webnovel

Great War Records 21 - Kebosanan ikan, kenangan yang menyakitkan I

Dunia tidak tercipta untuk mengabulkan harapan semua orang, hanya mereka yang bergerak maju dan berusaha dapat mencapai apa yang mereka inginkan. Tetapi saat mendapatkan sesuatu, itu juga berarti harus siap untuk kehilangan sesuatu juga. Hukum sebab akibat selalu mengikat semua orang, entah yang baru lahir atau pun yang telah mati.

Ini merupakan sebuah kisah tentang penyesalan dari apa yang dipilihnya. Sesal yang ada terpendam dalam benak, tak pernah diucapkan di masa depan oleh perempuan berambut biru laut itu. Penyesalan seekor Putri Duyung yang rela membuang sirip ekornya demi meraih mimpi, sebuah harapan untuk pergi ke daratan dan melihat dunia luas yang masih belum ia temui.

Kisah ketidaktahuan seorang duyung bersuara indah tentang dunia luar yang kejam. Ia menentukannya sendiri, memilihnya sendiri, dan tersakiti sendiri. Membuang statusnya sebagai Penguasa, menelantarkan tempatnya dan semua yang ia miliki demi satu impian yang didambakan.

Sebuah kisah pertemuan dengan sang Penyihir Cahaya dan Ahli Pedang yang kelak menjadi orang paling dihormatinya. Sebuah rekaman tersembunyi tentang masa lalu sang Roh Agung dari Laut Utara, Vil Qordelia.

Kisah tersebut berlatar beberapa tahun sebelum Odo Luke, anak dengan Unsur Hitam lahir di dunia. Sebuah tahap sebelum roda takdir dunia mulai bergerak cepat, dan perlahan mulai melaju dan terus maju tanpa bisa terhentikan oleh siapa pun.

Tidak ada yang tahu kejadian itu berarti atau tidak bagi dunia, tetapi paling tidak apa yang terjadi padanya sangat membekas pada hati Roh Agung bermata keemasan tersebut. Siren dengan suara merdu yang tak akan pernah bernyanyi dengan ceria lagi, ia akan selalu berkabung sampai cahaya kembali menghampirinya.

««»»

| Dunia Astral, Laut Utara |

Suara ombak menabrak batu karang terdengar, membawa rasa damai bagi semua makhluk hidup yang tinggal pada salah satu tempat sakral di Dunia Astral tersebut. Seperti hari-hari biasanya, Laut Utara Dunia Astral damai dan tanpa masalah. Para roh dari Tingkat Rendah sampai Roh Agung menikmati kedamaian yang ada di tempat tersebut, penuh ceria bermain satu sama lain.

Roh Tingkat Menengah seperti sekawanan Cherub Seals – makhluk seperti anjing laut besar yang berguling-guling di garis pantai, berkumpul bersama dengan kawanannya. Tidak jauh dari mereka, terlihat The Sea Swine – seekor Babi Laut yang memiliki bentuk tubuh babi besar bersisik, kaki sirip besar seperti naga, dan banyak mata di sekujur tubuhnya. Ada banyak lagi Roh Tingkat Menengah yang tinggal di Laut Utara seperti Badak Laut yang memiliki 12 sirip kaki, dan beberapa Harpi yang terbang di langit.

Selain para Roh Tingkat Menengah seperti mereka, ada juga Roh Tingkat Atas seperti Kraken yang mengapung di tengah laut dan terlihat seperti pulau. Dari pada disebut Roh Tingkat Atas, Kraken lebih mirip seperti monster karena bentuknya seperti gurita raksasa yang memiliki tentakel-tentakel besar dan mulut bergigi runcing.

Selain Kraken, terlihat juga Scylla, seorang Roh setengah monster jenis Chimera di sekitar daerah karang pada garis pantai. Tubuh Scylla adalah wanita cantik berambut hitam lurus yang mengenakan gaun robek. Tetapi pada bagian pinggan ke bawah, ia memiliki enam leher panjang yang terdapat kepala anjing mengerikan dengan gigi tajam dan bisa menyemburkan api. Ia berjalan menggunakan tentakel yang tumbuh di antara kepala anjing pada pinggang, dan berenang dengan cepat menggunakan itu juga.

Meski semua makhluk yang ada di daerah Laut Utara cenderung terlihat seperti monster, mereka semua dengan akrab bercengkeraman tanpa memedulikan jenis dan bentuk tubuh yang ada. Para Roh tidak memangsa satu sama lain seperti binatang, mereka hanya mengonsumsi Mana yang tersebar luas di udara Dunia Astral.

