webnovel

Nia dan Ranata 4

Langsung saja kuremas - remas kedua buah payudaranya dengan kedua tanganku sambil memberikan cubitan - cubitan kecil pada puting susunya yang sudah menonjol dengan keras di puncak buah dadanya dengan jari - jariku. Seketika tubuh Nia kembali bergetar hebat dan dia pun langsung membuka mulutnya lebar – lebar dan mengeluarkan erangan penuh kenikmatan sambil menutup kedua pelupuk matanya.

Langsung saja kuserbu mulutnya yang lebar menganga dan kumasukkan lidah ku ke dalamnya untuk beradu dengan lidahnya yang terjulur keluar. Dapat kulihat dengan jelas muka Nia yang semakin memerah dengan alis matanya yang bergetar menahan nikmat dan mulut yang terus menganga menampilkan permainan lidah kami yang membuatku semakin bernafsu mempermainkannya.

Ku usap seluruh permukaan lidahnya yang menjulur keluar dengan ujung lidahku lalu kujepit lidahnya dengan kedua bibirku dan kuhisap kencang – kencang hingga lidah Nia terasa kering. Kunikmati air liur Nia yang terasa manis seolah baru saja mengulum permen dan kuminum habis semuanya hingga rongga mulutnya yang semula hangat dan basah mengering dan kehilangan kelembapannya.

Kali ini kumajukan bibirku untuk menekan bibirnya dan kuaduk – aduk lidah Nia dengan lidahku. Lidah kami yang saling beradu menghantam dan kembali membasahi setiap daerah di dalam rongga mulutnya. Kulihat gerakan menelan di leher Nia yang seksi dan langsung saja kupindahkan cumbuanku ke lehernya. Kuciumi lehernya ke atas dan ke bawah mengikuti jalur kerongkonannya dan dapat kurasakan gerakan – gerakan halus di lehernya saat dia bernafas dan menelan air liurnya yang meluap – luap membanjiri mulutnya. Setiap kali dia mencoba menelan air liurnya, langsung saja kucium tonjolan kecil yang muncul di lehernya dan terus kucipok – cipok lehernya sambil bergerak ke bawah mengikuti arah gerakan menelan di lehernya yang terus menurun hingga sampai di lekukan tengah atas dadanya, di daerah cekungan collar bone Nia yang begitu seksi dan menggoda, terlihat kontras dengan kedua payudaranya yang berukuran besar menonjol di dadanya. Lansung kucium dan kuhisap kuat – kuat daerah cekungan itu sambil mencengkram kuat kedua buah dadanya dan tubuh Nia sontak langsung menggelinjang naik keatas mendorong dada nya semakin ke atas dan memamerkan payudaranya yang melumer dalam cengkeramanku.

Nafas Nia seolah terputus dan karena aku khawatir dia tersedak, aku menghentikan ciumanku dan kuperhatikan seluruh tubuh Nia yang langsung roboh kembali di atas ranjang. Nafas Nia segera kembali dan dengan ngos - ngosan dia perlahan membuka kedua kelopak matanya dan menatapku dalam – dalam. Aku balas memandang matanya lalu pandangan ku perlahan turun ke bawah menyusuri setiap bagian tubuhnya yang masih berkedut – kedut dalam kenikmatan. Lehernya yang seksi dan payudaranya yang ranum masih terjebak dalam genggamanku. Kupindahkan tanganku dari payudaranya dan kulihat perutnya yang naik turun mengikuti gerakan nafasnya yang cepat dan pendek lalu ku belai – belai perutnya dengan tangan kananku sementara pahanya yang mengangkang dan selangkangannya yang basah kuyup pertanda dia baru saja mengalami klimaks ku usap – usap dengan tangan kiriku.

"Belum kutancap kok sudah muncrat lagi?", goda ku sambil tersenyum nakal.

Nia yang masih ngos – ngosan mengambil nafas menjawab dengan terbata – bata, "Habis.... Rasanya enak banget sih... Ranata... cepet masukin.... aku udah gak sabar lagi nih...."

Dengan penuh semangat ku belai kedua pahanya yang sudah mengangkang dengan kedua tanganku yang bergerak bersamaan dari selangkangannya sampai tiba di bawah lututnya dan kutahan posisi mengangkang Nia dengan mantap dalam genggaman kedua tanganku yang berada di bawah lututnya, sebiah posisi yang semakin melebarkan pahanya dan memamerkan pemandangan lembah selangkangannya yang telah basah kebanjiran.

Kubawa penisku ke hadapan vaginanya dan kupaskan posisinya tepat di depan mulut vaginanya lalu dengan satu hentakan kuat ku tembus lubang kenikmatannya dan kubawa kejantananku yang telah membesar melesak masuk ke dalam vaginanya hingga membentur pintu rahimnya.

"AAAAAHHHHHH~!!!!""

Tubuh Nia langsung mengalami kontraksi hebat dan dadanya yang besar semakin membusung ke atas sementara kepalanya tertolak ke belakang mengeluarkan sebuah lengkingan panjang yang menggema di kamarnya.

Klimaks yang kembali dialaminya membuat vaginanya menjadi semakin licin dilumasi oleh cairan kelamin yang membanjiri seluruh lubang kenikmatannya dan sebagian cairan cinta Nia muncrat keluar membasahi selangkangan kami yang telah saling beradu.

