webnovel

Wawancara (1)

Selesai dengan Nana, Joon langsung masuk ke ruangannya, sedang Yuri masih memperhatikan Lee Joon tanpa berkedip.

"Yuri jangan pandang Joon terus, lebih baik sekarang kamu kembali ke mejamu he " goda Nana.

Yuri merasa malu dengan ejekan Nana, pipinya memerah dan mendadak salah tingkah, setelah itu dia berbalik.

"Yuri mejamu di sebelah sana bukan di situ" Kata Nana setelah itu dia tertawa.

"Haa... iya aku sedikit lupa. Baiklah My Nana aku akan ke ruanganku dulu" kata Yuri. Setelah itu Yuri pergi dari meja kerja Nana, dan Nana mulai melakukan pekerjaannya.

Waktu menujukkan pukul 11 siang, Nana mencoba menelpon Jeha untuk memastikan kapan mereka bisa mulai melakukan wawancara.

"Hallo Jeha, lagi di mana? "

"Di depan kantormu"

"Apa? "

"Ha..ha.. kita kan sudah janjian ketemu jam segini jadi sekalian aja aku jemput kamu"

"Baiklah kalau begitu aku akan segera turun"

Setelah itu Nana merapikan semua barang-barangnya dan bergegas keluar.

Sedangkan di depan kantor, mobil mewah Jeha benar-benar menyita perhatian, ketika dia melihat Nana keluar, dia langsung keluar dari mobil.

"Maaf agak lama" kata Nana ketika sudah ada di hadapan Jeha. Jeha tersenyum.

"Tidak apa-apa, ayo kita pergi"

Jeha menekan tombol kunci di tangannya, langsung saja pintu mobil terbuka sendiri, dan itu membuat Nana terkejut lagi.

"Waoo...keren" ucap Nana. "Silahkan masuk..! " kata Jeha mempersilahkan Nana masuk ke dalam mobil seperti seorang supir dan tuannya.

Semua perempuan yang keluar masuk kantor itu merasa iri pada Nana. Bagaimana tidak Jeha memiliki gaya berpakaian yang santai dan keren. Visualnya yang tampan dan manis dan pembawaannya yang asyik membuat siapapun merasa nyaman ada didekatnya.

Setelah itu mobil Jeha meninggalkan kantor Nana. Namun sebelum menuju kantornya Jeha berhenti di salah satu restauran terkenal di Korea.

"Apakah kita akan melakukan wawancara di sini? " tanya Nana heran. Jeha tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Nana, dia malah mengajak Nana turun dari mobil dan membawanya masuk ke restauran.

"Kamu mau makan apa? " tanya Jeha ketika sudah duduk di salah satu meja di restauran itu.

"Memangnya makanan yang paling enak di sini apa? " tanya Nana.

Jeha membuka menu dan mulai memperkenalkan makanan yang ada di menu" Mmm di sini yang paling enak itu Dak Galbi"

Nana tampak bingung karena itu pertama kalinya dia mendengar nama makanan itu, dia mulai khawatir jika makanan itu ada campuran daging babinya.

"Mmm bisakah kamu menjelaskan padaku tentang makanan ini? "

Jeha nampak menyipitkan matanya "Tampaknya kamu begitu berhati-hati soal makanan, apa kamu punya alergi? "

"Oh tidak, aku hanya ingin memastikan kalau makanan yang kamu sebut tadi tidak ada campuran daging babinya" jelas Nana.

"Makanan ini dimasak di hot plate bundar di atas meja, bahan-bahan di dalamnya antara lain ayam goreng, kubis, kue beras, bawang merah, dan kentang manis, Dak galbi terasa nikmat karena saus panasnya yang terbuat dari pasta cabai merah, kecap, dan kunyit, semua bahan tersebut dicampur dan diaduk merata, hasilnya sungguh memuaskan lidah dan lebih nikmat lagi jika ditambah keju mozzarella" jelas Jeha.

Nana merasa lega, tapi dia ingin memastikan sekali lagi."Jadi tidak ada campuran babinya?"

"Kamu alergi makan babi ya? padahal daging babi sangat enak loh.. " ucap Jeha sambil memainkan lidahnya. "Aku muslim" bisik Nana.

Jeha cukup terkejut, karena selama ini dia tidak menyangka kalau Nana muslim, seketika itu lagi dan lagi Nana mengingatkan Jeha pada sosok Mayleen.

Bukan hanya senyum gadis ini yang mirip tapi mereka memiliki keyakinan yang sama hanya saja penampilan Mayleen lebih tertutup dari Nana. Batin Jeha sambil menatap Nana penuh arti.

"Ada yang salah?" tanya Nana keheranan. Jeha langsung tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Ahhh gak apa-apa, aku cuman keingat seorang teman yang memiliki keyakinan sama denganmu"

" Benarkah? apa aku boleh mengenalnya? " tanya Nana dengan penuh semangat.

Jeha tercengang mendengar pertanyaan Nana.

Jeha berfikir bagaimana dia mengenalkan Mayleen pada Nana ? sedangkan dia sendiri tidak tau di mana keberadaan Mayleen. Terakhir kali dia bertemu Mayleen waktu tamat SMA, perpisahan merekapun diakhiri dengan tidak baik.

"Ha ha.. kalau umur kita panjang tapi ya. Ya sudah aku akan pesan makanan yang sesuai denganmu" Jeha mencoba mengalihkan pembicaraan agar Nana tidak melanjutkan pembahasan itu. Benar saja Nana langsung setuju dengan usul Jeha dan tidak membahas tentang itu lagi.

Sesaat kemudian pesanan mereka akhirnya datang, Nana dan Jeha menikmati makanan bersama sambil ngobrol dengan riang.

Tepat pukul 12:30 mereka keluar dari restauran setelah menyesaikan makanan mereka. Saat di perjalanan Nana melirik Jeha sambil bertanya, "Apakah di sekitar sini ada masjid ? "

Jeha mengangguk. "Ada satu yang aku tau dan masjid itu adalah masjid yang paling bersejarah di sini"

Nana menyipitkan matanya, yang dia tau Jeha bukan muslim jadi dia heran mendengar Jeha tau tentang masjid di kota Seol. Bukankah kehidupannya identik dengan diskotik di malam hari dan bekerja di pagi hari.

"Kamu benar-benar tau tempat beribadah muslim di Korea? " Nana mencoba memastikannya.

"Iya, apa kamu mau aku ajak ke sana? " tanya Jeha.

Nana mengangguk dengan semangat. Nana memang ingin sekali meliput tentang muslim yang ada di Korea, dan juga tempat-tempat beribadah serta tempat berkumpul mereka, dengan segera Nana mencari kameranya, setelah itu dia menatap Jeha.

"Saya sangat tertarik, ayo ke sana, sekalian aku mau shalat zuhur di sana, apakah kamu mau membawaku ke sana? "

"Tentu suatu kehormatan buat saya." kata Jeha sambil memperlihatkan senyumnya yang menawan.

Next chapter