Saat dia melihat balasan Zhang Xiotong, Liu Zilang terdiam.
'Terobsesi dengan adik perempuanku?'
Yang dia inginkan hanya memperbaiki hubungan mereka. Mengapa dianggap menjadi terobsesi dengan adik perempuannya?
Tepat saat Liu Zilang ingin menjelaskan, Zhang Xiaotong mengirimkan beberapa pesan tambahan seolah-olah kotak suaranya tiba-tiba terbuka.
"Haha. Paman, kau benar-benar terobsesi dengan adikmu." Ada stiker dengan gambar wajah tersenyum yang ditutup tangan disertakan pada pesannya.
"Aku sangat iri dengan adikmu."
"Kau pasti sangat peduli padanya. Betapa indahnya jika kakakku bisa sepertimu juga." Dia menambahkan stiker wajah menangis di pesannya.
Melihat pesan itu, Liu Zilang kaget.
Dia menggaruk kepalanya dan bergumam sendiri. Lalu dia mengetik, "Kakakmu mungkin juga sangat peduli tentangmu, tapi mungkin kau tidak menyadarinya. Mungkin dia juga mencoba membuat hubungan kalian lebih akrab."
Tepat setelah Liu Zilang mengirimkan pesan itu, muncul sebuah balasan cepat dari Zhang Xiaotong, "Hmph! Tentu tidak! Dia sama sekali tidak peduli padaku!"
"Lalu, menurutmu, apa yang dia perlu lakukan agar dianggap peduli padamu?" Liu Zilang mencoba bertanya.
"Hmm…" Zhang Xiaotong terdiam sejenak, tampaknya sedang berpikir.
Setelah beberapa saat, pesan muncul secara beruntun darinya.
"Tidak selalu mengurung diri di kamarnya, sekali-sekali menonton televisi bersamaku, mengerti hobiku, membawaku jalan-jalan di hari libur, menyiapkan sarapan di pagi hari dan menyuapiku…"
'Dan juga, di malam hari, sebelum tidur mengucapkan selamat malam padaku. Jika aku tidak bisa tidur, dia perlu membuatku terlelap, akan sangat baik jika itu dapat ia lakukan…"
Melihat pesan-pesan dari Zhang Xiaotong, Liu Zilang tercengang...
Sudut matanya berkedut.
'Sialan!'
'Bagaimana hal seperti itu bisa dianggap perilaku seorang kakak?'
'Bahkan seorang pacar tidak dapat melakukan sebaik itu bukan?'
Liu Zilang merasa bahwa semua yang Zhang Xiaotong katakan tadi adalah sebuah cerita dari buku komik.
'Anak ini pasti telah membaca banyak sekali buku komik. Di mana kau bisa mendapatkan kakak seperti ini di kehidupan nyata?'
'Selamat Pagi?'
'Selamat Malam?'
'Bukankah akan menjadi aneh jika mengatakan hal seperti itu setiap hari sebagai keluarga?'
Walaupun demikian, beberapa poin masih dapat diterima. Contohnya, mengajak jalan-jalan selama liburan, memahami hobinya, dan sebagainya...
Teringat hal itu, Liu Zilang menyela Zhang Xiaotong yang masih berkhayal dengan membalas, "Itu… Aku rasa apa pun yang kau katakan sangat masuk akal, tapi hal seperti itu perlu dilakukan secara bertahap. Kau perlu memberikan kakakmu kesempatan."
Zhang Xiaotong terdiam beberapa saat lalu dia melihat pesan dari Liu Zilang. Dia lalu membalas, "Ya, tapi kakakku masih tidak akan peduli kepadaku."
Sepertinya anak ini merasa kesal.
Ketika Liu Zliang membacanya, dia tersenyum nakal.
Mungkin bukan itu masalahnya!
Sampai saat ini, dia merasa apa yang dilontarkan Zhang Xiaotong masih tidak terlalu sulit untuk dilakukan. Setidaknya, dapat diingat. Dia akan mati jika Zhang Xiaotong curiga ada sesuatu yang tidak beres.