Perlahan kukeluarkan penisku hingga hanya ujung kepalanya saja yang tertahan dalam jepitan kuat kedua bibir vaginanya. Lalu kudorong kembali melesak masuk ke dalam hingga membentur pintu rahimnya dalam 1 sentakan. Kunikmati setiap gerakan, kedutan, dan getaran di sepanjang jepitan dinding vaginanya yang hangat dan basah. Pijatan – pijatan otot - otot vaginanya yang ketat dan kencang berusaha memerah susu putih kental dari penisku dalam jepitannya hingga membawaku semakin dekat dengan puncak kenikmatanku sendiri. Langsung saja kupacu penisku keluar masuk vaginanya dengan cepat dan suara becek yang dihasilkan oleh selangkangan kami yang saling beradu pun menggema di seluruh ruangan diiringi dengan erangan Nia yg penuh dengan kenikmatan.

*Piak piak piak*

"Aaaarrrrggggghhhh~!!!! Aaaahhh! Aaaahhhhh~!"

Tubuh Nia yang meronta – ronta secara refleks mengelinjang hebat di atas kasur. Dapat kurasakan kenikmatan hebat yang dialaminya dari kontraksi dinding vaginanya yang semakin kuat mencengkram penisku di dalam nya seolah ingin melahap dan menelan seluruh kejantananku. Kedua tangan Nia mengejang ke atas kepalanya dan meremas kuat – kuat ujung kasur yang berada dalam genggamannya. Ekspresi wajah Nia yang dibuat mabuk oleh kenikmatan yang dirasakannya membuat nafsuku semakin berkobar dan kupacu penisku semakin kencang keluar masuk lubang vaginanya. Cairan kelamin yang semakin deras keluar dari dalam vaginanya dan membasahi selangkangan kami hingga mengalir turun membasahi kasur dan pahaku menjadi testimoni betapa dahsyat dan nikmatnya orgasme berulang – ulang yang dialami oleh Nia di sepanjang persetubuhan kami.

Tangan ku yang tak bisa diam berpindah dari paha ke dadanya dan kuremas -remas kedua payudaranya yang bergerak naik turun seiring dengan kontraksi dan kembang kempis dadanya dari nafas nafsu yang memburu. Racauan Nia semakin kuat dan kedutan – kedutan otot vaginanya semakin bersemangat memerah penisku dengan rangsangan ganda yang kuberikan di bagian atas dan bawah tubuhnya.

Kubawa tubuhku perlahan turun dan kutindih tubuh Nia yang terbaring mengangkang di atas kasur. Tanganku bergerak ke atas membelai dada, leher, dan pipinya hingga akhirnya tangan kananku berakhir membelai rambut di belakang kepalanya dan tangan kiriku menyelip melalui celah di antara kasur dan pinggangnya yang terangkat ke atas dan menyangga tubuhnya yang terus menerus menggelinjang dan meronta tanpa henti dalam posisi yang mantap.

Kucengkram kepala Nia dan kusatukan bibirku dengan bibirnya. Nia yang sudah tak berdaya terbuai dalam kenikmatan menerima setiap permainan lidahku di dalam mulutnya dengan penuh kepasrahan.

"Mhhhhm.... hmhh... Ehmmm.... Mmmhhh...."

Kuhisap dan kuminum air liurnya yang manis yang tak pernah berhenti keluar membanjiri mulutnya. Tangan kiriku yang berada di pinggangnya bergerak semakin turun ke bawah dan kuremas pantat kanannya kuat – kuat.

"Aaaaahhhhh haaa~! Ehmmm.... hem mmh mmmhhh~!"

Jeritan kenikmatan yang lolos dari bibirnya tak berlangsung lama sebelum bibirnya kembali kusekap dengan ciumanku dan Nia hanya bisa mengeluarkan erangan – erangan dan desahan panas yang terbakar nafsu.

Kegerakkan selangkanganku dan kupacu penisku semakin cepat keluar masuk ke dalam vaginanya. Aku sudah hampir tak kuasa menahan klimaks yang akan segera meledak sebentar lagi. Penisku telah menjadi begitu besar dan panas dan telah mengisi seluruh ruang dalam vaginanya sambil terus mengetuk – ngetuk pintu rahimnya. Pijatan – piijatan kuat dan kencang dari otot - otot vaginanya yang liat membuat diriku semakin tak kuasa menahan kenikmatan yang Nia berikan.

Akhirnya dengan sebuah hentakan kencang kubenturkan penisku dalam – dalam memasuki liang vaginanya hingga membentur pintu rahim Nia yang telah terbuka lebar bersiap – siap untuk menerima susu putih kental yang dengan segera muncrat keluar ditembakkan oleh penisku dan langsung menembus bibir rahim Nia. Madu putihku langsung meledak masuk ke dalam mulut rahim Nia yang tak sanggup menampung semua cairan panas tersebut hingga sebagian melubar keluar bersamaan dengan cairan kelamin Nia yang muncrat keluar dengan derasnya.

Kucengkeram kepala dan pantat Nia kuat – kuat dan kubawa tubuh Nia yang panas dan bergetar dengan hebatnya semakin erat ke dalam pelukanku. Kedua tangan Nia yang entah sejak kapan telah berada di leher dan punggungku juga ikut memelukku dengan eratnya sehingga tubuh kami berdua semakin menempel satu sama lain. Kuberikan sebuah ciuman yang sangat dalam ke bibir Nia dan menyegel teriakan kami berdua yang tak sabar ingin meledak keluar mengisi seluruh ruangan dengan gema kenikmatan yang kami berdua rasakan secara bersamaan.

Nafas dan tubuh kami menyatu dalam klimaks yang kami berdua rasakan, membimbing jiwa kami menyublim menjadi satu dalam kenikmatan yang tiada taranya. Tubuh kami berdua yang masih saling berpelukan di atas ranjang terasa tak ingin lepas dari yang lain.

Nia adalah diriku dan aku adalah dirinya.

Tubuh kami yang panas dan saling bergetar seolah beresonansi membentuk harmoni jiwa dalam ikatan batin kami yang terasa semakin kuat dalam jeratan kenikmatan yang membungkus kami berdua....

Next chapter