Di atas batu karang, di dalam laut, dan di permukaan air, semua makhluk Laut Utara menikmati kedamaian yang ada di tempat tersebut. Mereka semua bahagia menikmati kehidupan damai yang ada, seakan dunia memang telah tercipta indah seperti apa yang mereka dapat.

Meskipun beberapa belas tahun lalu menurut laju waktu Dunia Astral pernah terjadi bencana karena amukan Naga Hitam, tetapi itu sama sekali tidak membawa rasa takut atau trauma pada mereka yang tinggal di Laut Utara. "Itu bukan urusan kami, itu masalah mereka yang tinggal di Lembah Api," itulah kebanyakan cara pikir makhluk yang tinggal di Laut Utara. Entah terjadi kekacauan apa yang melanda Dunia Astral, atau Dunia Nyata sedang berperang sampai mau punah penduduknya, asal tidak terusik, mereka tidak akan campur tangan.

Mereka semua adalah para Makhluk yang dimabuk oleh kedamaian, lalai akan ancaman yang mungkin akan terjadi dan tidak memedulikan musibah yang ada di sekitar tempat mereka.

"Manusia memang sudah biasa berperang, entah mereka bertarung melawan sesama manusia atau iblis itu sama saja. Semua apa yang dilakukan manusia di dunianya tidak ada hubungannya dengan penghuni Dunia Astral, terutama Laut Utara."

Pemikiran seperti itulah yang ada dalam kepala mereka, dan juga Roh Agung yang menjadi pemimpin dari semua makhluk di Laut Utara tersebut juga merasakan hal yang serupa. Jika dilihat dari sudut lain, itu sangat logis mengingat semua ketamakan, kekejaman dan kebejatan manusia yang selalu membuat kerusakan di Dunia Nyata.

Walaupun, bagaimanapun, meskipun seburuk apapun pendapat mereka tentang ras manusia, itu tidak mengubah sifat pasif para makhluk di Dunia Astral. Terutama di daerah Laut Utara yang merupakan tempat paling damai di dunia para Roh tersebut. Sifat apatis adalah salah satu ciri para Roh, mereka hanya peduli dengan sesama dan pemimpin mereka yang berada di puncak hierarki lingkungan.

Pada siang hari yang cerah, para Roh berkumpul bersama menikmati kedamaian yang ada. Roh Tingkat Rendah beratribut air melayang-layang di udara, mengitari Roh yang tingkatnya lebih tinggi seakan memiliki rasa loyal yang kuat.

"Putri Vil, kenapa anda terlihat sedih?" tanya Kraken. Roh Tingkat Atas berbentuk gurita raksasa itu menepi ke pinggiran. Saking besarnya ukuran makhluk itu, ia sampai terlihat seperti sebuah pulau yang mengapung menepi.

Tidak jauh dari Roh Tingkat Atas berbentuk gurita dengan tentakel penghisap itu berada, terlihat sosok Penguasa daerah Laut Utara. Duduk di atas batu karang seraya mengayunkan sirip duyungnya, sang Putri Siren tersebut berjemur di bawah paparan sinar matahari putih.

Vil adalah seorang Siren, salah satu jenis dari Ras Duyung dengan tubuh bagian atas berbentuk manusia yang menyerupai gadis cantik berambut biru dengan warna mata keemasan menyala, dan memiliki telinga yang berbentuk seperti sirip ikan. Sedangkan pada tubuh bagian bawah, Vil memiliki bagian tubuh duyung dengan warna sisik kuning keemasan. Wujudnya sangat cantik, pakaian dari serat Deep Weed seperti gaun pendek berjumbai seakan dibuat memang untuk menonjolkan lekuk polos memikatnya.

Putri yang diagungkan di Laut Utara itu duduk sambil menyangga kepalanya dengan kedua tangan dan memperlihatkan ekspresi wajah murung. Keningnya mengerut, wajahnya cemberut, dan sirip dikibas-kibaskan di atas permukaan air.

"Hmm, gak apa-apa kok, Kraken. Hanya ... saja diriku rasanya ... seperti ini terus sangat membosankan sekali. Huh, andai saja aku bisa pergi ke daratan, mungkin akan menyenangkan .... Asalkan aku punya kaki, mungkin aku bisa berjalan di atas tanah. Paling tidak aku ingin main ke tempat Uni Reyah ...."

