Hinata duduk menghempaskan diri ke sofa di ruang tamu rumahnya yang sepi dan menutup mata, tidak mampu menyembunyikan bayangan ciuman Sasuke tadi di lokasi syuting.
Sambil meraba bibirnya, Hinata menggumam, "Ciuman itu, itu ciuman pertamaku..."
Hinata menggeleng, "Ah, sudahlah, siapa pun yang merebut ciuman pertama ku, satu orang yang kucintai hanya Naruto," lirih Hinata kemudian bangkit dan melangkah menuju kamarnya di lantai atas. "Lebih baik aku mandi saja."
***
Kepala indigo Hinata yang lembut bersandar ke lengan Sasuke yang kekar saat pria itu dengan kasar melumat mulut Hinata yang membengkak dalam ciuman rakus, sementara tangannya yang satunya bergerilya di antara tulang selangkangan Hinata yang sedikit terbuka, membelai rambut berwarna kelam yang tumbuh di sana dengan gerakan sensual yang intim.
"Ngghhhhh.... Sasuuhhhh.... Mmmmmmhhh..." desah Hinata.
Sasuke menyeringai di balik ciumannya dan bergumam, "Yah sebut namaku... Seperti itu..."
Puas bermain dengan bulu yang lembut, Sasuke menjentikkan jarinya ke klitoris Hinata dan membuat gadis itu membelalak karena nikmat. Ia dengan cepat meneriakkan nama Sasuke berulang kali dengan tempo yang cepat. Lalu, dua jari yang besar tiba-tiba menyelusup masuk. Kepala Hinata tersentak karena kaget, tapi Sasuke kembali menarik kepala Hinata ke arahnya dan kembali mencium mulutnya yang manis.
Puas dengan respons Hinata yang menggairahkan, Sasuke memaju-mundurkan kedua jarinya dengan tempo cepat sampai Hinata basah kuyup sampai berteriak-teriak dengan liar menyebut namanya.
"Sasu.... keeehhhhh!!!!"
Kling klong! Kling klong!
Hinata tersentak mendengar suara bel di pintu depan yang dibunyikan secara terus-menerus, dan menggosok matanya dengan malu saat menyadari apa yang terjadi. Bagaimana ia bisa bermimpi erotis begitu saat masih dalam bath tub? Ya, sepulangnya, Hinata langsung berlari ke toilet dan mandi, tapi ia terkejut karena sampai ketiduran dan bermimpi sangat indah.
Tapi siapa itu di pintu yang mengganggu mimpinya? Hinata merasa ingin menangis karena tahu mimpi indah seperti itu terpotong dan dia yakin dia akan sulit bermimpi seperti itu lagi kapan-kapan.
Bagaimanapun, Hinata tetap membilas bath tub dan segera mengenakan kimono mandinya dan berjalan ke pintu masuk sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk kering yang lain.
Sambil tersenyum, Hinata membuka salah satu pintu ganda, kemudian senyumnya membeku di wajahnya. Pasangan bermain di mimpinya sekarang ada di depan mata! Wajah Hinata langsung memerah.
Di lain pihak, Sasuke yang baru datang sambil membawa beberapa lembar kertas tertegun melihat apa yang menyambutnya. Rambut Hinata yang basah menjuntai ke lehernya yang putih mulus dan jenjang. Kimono mandinya yang diikat dengan longgar di sekeliling pinggangnya hanya mampu menutupi kurang dari setengah pahanya yang mulus dan berwarna putih pucat, lalu bibirnya yang gemetaran.... Sasuke menekan ludah dengan sulit. Apalagi yang bisa lebih menggoda dari ini?
Hinata dengan cepat menguasai keterkejutannya dan dengan ramah mempersilahkan pihak lain untuk masuk ke ruang tamunya yang sepi dan dengan sopan menunjuk salah satu sofa sebagai isyarat agar Sasuke duduk sementara dia duduk di pasangan sofa di sampingnya.
Sepertinya, salvok Sasuke dengan cepat diperbaiki. Ia duduk dan menyimpan kertas yang dibawanya di atas meja, kemudian menatap mata Hinata yang pucat dengan serius.
"Kau mau minum apa? Aku bisa membuatkanmu sesuatu..." tawar Hinata sambil berniat berdiri.
"Tidak perlu," sahut Sasuke dengan cepat. Matanya yang hitam menjadi semakin tajam saat ia berkata dengan serius, "Aku ada satu pertanyaan."
Hinata tersenyum dan berdehem.
"Kau itu.... sudah pernah melakukan'nya' atau belum?" Tanya Sasuke. Wajahnya sedikit merona saat ia bertanya.
Hinata yang tidak tahu apa-apa hanya mengernyit sambil menelengkan kepala ke satu sisi, "Melakukan apa?"
Sasuke mendesah. Seperti dugaannya, Sasuke tidak bisa menggunakan kalimat apa pun yang lebih sederhana untuk menjelaskan apa yang dia maksudkan pada gadis ini. "Um... seks..."
Wajah Hinata langsung memerah dan dia menahan napas dengan gugup. Dia menunduk, menolak untuk menatap mata Sasuke yang tajam, dan menggeleng dengan pelan.
Sasuke langsung menyahut dengan ekspresi khawatir, "Ini berbahaya bagi dirimu."
Mendengar suara basah yang seksi mengatakan ada hal yang berbahaya, Hinata langsung tersentak menatap pria itu, "Berbahaya?"
Gadis ini.... Sasuke mendesah, kerutan di keningnya hilang dan wajahnya kembali menjadi datar seperti biasa. "Kau belum membaca naskahnya?"