Oleh sebab itu, Liu Zilang mengetik dengan cepat untuk berkata, "Baiklah, aku masih tetap menyarankan untuk memberinya kesempatan. Aku juga mau makan malam sekarang. Ayo menangkan pertandingan lagi jika ada kesempatan di lain waktu."
Sepertinya, Zhang Xiaotong masih tenggelam dalam kesedihannya. Dia hanya membalas "Ya" setelah membaca pesan yang dikirim Liu Zilang dan itu adalah pesan terakhir penutup percakapan mereka.
...
Waktu berlalu, sinar matahari tenggelam yang dapat terlihat dari sudut jendela ruang tengah menghilang.
Langit perlahan menjadi gelap.
Liu Zilang menyalakan lampu dan merebahkan tubuhnya di sofa ruang tengah sembari menonton televisi.
"Kreek!"
Pintu kamar Zhang Xiaotong terbuka.
Mengenakan piyama berbentuk koala, dia memegang piring makannya. Dia melihat Liu Zilang yang sedang menonton televisi di sofa dan menatap kosong dirinya, lantas menudukan kepalanya. Dia berlalu ke arah dapur.
Ketika Liu Zilang mendengar suara-suara di belakangnya, dia menoleh dan melihat Zhang Xiaotong. Lalu, dengan cepat dia bangun dan berdiri di depannya. "Tinggalkan saja di sini, aku akan membantumu mencucinya nanti."
Mendengar ucapan Liu Zilang, Zhang Xiaotong menengadah bingung dan melihat ke arah Liu Zilang. Namun, dia tetap meninggalkan sisa makanannya di dapur dan berbalik untuk kembali ke kamarnya.
Liu Zilang tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia tersenyum dan berkata, "Xiao Tong, kenapa kita tidak menonton televisi bersama dan mengobrol sebentar?"
Namun, saat Zhang Xiaotong mendengar apa yang Liu Zilang katakan, tubuhnya mundur satu langkah.
Senyuman di wajah Liu Zilang membeku.
'Bukankah ini yang kau mau?'
Lalu, ia menyadari sesuatu.
Benar.
Sebelumnya, keduanya hampir tidak pernah bicara satu sama lain. Sekarang, dia tiba-tiba mengajaknya menonton televisi bersama, pasti akan terasa sedikit aneh baginya.
Memikirkannya, wajah Liu Zilang sekali lagi menyunggingkan senyum saat berkata, "Kalau begitu mari mengobrol. Oh iya, kau suka MAG bukan, sebenarnya aku juga suka MAG."
Mendengar hal tersebut, Zhang Xiaotong mencibir. Dia melirik ke arahnya sembari menengadahkan kepalanya. Jelas sekali dia tidak percaya apa yang dikatakan Liu Zilang.
Liu Zilang memperhatikan itu dan segera menambahkan, "Sungguh. Koleksi MAG-mu semua komik terbaru bukan? Sewaktu masih muda aku suka menontonnya, seperti The Powerpuff Girls dan Shuke & Berta…"
Sementara Liu Zilang berbicara, sudut matanya menyadari bahwa Zhang Xiaotong sepertinya bosan. Dia seketika berhenti berbicara tentang "kenangan"-nya.
Sekali lagi, Zhang Xiaotong mengangkat kepalanya dan melihat ke arahnya dengan tatapan kosong sebelum mencibir.
Kali ini dia benar-benar akan kembali ke kamarnya.
Di saat yang sama, Liu Zilang juga menyadari bahwa apa yang dia katakan sedikit keluar dari topik obrolan, dan dia melihat bahwa Zhang Xiaotong akan pergi menjauh.
Dengan panik, dia teringat sesuatu, dan berucap, "Pernahkah kau menonton 'Dalam Kesendirian, Di mana Kita Paling Tidak Merasa Sendiri'?"
