webnovel

Aku Ga Tahan Kalau Diambekin Kamu

Tanpa terasa kehidupan rumah tangga Edwin dan Bila sudah berjalan enam bulan, mereka masih menikmati indahnya pasangan baru, tanpa ada masalah.

Kebahagian selalu menyelimuti mereka, rasa saling percaya selalu mereka pupuk, karena mereka tahu hubungan dan rasa cinta akan semakin erat jika didasari oleh kepercayaan.

Bila sebagai seorang wanita karir tak pernah melupakan kodratnya sebagai istri dan menantu yang harus merawat ayah mertuannya, tapi ia juga tetap berdedikasi dengan perusahaan.

Saat ini Bila masih tergabung dengan perusahaan Reifan, karena Refain belum rela jika karyawan sehebat Bila harus reign, sehingga Reifan harus mengalah pada Edwin untuk tidak menempatkan Bila di kantor pusat.

Setiap pagi Bila selalu bangun awal, menyiapkan keperluan dirinya, suami, dan merawat pak Baroto yang sedang dalam tahap penyembuhan dari penyakit tuanya, ia berusaha keras agar papa mertuanya tetap sehat, dan memastikan pak Baroto tidak mencuri kesempatan saat dia lengah.

Pada awalnya pak Baroto tidak nyaman dengan perlakuan Bila, tapi seiring waktu ketika ia cekup dokter selalu memuji kesehatannya yang semakin membaik, akhirnya ia menurut diperlakukan Bila layaknya anak kecil yang harus patu.

Bahkan jika ia sangat ingin mencicipi makanan pantangannya ia selalu teringat wajah Bila yang menasehatinya panjang dan lebar, untungnya Bila memberika satu hari disetiap minggunya untuk pak Baroto menikmati apa yang ia inginkan, tentunya dalam porsi yang Bila atur.

Kasih sayang Bila yang tulus lambat laun membuat pak Baroto benar-benar menyayangi gadis itu, bahkan jika harus memilih antara Edwin dan Bila ia kini tanpa berfikir akan memilih menantu tercintanya.

Pada malam yang dingin Bila tampak masuk ke kamar pak Baroto, ia sedang mengecek keadaan papa mertuanya yang kebetulan saat itu sedang demam dan flu karena perubahan cuaca, setelah memeriksa keadaan dan memastukan papa mertuanya tertidur lelap Bila menyelimuti pria tua itu lalu keluar kamar dengan menutup pintu pelan-pelan.

Setelah pintu tertutup, ternyata pak Baroto membuka matanya, lalu ia duduk bersandar pada papan ranjang mengingat perlakuan Bila yang sangat tulus, tanpa terasa bulir bening menetes dari dua bola mata yang sudah tampak mengendur itu.

"Mama....kalau saja mama masih hidup, papa yakin mama juga akan merasakan apa yang papa rasakan, Allah memberika pengganti mama melalui anak kesayangan mama, menantu mama sangat menyayangi papa, papa yakin mama pasti tenang disan melihat papa kan". tangis pak Baroto begitu meremukkan hati jika ada yang mendengar, sebuah tangis kebahagian yang mendalam disertai rasa syukur.

Bila masuk kedalam kamarnya sambil membawa segelas wedang jahe susu dan air putih, ia melihat Edwin masih sibuk mengeejakan laporan, dan mengecek dokumen yang cukup banyak, Bila menaruh nampannya kemudian mendekati Edwin.

Setelah menceritakan keadaan pak Baroto tapi tak ada tanggapan berarti dari Edwin akhirnya ia menanyakan hal yang tidak penting.

"Kakak belum selesai?".

"Belum sayang, sebentar lagi tinggal tiga dokumen kok". Jawab Edwin tanpa menoleh.

"Apa ga dilanjutin besok aja kak?".

"Ga tanggung yang".

"Aku buatin jahe susu buat kakak, mau minum nanti apa sekarang?"

"Nanti aja"

Sikap cuek Edwin membuat Bila merasa sedikit kesal, akhirnya ia meninghalkan Edwin setelah mengacak-acak rambut suaminya, lalu dengan segera merebahkan dirinya dengan menahan kesal.

Edwin yang menyadari perasaan Bila akhirnya dengan berat hati meninggalkan pekerjaannya ia tidak ingin karena pekerjaan kecil, ia harus menanggung kemarahan istrinya, Edwin segera menyusul Bila yang sudah pura-pura tertidur.

"Sayang kamu sudah tidur ya?" Edwin pura-pura bertanya karena merasa bersalah, tapi Bila tak kunjung menjawab ia lalu menggodanya "kamu tuh beneran marah ya, aku tau kamu belum tidur, kamu cuma pura-pura tidur, bangun apa aku bangunin?" bisik Edwin ditelinga Bila.

Mendengar rayuan Edwin Bila tetap pada posisinya, ia sengaja pura-pura menggeliat keras agar Edwin menjauhinya, tapi usahanya sia-sia, Edwin yang melihat posisi tidur terlentang dan hanya menggunakan linggerin justru mengambil inisiatif menindihnya.

"Masih ngambek, bilang aja kamu menginginkan aku, jujur sayang" goda Edwin sambil mencium bibir Bila".

"Kakak....apaan berat tau, jawab Bila sembari mendorong Edwin.

Edwin menjatuhkan diri disamping Bila lalu memeluknya "Ga usah jual mahal kamu".

"Ga ada yang jual mahal, yang ada aku lagi ga mood deket kakak" jawab jutek Bila sambil melepaskan pelukan Edwin.

"Serius emang kamu ga kangen sama aku, kita kan udah dua hari ga ketemu" Edwin memang baru pulang dari kantor pusat untuk melaporkan kemajuan usahanya dengan dewan direksi, agar mereka tetap mau bekerja sama.

"Habis kakak, salah kaka sendiri aku cerita dicuekin, siapa yang ga kesal". Bila memprotes.

"Ya...maaf sayang, maaf ya aku udah ninggalin kamu sendiri, makasih juga kamu sudah menjaga papa dengan baik, kamu tau ga papa bilang apa sama aku".

"Apa?" Bila bertanya antusias.

"Papa bilang kalau papa tuh sayang...banget sama menantu perempuannya yang crewet dan ga akan pernah rela kalau aku sampai bikin kamu kesel apa lagi sedih, makanya aku ga mau kamu marah sama aku, ntar aku dihajar papa lho".

"Oh.....jadi itu alesannya".

"Siapa Bilang".

"Terus".

"Aku ga tahan aja kalau aku diambekin kamu, nanti.....".

" Apa...." Bila memotong ucapan Edwin sambil melotot.

Ih....gemes gemes gemes......autor sama Bila dan Edwin.

Mkin penasaran ga sih sama cerita mereka, ada rintangan apa lagi, dan siapa aja sih orang yang akan datang dalam kehidupan rumah tangga mereka.

Simak terus cerita ini ya beloved reader, salam sayang.

Makasih atas dukungannya selama ini, salam sayang dari autor, and jangan lupa kasih bintang untuk bap ini.

Bubu_Zaza11creators' thoughts
Next chapter