Vil meletakkan kedua telapak tangannya ke atas batu karang, dan tambah cepat menggoyangkan ujung siripnya yang masih berada di dalam air.

"Ih ih, Putri kecil kita memang banyak maunya ya, padahal di sini kita bisa mendapat kedamaian yang tidak bisa didapat di tempat lain. Kenapa kamu malah ingin pergi ke dunia luar yang kejam, wahai Tuan Putri kami?" tanya Scylla yang mengapung tidak jauh dari tempat Vil berada.

Scylla berbeda dengan Roh Tingkat Atas pada umumnya, Ia adalah mantan manusia dan seorang setengah monster sebelum menjadi Roh Tingkat Atas di Laut Utara. Wanita itu memiliki tubuh campurkan manusia dan hewan. Bagian atas tubuhnya adalah seorang wanita cantik yang memiliki rambut hitam pekat dan tubuh yang sangat indah dengan kulitnya yang cerah dan halus.

Tetapi keindahan yang ada padanya itu sama sekali tidak membuatnya bangga. Hal itu dikarenakan berbeda dari bagian atasnya yang indah, bagian bawah tubuhnya adalah murni seekor monster mengerikan dengan bentuk anjing besar berkepala banyak yang napasnya saja mengeluarkan api. Bukan itu saja yang membuat dirinya mengerikan, Scylla juga memiliki banyak kaki tentakel yang letaknya tidak beraturan sehingga tidak bisa menyangga tubuhnya dengan baik.

Dari mereka ketiga Roh yang memiliki kecerdasan tinggi dan memiliki kepribadian tersebut, bisa dikatakan bahwa Vil lah yang paling sempurna dan indah di antara mereka bertiga. Monster, Setengah Monster, dan seorang Putri Duyung cantik dengan suara indah. Sudah jelas dan tidak perlu dibandingkan lagi bahwa Vil memang Roh Agung paling sempurna selaut utara.

"Apa kamu memang benar-benar ingin pergi ke daratan, Vil?" tanya Scylla memastikan kabar yang tidak lama dirinya dengar dari para Roh Tingkat Rendah.

"Ya, aku ingin pergi ke sana, aku sudah bosan di tempat seperti ini! Aku ... ingin melihat berbagai macam hal baru di luar sana!" ucap Vil dengan sangat semangat. Duyung itu melihat ke arah Gurita raksasa, lalu bertanya dengan nada ringan dan senyuman indah, "Kraken juga ingin, iya, 'kan?" Saat melihat Kreken, Putri Duyung itu harus sedikit mengangkat kepalanya karena ukuran Roh berbentuk gurita raksasa itu sangat besar.

"Ya, aku juga ingin ..., tapi kurasa itu mustahil. Walaupun diriku pergi, pasti tidak ada tempat untuk diriku di daratan sana," ucap Kraken. Memang, melihat ukurannya yang bahkan hampir menyamai sebuah pulau kecil, itu pasti akan membuat mereka yang ada di darat panik jika gurita raksasa itu pergi ke daratan. Terlebih lagi, hampir semua makhluk yang tinggal di Laut Utara memang tidak bisa bertahan lama di daratan.

"He~ Benar juga sih ...," ucap Vil seraya tersenyum kecil.

"Hem, memangnya kau ingin ke mana setelah pergi ke daratan? Apa kamu mau pergi ke Hutan Suci dan berkunjung ke sesepuh Dryad di sana?" tanya Scylla.

"Tidak, mana mungkin aku naik ke daratan hanya karena ingin mengunjungi Dryad yang sikapnya aneh itu, yang Aku inginkan itu melewati Gerbang Dunia Astral dan pergi ke dunia manusia," ucap Vil dengan percaya diri. Wajahnya berseri-seri, mengangkat kedua tangannya yang mengepal ke depan dengan dada penuh semangat.

Mendengar perkataannya, kedua Roh Tingkat Atas tersebut sangat terkejut, dan dalam hati mereka tidak setuju dengan perkataan tersebut. Perginya Roh Agung penguasa sebuah tempat di Dunia Astral sama saja dengan berakhirnya tatanan lingkungan habitat para Roh yang tinggal di tempat tersebut, dengan kata lain Laut Utara kemungkinan besar akan kehilangan keseimbangan dimensi kalau Vil pergi dari tempat tersebut.