"Belum. Kru belum datang mengantarnya."
Sasuke nyaris menepuk keningnya. Ah, bodohnya aku! Dia belum diberi naskah, bagaimana dia bisa membacanya? Sasuke mendorong kertas yang dibawanya lebih dekat le tempat duduk Hinata di seberang meja. "Baca itu!"
Dengan malu-malu, Hinata meraih tumpukan kertas yang disodorkan Sasuke yang disatukan dengan klip kemudian meneliti setiap kata dengan pelan, mencoba mencari tahu mana yang disebut Sasuke dengan 'berbahaya'. Lalu, sampailah pada adegan itu.
Wajah Hinata memerah, dia perlahan meletakkan kembali tumpukan kertas itu ke meja dengan kaku dan merasa pusing seketika.
"A-adegan a-apa.... itu??" Tanya Hinata dengan tangan dan bibir yang gemetaran.
Seringai kecil melintasi mulut Sasuke yang sensual, meraih kertas yang dikembalikan kepadanya dan kembali fokus pada wajah Hinata yang sudah seperti orang yang terkena stupor. Yah, seperti dugaannya, gadis ini benar-benar butuh belajar!
"Itu adegan seks. Aku tidak tahu apa yang dipikirkan Si Mesum Jiraya sampai menyetujui naskah seperti ini."
Hinata masih syok, jadi saat ia berkomentar, suaranya terdengar tidak mantap dan artikukasinya tidak jelas sama sekali, "Ja-jadi... maksudnya naskah itu... i-itu... kita akan berhubungan seks di depan kamera?"
"Yup."
Terkejut dengan respons Sasuke yang ringan, Hinata tidak tahan untuk tidak melontarkan pertanyaan, "Kau pernah berakting adegan berbahaya seperti ini di depan kamera?"
Sasuke mengangguk dengan tenang. "Kita berakting di komunitas film dewasa, film 'porno' yang punya cerita yang menarik, bukan sekedar adegan di ranjang. Aku sudah melakonkan banyak adegan dan beberapa dari mereka adalah adegan yang seperti ini..."
"Tapi aku belum pernah..., aku tidak berpengalaman... Selain itu, aku tidak mau menyerahkan keperawananku pada orang yang tidak kucintai, terlebih lagi karena ini adalah adegan pura-pura..."
... aku tidak berpengalaman. Kalimat ini meninju pikiran Sasuke dan membuatnya nyaris berteriak: "Aku akan dengan sangat senang hati mengajarimu!", tapi Sasuke bisa menahannya sampai ujung lidahnya dan malah bertanya, "Kau harus tahu konsekuensi seperti ini sejak awal. Memangnya dulu, mengapa kau ikut audisi pencarian aktris utama?"
Wajah Hinata dengan cepat kembali memerah. Dia memainkan jarinya dengan gugup saat berkata dengan jujur, "Mereka bilang... aktris utama akan dipasangkan dengan protagonis utama laki-laki. Kupikir, yang membintangi film ini adalah Na-Na... Naruto Uzumaki, jadi aku ikut... Tapi ternyata orang lain. Saat aku berniat membatalkan perjanjian, aku membaca surat kontrak dan mereka bilang kalau aku tidak boleh memutuskan hubungan kecuali aku harus membayar, dan bayarannya itu sangat tinggi..."
Sasuke jelas melihat rasa kecewa yang besar di mata lavender pucat gadis ini dan dia mendadak merasa kesal. Jadi, alasan utamanya ikut audisi itu adalah karena ingin dipasangkan dengan Naruto? Cih! Tapi entah bagaimana, Sasuke malah tersenyum. Dia mengingat kalau aktor profesional itu telah keluar dari industri perfilman dan memilih menjadi seorang penulis. Setelah syuting film terakhirnya musim dingin lalu, Naruto bahkan pindah rumah ke California dan berencana untuk pulang beberapa tahun lagi.
"Naruto, pria itu... Dia sudah pindah ke California. Kau tidak pernah nonton tivi? Berita seperti itu kau tidak tahu?"
"Hah? California?" Wajah pucat itu kembali muram. "Aku menonton tivi hanya untuk menonton anime. Aku tidak suka gosip."
Sasuke tidak tahu harus berkomentar apa mengenai jawaban yang baginya kekanakan itu. Lalu, seuntai kesunyian yang tidak nyaman menghantui mereka berdua.
"Lalu sekarang bagaimana?" Tanya Hinata hati hati. "Aku akan memilih memutus kontrak. Mungkin Otousan bisa meminjamkan aku uang."
Sasuke tersentak dan langsung merasa kesal. "Kau akan keluar, setelah semua adaptasi yang kulakukan, setelah semua adegan yang hampir selesai? Kau pikir bagaimana perasaan Jiraya, Para kru, dan aktor serta aktris lainnya? Kau sangat egois!"
Bagaimanapun, Hinata adalah tipikal orang yang selalu mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri, jadi disembur begitu, Hinata mau tak mau merasa sedikit bersalah.
Sasuke bangkit dari sofa dan melangkah ke pintu. "Pikirkan itu di benakmu!"
Hinata harus mengambil keputusan dengan cepat!
Baikalh... "A-ano, Uchiha-san..."
Sasuke yang hampir mencapai pintu menyeringai dengan kecil kemudian berbalik dan kembali mengubah ekspresinya seolah ka tak peduli. "Apa?"
"Maukah kau mengajariku 'itu'?"
"'Itu' apa?"
"Ngg.... Itu,.... seks.."
Sasuke menatapnya dan tersenyum devil di dalam hatinya. Ia dengan tenang berkata, "Baiklah. Aku akan coba."