webnovel

Perang Dingin

Keesokan harinya, semua mahasiswa baru dan para panitia acara peresmian Mahasiswa Baru sudah berkumpul di lapangan kampus sejak jam 6 sore.

Para anggota BEM mengiring mereka ke bis masing-masing.

Perjalanan menuju distrik latihan militer itu memerlukan waktu 2 jam perjalanan. Tempat ini berada di daerah perbukitan. Sesampainya disana mereka menuju barak masing-masing sesuai ekskul mereka. Barak perempuan berada di paling bawah, barak laki-laki di tengah, barak BEM dan dosen ada di paling atas.

Walaupun barak perempuan ada dibawah, tapi jalan menuju kesana tetap saja menanjak. Mereka harus membawa barang-barang mereka yang begitu banyak sambil melewati jalan setapak.

Ditya membawa satu buah ransel dan dua buah tas jinjing di tangan kanan dan kirinya. Tiba-tiba seseorang merebut salah satu tas yang ada di tangan kanannya. Ditya terkejut dan menoleh ke samping untuk melihat siapa orang yang sudah mengambil tasnya.

"Biar aku yang bawa. Kamu terlihat sangat mengkhawatirkan dengan kedua tas ini." kata Taufik.

"Nggak usah repot-repot, Fik." ucap Ditya merasa tidak enak.

Tapi Taufik tetap jalan tanpa menghiraukan Ditya. "Barak kamu yang mana?" tanya Taufik.

Ditya baru sadar kalau dia juga tidak tahu dimana barak ekskul musik. Ditya menoleh ke kanan dan kiri mencari sebuah petunjuk. Akhirnya dia melihat beberapa senior perempuannya seperti Vida dan Gina.

"Fik, sepertinya ini barak musik. Makasih ya bantuannya." kata Ditya.

"Ok." Taufik pun melanjutkan perjalanannya menuju barak laki-laki.

Tak lama kemudian, Niar dan teman-temannya datang satu per satu. Mereka pun merapikan barang-barang mereka bersama dengan kelompok masing-masing. Kali ini Ditya sekelompok dengan Tami, Ulvia, Niar, Karina dan Clara.

Selesai membereskan semuanya, mereka dipersilahkan untuk memasak air dan beberapa makanan untuk makan siang nanti. Ditya dan Niar pergi mengambil air untuk dimasak, sementara Karina mencuci beras, dan Clara serta Ulvia menyiapkan bahan-bahan untuk dimasak.

Tidak banyak yang akan mereka masak, mereka hanya akan menggoreng ikan asin, tahu dan tempe serta membuat sambal. Makanan ini memang sederhana. Lagipula makanan apalagi yang mereka harapkan di tengah hutan seperti ini?

Begitu Ditya dan Niar kembali, mereka melihat ada beberapa senior laki-laki seperti Ade, Dewa, Desta, Rizal dan Putra di depan barak mereka. Mereka sedang membantu para senior perempuan mbuat masakan. Berhubung para lelaki tidak membawa alat masak, jadi senior perempuan lah yang memasak untuk mereka, sementara mereka membantu untuk mencuci sayuran, nasi dan mengambil air.

"Dit, perlu bantuan?" tanya Desta saat melihat Ditya.

"Nggak kak, terimakasih." Ditya tersenyum berterimakasih.

"Lihat perempuan ini. Dihadapan Desta dia begitu baik. Tapi kemarin saat aku menawarkan bantuan dia justru memarahi aku. Apa dia memiliki kepribadian ganda?" ucap Putra dengan suara pelan seolah dia sedang berbicara pada dirinya sendiri.

"Kamu bicara apa, Put?" tanya Gina bingung. Dia yakin Putra mengatakan sesuatu tapi dia tidak bisa mendengar jelas apa yang Putra katakan.

"Nggak kenapa-kenapa. Aku hanya sedang memikirkan bagaimana caranya membuat hidup para mahasiswa baru ini menderita selama disini." jawab Putra dengan nada menjengkelkan sambil melirik ke arah Ditya yang sibuk membantu temannya.

"Jangan dong, Kak Putra. Kakak kan orangnya baik, masa kakak tega berbuat seperti itu sama kami." rengek Tami dengan Sebenarnya dia kata-kata. itu ditujukan untuk Ditya. Tapi yang dibicarakan justru bersikap biasa saja dan itu membuat Putra semakin kesal dibuatnya.

"Kalian mau masak apa?" tanya Desta.

"Cuma goreng-gorengan aja kak." jawab Ulvia.

"Teman-teman ini masak nasi takaran airnya bagaimana?" tanya Karina bingung. "Aku nggak pernah masak nasi pakai kompor."

"Bagaimana, sih, kamu. Masa perempuan nggak bisa masak." ledek Putra.

"Memangnya kalian mau masak berapa liter?" tanya Desta.

"Tadi aku cuci beras 5 gelas takar kak." kata Karina.

"Sini biar aku yang masak tuang air dan masak nasinya." kata Desta.

"Kak Desta bisa masak?" tanya Ditya terkejut saat menggoreng tahu.

"Ya bisa sedikit. Tapi kakak lebih jago makan daripada masak." katanya sambil tertawa.

Ditya spontan tertawa mendengar ucapan Desta dan membuat Putra kaget.

'Hah?? Wanita jutek ini bisa tertawa selepas itu? Nggak salah?? Jangan-jangan dia kesurupan lagi!' pikir Putra sambil bergidik. Tiba-tiba bulunya merinding membayangkan itu.

'Tapi, dia manis juga kalau lagi tertawa.' tambah Putra.

Next chapter