"Aku menyarankanmu untuk tidak pergi ke sana .... Di dunia para manusia tidak ada hal yang baik, kamu pasti akan mendapatkan banyak masalah dan hanya akan tersakiti saja," kata Kraken.

"Ya, benar apa yang disampaikan Kraken. Manusia itu makhluk yang paling mengerikan. Meskipun mereka memanggil makhluk seperti kita monster, tetapi kenyataannya merekalah monster sesungguhnya .... Mereka lebih buruk dari hewan dan lebih rendah dari iblis," ucap Scylla.

Untuk sesaat Roh Tingkat Atas berbentuk mengerikan itu mengingat kembali kenangannya ribuan tahun yang lalu, saat Perang Dewa dan Iblis masih berlangsung, daratan masih berguncang dan kekacauan ada di mana-mana. Sebagai salah satu makhluk yang hidup sejak masa tidak jauh setelah Awal Kiamat, Scylla sangat paham siapa yang pantas dipanggil monster di antara semua makhluk yang ada.

Scylla, ia dulunya adalah seorang manusia yang cantik, bermartabat, dan dihormati banyak orang pada masa penghujung Perang Kuno. Tetapi, semua itu berakhir saat dirinya berubah menjadi monster mengerikan yang dibenci dan diusir dari dunianya sendiri. Yang mengakibatkan tubuhnya menjadi setengah monster, dan tubuh bagian bawahnya menjadi bentuk yang sangat mengerikan adalah karena ulah manusia.

Mereka menginginkan kekuatan lebih untuk melawan para Iblis, dan akhirnya mereka membuat sebuah "Eksperimen" yang membuat murka para dewa sehingga dikirimnya sebuah ombak besar oleh sang dewa laut untuk menghancurkan peradaban sebuah negeri yang melakukan percobaan tersebut. Eksperimen itu pernah disebut dengan sebutan Chimera Plan, dimana para manusia mencoba untuk membuat makhluk dengan gen yang lebih unggul dari semua Ras.

Bahkan melebihi para dewa....

Dan hasilnya adalah ....

Kegagalan besar ....

Salah satu hasil kegagalan percobaan tersebut adalah Scylla. Ras manusia dengan setengah gen dan jiwanya telah diubah dengan dimasukkan gen Cerberus, sang Anjing Iblis penjaga gerbang dimensi Iblis. Saat bencana besar terjadi dan banjir bandang menenggelamkan berbagai macam peradaban terjadi, ia berhasil selamat dan berakhir di Laut Utara Dunia Astral.

Itulah salah satu hal yang menyebabkan jarak antara Dewa dan Manusia menjadi longgar sejak berakhirnya masa Perang Dewa dan Iblis. Meski ras manusia sudah membantu banyak para Dewa, tidak semua penghuni langit menyukai manusia. Percobaan tabu mendatangkan murka langit, bencana itu membuat para Dewa memutuskan kontak pada para pengikutnya dan menelantarkan beberapa suku dan ras di dunia nyata.

Pada akhirnya, dunia nyata tanpa bimbingan langit jatuh ke dalam masa kacau dimana peperangan menjadi hal wajar. Memang ada beberapa Dewa yang masih peduli dengan para makhluk mortal, tetapi itu pun hanya sekadar memberikan keajaiban kecil atau sebuah pengetahuan pada beberapa orang saja.

"Asal engkau tahu, bagi dirimu yang memiliki tubuh ikan, tidak mungkin pergi ke daratan. Tempat ikan itu di air .... Dan juga, kalau Putri Vil mau pergi ke dunia para manusia, itu sama saja harus menjadi pengikut salah satu manusia di sana. Itu sudah menjadi pengetahuan umum di Dunia Astral," ucap Scylla. Tatapannya terlihat sedikit sendu, dalam benak ia benar-benar ingin Vil mengurungkan niatnya.

"Kalo soal kontrak, aku belum punya ide .... Tetapi! Soal kaki untuk berjalan di daratan, aku sudah mempersiapkan segalanya!" ucap Vil dengan nada percaya diri. Ia mengacungkan jari telunjuk ke depan, memasang wajah sombong dan membusungkan dada.

"Em-hemm ..., memangnya kamu mempersiapkan apa?" tanya Kraken dengan nada seperti paman-paman yang sedang menggoda.

"Hmmm, memangnya apa yang kamu siapkan? Bagaimana caranya engkau pergi ke daratan? Bahkan kau tidak punya kaki ...." Scylla mendengus, para anjing yang ada di pinggangnya menggonggong seperti menertawakan. Ia sama meledeknya seperti Kraken.

