"Tuan Orion, dia bisa mati!" ucap Clint cemas melihat keadaan temannya di tengah lapangan itu. Zilong masih meringkuk di tanah, sedangan yang lain berusaha melemahkan kembali pergerakan troll.
Orion dan Aaron menatap mereka serius. Keduanya yakin kelima anak itu bisa merobohkan satu troll itu.
"Ayolah, Kagura. Gunakan kekuatan Yin Yang milikmu," gumam Hayabusa yang ikut menyaksikan pertarungan mereka. Dia melihat Kagura juga kewalahan menghadapi lawannya.
"Tuan Orion, bolehkah aku membantu? Cincin sihirku bisa menimbulkan kerusakan yang besar pada troll itu." Tiba-tiba suara Harley pun terdengar. Selama ini dia jarang bergabung dalam kerumunan dan baru kali ini ikut menyaksikan pertarungan bersama yang lain.
"Tidak, Harley. Ini bukan pertarunganmu," jawab Orion. Dan Harley mengangguk mengerti.
"ZILONG, AWASS!" teriak Alucard memperingatkan sang Dragon Knight.
Troll itu menggeram marah dan mengangkat kakinya yang besar. Dia berniat ingin menginjak tubuh Zilong dan meremukkannya, tetapi pemuda itu sudah lebih dulu menyadarinya.
BLAMMMM!!
Kaki troll menghantam tanah tempat Zilong terbaring. Ketika kakinya kembali terangkat, sosok pemuda itu sudah tidak ada di sana. Zilong melesat kembali ke tempat rekannya berada.
"Kau tidak apa-apa? Wajahmu pucat," tanya Ruby khawatir.
"Ru-rusukku... senjatanya... mengenai rusukku." Zilong mengusap darah di dagunya dan kesulitan bernapas akibat tulang rusuknya yang cedera. Juga rasa sakitnya yang bertambah parah begitu dia menarik napas.
Zilong benar-benar dibuat kepayahan dalam sekali serangan. Entah mantra macam apa yang dimasukkan ke dalam tubuh troll itu.
"Kau masih mampu bergerak?" tanya Alucard serius.
Zilong mengangguk. Dia tidak ingin meninggalkan lapangan selama troll itu belum dirobohkan. "Beri aku... sedikit waktu."
"Aku mengerti. Ruby, ayo!"
Ruby mengangguk. Dia bergabung bersama Alucard untuk mencari titik lemah dari troll tersebut. Berkali-kali Alucard mengincar kakinya, tetapi troll itu dapat dengan mudah menghindarinya dan melayangkan tendangan balik. Ruby melepaskan energi dari senjatanya. Dia mengayunkan sabitnya dan membuat troll itu lumpuh dalam beberapa detik, namun usahanya hanya sia-sia. Troll itu semakin beringas melawan mereka.
Kini Miya melesatkan anak panahnya dalam serangan beruntun. Tetapi troll itu seolah tidak mempan dengan serangannya maupun hujan panahnya. Kemudian Kagura menyusul melakukan serangannya dengan senjata payung Seimeinya. Seketika putaran Seimei menguarkan energi sihir yang mampu menaklukkan lawan. Tanpa membuang waktu, Miya melepaskan hujan panahnya sekali lagi. Sang troll menggeram marah dan seketika tubuhnya mematung sementara. Dan hal tersebut Kagura manfaatkan untuk meledakkan energi sihir Yin Yang miliknya.
Pancaran energi berwarna ungu seketika melingkupi tubuh troll. Kagura dengan yakin berteleportasi menuju Seimei dan makhluk itu berhasil dilumpuhkan sementara. Setelah berhasil dengan percobaannya, Kagura melompat meninggalkan senjatanya dan menarik senjatanya kembali ke arahnya.
"Bagus, Kagura!" ucap Hayabusa senang dari tepi lapangan.
Clint bersiul. "Ada yang sesenang itu rupanya."
"Ya. Kaguraku memang bisa diandalkan."
"Kaguramu?"
Hayabusa memutar bola matanya. "Berhentilah iri dengan kesenangan orang lain."
"Siapa yang iri denganmu?"
"Hei, kalian juga hentikan. Berisik, tahu," tandas Harley.
Keduanya kembali diam.
Di lapangan, Ruby menemukan ide bagus di tengah-tengah ia bertarung dengan troll. Ia mencari celah supaya dapat lolos dari kejaran troll agar dapat memberitahu idenya pada yang lain.