Mendengarnya, Zhang Xiaotong merasa mengenali judul itu.
Dia seketika berhenti melangkah dan berbalik. Dia menatap Liu Zilang dengan mata besarnya yang penuh keraguan dan perasaan cemas.
Ketika Liu Zilang melihat itu, dia merasa sedikit senang, merasa bahwa dia akhirnya berhasil menarik perhatiannya.
Dia tidak mengira bahwa sesaat selanjutnya, wajah Zhang Xiaotong akan berubah memerah. Menatap marah dan malu pada Liu Zilang, dia berseru, "Mesum!"
Setelah mengatakan itu, dia bergegas kembali ke kamarnya sambil mengenakan sandalnya dan menutup pintunya.
...
'Mesum?'
'Bagaimana bisa aku menjadi mesum sekarang?'
Liu Zilang menatap punggung Zhang Xiaotong penuh kebingungan. Dia merasa tak tahu harus bagaimana.
Membahas topik ini, dia hanya tahu sedikit tentang komik. Selain dari menonton beberapa film kartun ketika dia masih muda, pada dasarnya dia tidak tahu apa-apa.
Dan tentang "Dalam Kesendirian, Di mana Kita Paling Tidak Merasa Sendiri" yang Liu Zilang sebutkan tadi, dia sebenarnya tidak pernah menontonnya sebelumnya. Dia tahu judul itu karena dahulu, Liu Muqiu seringkali menonton film kartun yang mirip dengannya.
Tiga tahun yang lalu, ketika dia pertama kali bergabung dengan Se7en, secara tidak sengaja dia melihat Li Muqiu diam-diam menatap komputernya pada satu malam.
Ketika didekati, Li Muqiu seketika mematikan layar komputernya.
Liu Zilang bertanya padanya apa yang sedang dia tonton tetapi Li Muqiu tidak berkata apa pun selain itu hanyalah sebuah kartun. Dengan bersemangat, dia mengenalkan film itu kepada Liu Zilang.
Dia menyebutkan komik yang ia tonton berjudul 'Dalam Kesendirian, Di mana Kita Paling Tidak Merasa Sendiri'. Sebuah cerita pendek tentang cinta dalam keluarga dan dinamika pada ceritanya akan membuat pria-pria terdiam dan wanita-wanita menangis...
Terakhir kali ketika Li Muqiu mengenalkan cerita ini pada Liu Zilang, terdengar cukup menarik baginya, dan karenanya, hal itu terlintas dipikirannya sekarang. Dia menyebutkannya secara spontan.
Namun, ketika dia memikirkan respon Zhang Xiaotong dan bersemangatnya Li Muqiu setiap mengenalkan cerita ini, dia merasa ada yang salah!
Liu Zilang segera mengeluarkan ponselnya dan mencari kontak Li Muqiu.
"Apa sebenarnya cerita komik yang kau kenalkan padaku dahulu?"
Segera setelah telepon terhubung, Liu Zilang langsung bertanya.
Li Muqiu merasa kebingungan. Dia lalu bertanya, "Komik apa?"
"Yang biasanya kau tonton malam hari dahulu, cerita tentang kasih sayang keluarga," Liu Zilang mengingatkannya dengan nada tak sabar.
"Hmm... Apa yang terjadi?" Li Muqiu bertanya dengan hati-hati.
"Aku telah merekomendasikan seseorang untuk menontonnya," jawab Liu Zilang.
"Siapa?" Tanya Li Muqiu.
"Adik perempuanku," sahut Liu Zilang.
"..." Li Muqiu terdiam.
Sesaat selanjutnya, nada sibuk terdengar dari panggilan tersebut.
"Halo? Halo?" Liu Zilang melihat ponselnya, panggilan tersebut telah dimatikan.
Dia mengerutkan dahinya mencoba menghubungi kembali.
"Maaf, nomor yang Anda tuju sedang sibuk…"
Suara renyah seorang wanita terdengar di telepon.
...