"Hem, hem, hem." Vil menggoyang-goyangkan jari telunjuknya ke kanan dan kiri, lalu berkata dengan nada percaya diri, "Jangan meremehkan diriku! Sudah kubilang, aku sudah mempersiapkan segalanya."

Gadis yang berbicara dengan penuh percaya diri itu menunjuk ke arah Scylla, lalu memberi senyum seindah bunga yang baru saja mekar. Melihat wajah penuh kebahagiaan itu, mereka berdua sedikit bingung dan heran bagaimana caranya seorang putri duyung bisa pergi ke daratan dan tinggal di sana. Itu terdengar sangat tidak mungkin untuk dilakukan.

"Tunggu aku, yah. Aku segera mengambilnya," ucap Vil. Putri Duyung berambut biru itu meloncat ke dalam laut dan menyelam. Melihat hal tersebut, Kraken dan Scylla hanya bisa saling menatap dalam kebingungan.

Beberapa menit kemudian, Vil kembali muncul ke atas permukaan sambil membawa sebuah tongkat berwarna keemasan dengan ujung sebuah bola kristal warna biru muda.

"Jeng! Jeng! Alat sihir ... Tongkat Veränderung!!" ucap Vil sambil mengangkat tongkat bercorak keemasan itu ke atas dan memamerkannya pada kedua Roh Tingkat Atas yang ada.

"Vera—apa tadi?" tanya Kraken yang terkejut karena tiba-tiba Vil muncul dari air dan berkata aneh.

"Tongkat Veränderung! Tongkat sihir yang bisa mengubah segala struktur di dunia, bahkan sampai tingkat jiwa pun bisa diubah." Vil menggenggam erat tongkat berwarna keemasan itu, lalu mengusapkan batang tongkat itu pada pipinya sendiri dengan wajah bahagia.

"O-Ohh," kata Kraken dengan nada sedikit canggung saat melihat Putri Duyung itu tenggelam dalam euforia.

"Tongkat untuk mengubah struktur? Rasanya aku pernah mendengar fungsi seperti itu," ucap Scylla sambil berusaha sedikit mengorek ingatan.

"Yup, alat sihir yang bisa mengubah segala struktur di dunia ini! Dengan ini aku akan menulis ulang keberadaanku, dan membuatku bisa tinggal di dunia manusia, hebat bukan?"

Mendengar perkataan tersebut, Kraken dan Scylla terlihat khawatir akan konsekuensi yang didapat dari penggunaan sihir seperti itu. Mengubah struktur keberadaan, itu sama saja dengan meninggalkan kodrat sebagai makhluk hidup yang telah dimiliki sejak lahir. Itu sangatlah tabu dan mirip dengan eksperimen manusia ribuan tahun lalu untuk mencapai dimensi yang lebih tinggi.

"Selagi kalian di sini, apa kalian mau menemaniku saat menggunakan sihir dengan tongkat ini? Jujur aku sedikit takut," ucap Vil.

"Kalau ragu, jangan lakukan!" ucap Scylla.

"Seperti biasanya, Tuan Putri kita masih seorang penakut," ucap Kraken

Walaupun rasa ragu serta khawatir dengan konsekuensi dari penggunaan sihir yang bisa mengubah struktur jiwa itu, pada akhirnya rasa penasaran untuk melihat hasil yang ada lebih dominan pada diri dua Roh Tingkat Atas tersebut.

"Baiklah, diriku akan menemani .... Rasanya khawatir membiarkan Putri sendirian melakukan hal berbahaya," ucap Kraken.

"Hmm, aku juga," ucap Scylla.

Mendapat jawaban setuju, gadis berambut biru laut tersebut tersenyum manis lalu berenang berputar di atas air laut dengan bahagia. "Kalau begitu, sudah diputuskan! Aku akan kembali ke tempat ini nanti malam, jadi datang ke sini lagi yah! Jangan lupa!" ucap Vil sambil menyelam ke dalam laut.

Sebagai sahabat, mereka berdua sangat khawatir dengan tingkah Vil yang memang masih terlalu polos. Putri Duyung itu sama sekali tidak tahu bahwa dunia luar tidak seindah dan sebaik yang dibayangkannya. Dia tidak tahu seberapa kejam dunia luar yang dimpikan itu.

Next chapter