webnovel

Perayaan Musim Dingin - Bagian 2

Editor: AL_Squad

Dalam kereta kuda, Katie melihat cermin untuk memastikan bahwa dia siap. Tangannya meraih kalung di lehernya untuk memastikan bahwa kalung itu terikat dengan aman. Mata coklatnya menatap dengan gelisah saat dia membasahi bibirnya dengan lidahnya saat kereta bergerak menuju jembatan. Air sungai di kedua sisi jembatan, berubah menjadi warna biru gelap oleh karena matahari mulai terbenam.

Ketika dia sampai di istana, matahari telah terbenam dan acara perayaan telah dimulai dengan musik yang mengalun di udara. Kereta kuda berhenti dan pengendara turun untuk membuka pintu kereta.

Ketika Katie turun dari kereta kuda berwarna cokelat dia merasakan potongan deja-vu ketika dia melihat ke arah istana.

Dia melangkah masuk, kakinya berjalan dengan sendirinya.

Istana dihiasi dengan lampu-lampu yang berwarna putih dan bunga-bunga. Beberapa dari tamu telah membuat diri mereka nyaman dengan minum anggur yang diletakan di meja sembari mereka bercakap-cakap satu dengan yang lain.

Pria mengenakan jas dan wanita mengenakan gaun yang indah, gaun yang menonjol dengan perhiasan-perhiasan dapat terlihat dengan jelas oleh karena pantulan cahaya lampu. Makanan dan minuman disajikan oleh para pelayan dari waktu ke waktu untuk memenuhi kebutuhan para tamu.

Ketika dia mencari temannya, Annabelle di ruangan yang besar, punggungnya bertabrakan dengan sisi seorang wanita dan dengan cepat dia minta maaf,

"Maafkan aku," dan dia berjalan menjauh. Anna terlambat pikirnya.

"Permisi nona," seorang penjaga datang kepadanya beberapa saat kemudian, "Jika anda tidak keberatan dapatkan anda menunjukan undangan anda?" Dia bertanya. Awalnya dia mengerutkan keningnya, kemudian tersenyum.

"Tentu saja, ini," Dia mengambil kartu undangannya dan memberikannya pada penjaga.

Orang sering berprasangka buruk terhadap orang miskin. Karena dia tidak menggunakan perhiasan yang mencolok atau karena dia tidak bergabung dengan orang-orang berkelas bukan berarti dia masuk ke dalam tanpa undangan. Setelah mengecek undangan penjaga itu menundukan kepalanya dengan sopan dan meninggalkannya mencari orang lain di dalam ruangan.

"Katie!" Suara Annabelle terdengar dan dia masuk bersama dengan suaminya, "Maafkan aku terlambat," Temannya meminta maaf sambil memeluknya.

"Tidak apa. Hallo Donovan."

"Hallo, Katherine. Bagaimana kabarmu?" Donovan bertanya dengan suaranya yang berat.

"Aku baik-baik saja. Aku berharap temanku tidak membuat masalah," perkataan Katie membuat pasangan di depannya tertawa.

"Tentu saja. Dia seperti kunang-kunang dalam hidupku," Donovan tertawa sambil melihat ke arah istrinya yang menggenggam tangannya. Seorang pria mengenakan kacamata bundar berjalan ke arah mereka saat mereka berbincang-bincang. "Katherine, ini sepupuku Tobias."

"Senang bertemu dengan anda, nona," pria muda yang bernama Tobias menyapanya, "Annabelle telah banyak menceritakan tentang dirimu."

"Saya senang mendengarnya," Katie menjawab dengan sopan.

Saat acara dimulai, lebih banyak orang datang berkumpul di aula utama untuk merayakan perayaan musim dingin. Matanya mencari ke seluruh ruangan tetapi dia tidak menemukan orang yang ingin dilihatnya. Dia bertanya-tanya apakah Raja Valeria tidak akan datang malam ini, memikirkan hal itu membuat sedih.

Tobias adalah seorang yang kurang bersahabat dan sangat serius. Katie tahu bahwa dia datang ke acara perayaan hanya untuk bicara dengan seorang pria tentang pertanian yang belum dialokasikan di kota ini. Mereka sekarang berdansa diiringi oleh suara piano yang diletakan di tengah ruangan.

"Sudah berapa lama kau menjadi seorang vampir?" Katie mencoba membuka percakapan dan dia sangat buruk dengan itu.