"Aku mengerti sekarang!" seru Ruby pada empat rekannya. "Miya, Kagura, gunakan kombinasi kalian yang tadi. Dengan begitu troll akan lumpuh dan aku akan menarik senjatanya dengan menggunakan sabitku. Setelah dia terbebas, dia pasti akan berusaha menginjak kita. Untuk itu incar matanya dan butakan. Baru setelahnya kita bisa mengincar kakinya."
"Ide bagus, Ruby. Tapi siapa yang bisa naik ke tubuhnya dan membutakan matanya?" tanya Miya sambil terus memanahi tubuh troll.
"Dragon Knight, bertahanlah! Kuserahkan tugas itu padamu. Kau pasti bisa dan hanya kau yang bisa melakukannya dengan mengandalkan kecepatanmu."
Zilong masih menekan dadanya kuat-kuat. Dia mengerti maksud ucapan Ruby. Gadis itu memang pintar. Dan Zilong mencari peluang untuk bisa melakukan inisiasinya. "Baiklah, tapi aku membutuhkan tangannya untuk kugunakan sebagai tumpuan pijakan kakiku. Setelahnya baru aku bisa melompat dan menghujamkan ujung tombakku ke matanya."
"Baiklah, aku mengerti. Aku yang akan menjadi umpan supaya dia mau mengayunkan tangannya ke tanah," kata Alucard mantap. Sorot matanya menujukkan semangat yang luar biasa.
Aaron menarik sebuah senyuman. "Padahal sejatinya mereka memang kompak dan saling membutuhkan, tapi harus aku juga yang membantunya. Dasar anak-anak itu."
Orion tertawa puas. "Kau memang luar biasa, Aaron. Dalam sekejap kau langsung bisa menyatukan semuanya."
Troll kembali bergerak ke arah mereka. Miya berkonsentrasi membuat hujan panahnya kembali. Seketika troll dihujani dengan ribuan panah yang menusuk-nusuk seluruh tubuhnya. Dalam sekejap pergerakannya melemah. Lalu Kagura pun turut memulai serangan dasarnya. Dia melempar senjatanya selagi troll itu masih kepayahan. Kemudian seketika tubuhnya membeku akibat hujan panah yang ditimbulkan oleh senjata Miya.
"SEKARANG!" Ruby melesat ke depan dan beruntungnya senjata troll berada di samping pahanya jadi tak terlalu tinggi untuk diraih. Dengan sekuat tenaga gadis bertudung merah itu menarik paksa senjata itu dan melemparnya jauh-jauh hingga ke tepi lapangan. Ruby melompat mundur. Dia tersenyum puas karena rencananya telah berhasil.
"Dia terbebas!" teriak Kagura. Dia membantu meledakkan energi sihirnya dan mengikat troll. Troll itu menggeram kesakitan.
Merasa mendapat peluang, Alucard melompat untuk menebas tubuhnya. Sang troll mengamuk dan hendak meninju Alucard. Alucard berusaha melompat ke sana-sini sembari mengayunkan pedangnya untuk memastikan makhluk itu akan melayangkan pukulannya ke bawah. Dan Zilong terus menajamkan penglihatannya untuk mengamati setiap gerakan troll.
"Masih belum, sedikit lagi," gumamnya ketika menyaksikan Alucard mencoba menghindari hujaman kaki troll. Dan tibalah saatnya makhluk itu benar-benar akan melayangkan pukulannya ke tanah. "Sedikit lagi..."
GRROOAAAA!!!
BLAARRRR!
Sang Dragon Knight bereaksi. Dia memanggil kekuatan dalamnya dan nyala api melingkupi tubuhnya.
"SEKARANG!"
Dengan tombaknya, Zilong melesat kencang ke arah troll dan berhasil berpijak pada tangannya yang meninju tanah. Dalam sekejap Zilong melesat ke udara dan berada tepat di depan wajah makluk itu. "Sudah cukup sampai di sini, sialan. Rusukku benar-benar rusak akibat senjatamu yang jelek itu!"
CRAATTT!!
GGRRROOOAAAAA!!!
Dragon Knight berhasil menusukkan ujung tombaknya ke kedua bola mata makhluk itu secara bergantian. Akibat kekuatan Dragon Supreme miliknya, tubuh troll bisa dengan cepat bereaksi terhadap esensi racun dari senjatanya. Tubuh Zilong kembali terhempas ke tanah. Bahunya kembali menerima bentrokan yang cukup keras. Dia kembali terbatuk darah. Nyala apinya mendadak lenyap.
