Beberapa saat kemudia, dia sampai rumah , langsung saja dia memanggil semua pelayan dan keamanan, dia murka dengan menghancurkan semua barang-barang di rumahnya.
"Menjaga satu wanita aja kalian tidak bisa hah?" tanya Lion dengan tatapan buas.
Salah satu penjaga keamanan membuka mulutnya dengan gemetaran, "Mereka sangat pintar, kami tidak bisa melacak jejaknya baik ketika datang atau pergi"
"Bagaimana mereka membawa Nana?" tanya Lion seakan bola api siap melompat dari matanya.
"Nona Nana di bius, setelah itu di bawa kabur" Jelas pelayan Gong.
Mendengar penjelasan pelayan itu, Lion berteriak histeris kakinya lemas, kemudian dia melempar handphonnya ke lantai, hatinya sakit mendengar wanita yang dia perlakukan seperti ratu di perlakukan sekejam itu.
"Pergi kalian dari hadapanku segera !" teriak Lion.
Para pelayan dan penjaga keamanan itu langsung kembali ke tempat mereka masing-masing, Lion sangat mengenal kakeknya yang begitu kejam, dia tau kalau kakeknya tidak akan melepaskan Nana meskipun dia akhirnya menikah dengan Mimi.
Sesaat kemudian, Lion duduk di ruang kerjanya tanpa sadar air matanya jatuh ketika mengingat wajah Nana yang kesakitan.
"Maafkan aku" ucap Lion dengan lirih.
"Harusnya aku lebih peka dan memastikan keselamatanmu dahulu sebelum aku menghadapi srigala tua itu" Gumam Lion sambil menyeka air matanya.
Malam itu Lion benar-benar hancur, dia mengerahkan semua anak buahnya untuk mencari keberadaan Nana, tapi dia harus menelan kecewa karena mereka sama sekali tidak menemukan jejak.
Lion murka dengan semua anak buahnya, oleh karena itu satu-satunya cara adalah mengandalkan kemampuannya.
Lion segera duduk di depan layar leptopnya, dia meretas keamanan di handphon kakaknya tapi tidak ada petunjuk, setelah itu dia juga tidak lupa meretas keamanan rumah lama tetua Kim yang sudah lama dia tinggali, tapi sayang Lion menemukan rumah itu kosong.
"Aaa... aaa... dasar kakek tua, kenapa kamu masih ikut campur dengan hidupku ? tidak cukupkah kamu merenggut kebebasanku?"
"Nana kamu di mana? tolong jangan takut, aku pasti akan membawamu kembali" Ucap Lion dengan lirih setelah puas berteriak.
Hingga matahari terbenam, Lion masih terjaga.
"Sudah pagi, apakah Nana sudah bangun" batin Lion seraya menatap keluar jendela.
Sementara itu di keluarga Kim, Yuri berhenti sejenak ketika dia tidak sengaja mendengar percakapan tante dan pamannya di kamar yang pintunya sedikit terbuka tentang Nana yang di sekap.
"Kakak lagi apa? " tanya Zera ketika melihat Yuri terdiam di depan kamar ibunya.
Mendengar suara Zera, Yuri langsung membungkam mulutnya setelah itu dia masuk tanpa mengetuk pintu di ikuti oleh Zera.
"Apakah itu benar? " tanya Yuri dengan ekspresi sedih.
Tuan dan Ny Kim terkejut dan langsung berbalik melihat Yuri.
"Yuri" sahut Ny Tresia dengan suara lemah.
"Tolong tante dan om jujur, apakah benar my Nana di sekap oleh kakek? " sekali lagi Yuri bertanya .
"Jangan ikut campur, percayalah Nana akan baik-baik saja, dia akan di bebaskan setelah Lion selesai menikahi Mimi" jelas tuan Kim.
Mendengar penjelasan pamannya, air mata Yuri jatuh dia tidak menyangka kalau semudah itu pamannya memintanya untuk diam.
"Aku mengerti jika kalian tidak begitu khawatir dengan Lion , tapi ini Nana, tidakkah kalian berfikir betapa takutnya dia?"
"Nana itu orang asing di negara ini, dia pobia dengan kegelapan dan ketika dia berada di tempat sempit dan gelap apakah kalian tau akan terjadi apa dengannya? "
"Dia akan histeris dan kejang-kejang bahkan sesak nafas, secara tidak langsung kalian ikut membunuhnya" Yuri benar-benar marah, dia sangat khawatir dengan Nana karena hal ini pernah terjadi di masa lalu, karena kejadian itu Nana harus koma selama 1 bulan.
Mendengar perkataan Yuri, Zera dan Ny Tresia langsung histeris, mereka menangis dan sangat takut bila kemungkinan yang di sebut oleh Yuri terjadi.
Sambil menyeka air matanya, Yuri bergegas meninggalkan kediaman tuan Kim, sedang sepeninggal Yuri, tuan Kim merasa kebingungan dan geram, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk melawan ayahnya karena kenyataannya dia tidak punya hak untuk bersuara soal pernikahan Lion.
Sudah hampir siang, Lion tetap duduk menunggu pergerakan dari kakeknya tanpa memakan apapun.
Tiba-tiba suara handphonnya berbunyi dan dengan segera dia mengangkatnya tanpa melihat ID pemanggil karena fikiran Lion kacau.
π"Halo Lion, apa kamu ada di rumah? " Terdengar suara yang cukup Lion kenal dari seberang telpon.
π"Ada apa Ryeon? "
π"Oh, aku lagi di jalan menuju rumahmu, terimakasih sudah membantuku lepas dari jeratan ayahku"
π" Oh "
Setelah mengatakan kalimat terakhirnya, Lion langsung menutup telpon tanpa memperdulikan Ryeon.
Sesaat kemudian Ryeon sampai di depan rumah Lion, tepat saat itu dia hendak berjalan
melewati mobil di depannya, namun yang Ryeon tidak sangka kalau pintu mobil terbuka dengan keras dan menabraknya, langsung saja dia terkjut dan jatuh ke tanah.
"Auhhh... " Ryeon meringis kesakitan.
Mendengar suara itu Yuri bergegas keluar dari mobil dan berjongkok melihat orang yang baru saja di tabrak oleh pintu mobilnya.
"Apa kamu baik-baik saja? " tanya Yuri dengan cemas.
Ho Ryeon bangun sambil membersihkan pakaiannya dari debu.
"Menurutmu? " ucap Ryeon dengan sinis.
Yuri menatap Ryeon dari atas sampai bawah, "Baik-baik saja,"
"Aiss... gadis ini" Ryeon merasa jengkel dengan sikap Yuri yang santai.
"Tubuhku memang tidak terluka tapi jiwaku tergunjang karena kaget, apa kamu tidak tau bagaimana pentingnya wajah, serta kejiwaanku? " ucap Ryeon dengan nada jengkel.
"Aku tidak perduli" ucap Yuri acuh tak acuh sambil melangkah meninggalkan Ryeon.
Melihat itu Ryeon geram, segera dia menarik lengan Yuri.