"Satu setengah dekade (10 1/2 tahun), walaupun aku tidak menghitungnya. Lagi pula, umur hanyalah angka. Bukankah begitu?" Jawaban Tobias membuat Katie mengangguk.

"Benar," dia bergumam sebelum melanjutkan, " Bagi seorang vampir, itu hanyalah waktu yang tidak terbatas, tetapi bagi manusia, butuh untuk mengatur dan merencanakan waktu agar dapat mencapai impian."

"Saya setuju. Akhirnya Tuan Carlington sudah tiba," Komentar Tobias ketika melihat seorang pria yang kelihatannya berumur 50an tahun dengan perutnya yang besar dan berkumis, "Nona Katie, Aku minta maaf karena aku harus pergi."

"Tidak apa, Anna telah mengatakannya sebelumnya. Saya rasa kau harus menemui Tuan Carlington sebelum dia menghilang," dia melihat pria itu sekarang berjalan ke luar istana. Tobia menunduk dengan cepat dan pergi untuk mengejar si pria tua.

Katie menghembuskan napasnya saat melihat ke arah pintu di mana Tobias pergi. Temannya Annabelle sedang sibuk dengan suaminya, mengobrol dengan tamu yang lain dan dia tidak ingin mengganggu mereka. Ketika dia berjalan menuju ke belakang ruangan dia melihat seekor kucing hitam dan kucing itu langsung melarikan diri.

Taman begitu indah dengan pepohonan dan semak-semak yang indah dengan buah-buahan dan bunga-bunga.

Waktu berlalu ketika dia menyadari ada bayangan yang mengikutinya dengan cepat dia memutar tubuhnya untuk menendang ke arah perut orang yang mengikutinya.

"Ow wajahku!" Pria itu mengerang dan memegangi wajahnya yang tersembunyi di bawah penutup wajah. Mendapatkan kesempatan dia mulai berlari, "Tangkap dia Hulio!" teriak pria itu ketika dia melihat sasarannya berlari.

Seorang pria yang lain tiba-tiba muncul entah dari mana dan Katie mengambil sebuah kayu yang tergeletak di tanah. Ketika dia mengayunkannya, pria itu menangkap kayu itu dan menariknya dari tangannya.

"Kau kelihatannya cantik. Aku yakin kau akan memberikan kami uang dengan wajahmu itu," perkataannya membuat Katie menutup matanya ketakutan.

Dalam beberapa detik, dia merasakan rambutnya terurai dan terdengar suara benda jatuh. Membuka matanya secara perlahan dia melihat tubuh pria yang menyerangnya di tanah tak bernyawa. Darah mengalir dari lehernya, membasahi rerumputan.

Kemudian dia melihat seseorang yang telah ditunggunya sepanjang malam itu. Alasan mengapa dia di sana. Raja Valeria berdiri di depannya dan dia tiba-tiba merasa tidak bisa bernapas.

Dua penjaga datang dan membawa mayat pria tersebut.

"Apa mereka melukaimu?" Dia bertanya sementara Katie terlihat grogi.

Matanya yang berwarna merah darah dan rambutnya hitam sehitam langit malam. Dia lebih tinggi dari yang dibayangkannya. isu yang dikatakan orang-orang adalah benar. Dia adalah setan, setan yang dapat mencuri napas siapa saja. Dia adalah potongan jiwa yang hilang. Dia terpesona dengan kehadirannya.

Katie melihat sebuah senyuman di bibirnya dan menyadari bahwa dia sedang menanyakan sesuatu.

"Ah-tidak. Aku baik-baik saja," Dia menjawab dan merasakan pipinya memerah dan salju mulai turun dari langit.

Alexander tidak mengharapkan untuk bertemu dengannya di perayaan musim dingin.

Selama bertahun-tahun dia telah menjauhkan Katie dari istana, memastikannya agar bisa hidup di dunia manusia. Dan walaupun dia tidak menuliskan surat ataupun bertemu dengannya, dia tahu bahwa dia aman melalui laporan yang diberikan Elliot.

Dia telah bertumbuh menjadi seorang wanita yang cantik. Matanya yang coklat terbuka lebar saat menatapnya dan mulutnya yang sedikit terbuka. Dia tidak melupakan keluguan dan cahaya di matanya yang ditujukan hanya untuk dirinya, dan dia tersenyum.

Next chapter