BRUKKK!
Tubuh troll tersungkur ke tanah. Dia masih menggeram-geram karena reaksi racun milik Zilong. Racun itu memang menyakitkan.
"Dia kalah?" tanya Ruby bingung.
"Karena esensi racun milik Zilong. Seperti yang pernah terjadi padaku," jawab Alucard mengingatkan.
Mereka mendekati Zilong yang terbaring dengan memegangi dadanya. Pemuda itu benar-benar kesakitan.
"Zilong, bertahanlah," ujar Miya.
Semua orang yang berada di tepi lapangan mulai bergerak memasuki lapangan. Dan tanpa diduga bahaya kembali mengincar. Miya yang berada dekat dengan jatuhnya troll, tanpa ia sadari troll itu masih sedikit sadar dan berusaha meninju tubuhnya.
"Miya, awas!!" pekik Alucard yang menyadari Miya dalam bahaya. Dia melesat cepat dan menangkap tubuh gadis itu. Tepat saat Alucard menangkapnya, pukulan troll mendarat.
Aaron menarik mantranya dan seketika troll itu mati.
Tubuh Alucard dan Miya tergelinding di tanah saat berusaha menghindari hujaman itu. Dan kini keduanya terlibat dalam momen yang membuat mereka menjadi canggung sekaligus malu. Sekarang posisi Alucard berada di atas tubuh Miya. Dalam sesaat pipi Miya bersemu merah muda. Ini kali pertamanya berada sedekat ini dengan pemuda itu.
"Kau... tidak apa-apa?" tanya Alucard memastikan.
Miya menggeleng. Tiba-tiba jantungnya berdebar-debar. Ini pertama kalinya Alucard menyelamatkannya.
"Bagi seorang pemanah, meningkatkan kewaspadaan itu penting." Lalu Alucard bergegas berdiri sebelum yang lain melihat posisi mereka dan menjadi salah paham. Miya pun melakukan hal yang sama, kemudian membersihkan pakaiannya yang kotor.
"Apa jadinya kalau King Estes melihat ini?" tanya Clint berbisik pada Hayabusa.
"Tidakkah kau merasa ini momen yang jarang kita lihat? Aku seperti melihat tuan putri kita tersipu malu karena lelaki," ucap Hayabusa.
Clint mengangguk.
Sementara Aaron dan Orion masih berfokus untuk memeriksa tubuh Zilong.
"Wajahnya memucat. Cidera pada tulang rusuknya sangat parah, kita butuh bantuan King Estes," sahut Orion dengan nada yang cukup serius.
Tak lama petugas lapangan membawakan sebuah tandu. Zilong segera dibawa ke ruang kesehatan untuk segera diobati. Sedangkan Miya meminta ijin pada Aaron untuk memanggil Estes di rumahnya.
"Apa yang terjadi padanya? Kenapa Zilong sampai semudah itu dikalahkan?" tanya Alucard pada Aaron.
"Kau sendiri juga tidak mampu mengalahkan troll itu sendirian, kan?"
"Ya, saat menyentuh troll itu dengan pedangku, aku merasa energiku banyak terkuras."
"Itulah masalahnya. Jangankan kau yang memiliki pertahanan diri yang cukup baik. Seseorang seperti Dragon Knight akan menjadi makanan empuk bagi troll itu."
"Maksudnya?"
"Permisi, Tuan Aaron." Tiba-tiba salah satu penjaga Mansion mendatangi Aaron.
"Ada apa?"
"Tuan Flavian sudah datang. Beliau menunggu anda."
"Flavian?" ucap Aaron dan Alucard bersamaan.
"Baiklah, aku akan ke sana," kata Aaron mempersilakan sang penjaga kembali ke tempatnya. "Bukan waktu yang tepat sebenarnya karena baru saja terjadi kecelakaan di sini. Tapi, dengan begini urusanmu dengannya akan segera terselesaikan kan, Alucard?"
Alucard tak menanggapi perkataan Aaron. Akhirnya Flavian tiba juga. Seseorang yang sudah ditunggunya dari beberapa waktu lalu.
"Baiklah, aku akan menemuinya lebih dulu. Kau temani saja dulu Dragon Knight yang malang itu."
Aaron berlalu. Dan Ruby kini mendekatinya.
"Ada apa?"
"Ruby... Flavian sudah datang."