tidak terbuka, dia mulai frustrasi dan ketakutan. Lalu dia berteriak meminta bantuan tapi tidak satupun yang menjawabnya.

"Oh God cobaan apa lagi ini?" gumannya. Dia melihat jam tangannya sudah menunjukan jam 6:30 sore dan itu artinya sebentar lagi gelap dan dia akan terkurung di washroom semalaman? Memikirkan itu saja dia sudah panik lalu dia teringat Bella, andai dia mendengarkan sahabatnya itu dan pulang bersamanya, pasti kejadian ini tidak akan terjadi dan kalaupun terjadi paling tidak dia tidak sendiri.

Dia kemudian menenangkan pikirannya sejenak dan mulai mencari cari cara untuk keluar dari ruangan itu. Lalu dia melihat sebuah jendela kaca tapi sayang jaraknya terlalu tinggi. Kemudian dia melihat tumpukan kursi tua, gadis itu lalu menumpuknya tapi lagi lagi masih belum cukup tinggi untuk bisa menggapai jendela itu.

Mata bulatnya akhirnya melihat sebuah papan. kemudian dengan susah payah dia mengangkat papan itu dan meletakkannya diatas tumpukan kursi, setelah itu dengan hati hati dia mulai memanjat sampai akhirnya dia bisa menggapai jendela tersebut lalu membuka daun jendela itu. Dengan tubuhnya yang langsing dia bisa dengan mudah menyelinap keluar dan tanpa pikir panjang dia melompat kebawah.

Bruukk...!! Terdengar suara benda jatuh.

Alesha yang sudah sangat yakin akan ada salah satu dari tulangnya yang patah sudah pasrah. Dia tidak peduli lagi, yang ada dalam pikirannya saat itu hanyalah bagaimana caranya supaya dia bisa keluar dan secepatnya pergi dari tempat itu.

Tapi anehnya, sakit yang sudah dia perkirakan itu tidak dia rasakan sama sekali. Melainkan tubuhnya merasakan sesuatu yang hangat dan tidak begitu keras berada dibawahnya. Bibirnya juga dirasakannya seperti ada sesuatu yang menempel dan lembut tapi dia masih belum tau apa itu. Kemudian perlahan dia membuka matanya dan...

" Aaaaaaaakhhhhh..." Dengan refleks dia berteriak.

Next chapter