9 Tragedi Susu Basi

Test beasiswa tahap pertama sudah dilewati Zie dengan lancar, dia rasa sudah menjawab semua soal dengan teliti dan benar, dan sekarang dia berjalan keluar ruangan test, saat dia menoleh ke arah murid-murid yang masih mengerjakan test, mata Zie bertemu dengan Marco, Marco tersenyum, senyumnya benar-benar disukai oleh Zie.

"Semangat," ucap Zie pada Marco dengan pelan.

Marco mengangguk, tahu apa yang Zie bilang karena dia membaca gerak bibir Zie, lalu Marco kembali berkutat dengan soal testnya, dia harus masuk demi Zie, dia harus satu kampus dengan Zie.

Zie duduk menunggu Quinn, namun tiba-tiba seseorang duduk juga di sebelahnya, ternyata orang itu Quinn, yang ditunggunya.

"Lah? Quinn, lo udah selesai?" tanya Zie, dia kaget.

Quinn mengangguk dengan tersenyum, "gue gak akan ngabisin waktu gue sama soal yang gak pernah bisa gue jawab, Zie," Quinn menunjuk atas kepalanya, "lo gak lihat kepala gue? berasap," kemudian tangan Quinn beralih ke seragamnya, "dan ini baju paling gue benci sedunia, lo gak bisa melangkah 30cm lebih pake rok ini."

Zie tertawa, memperlihatkan deretan giginya, sekolahnya memang menggunakan baju bebas, namun mereka memakai seragam di setiap hari penting seperti ini, dan Quinn terlihat sekali risih dengan itu, "jadi lo jawab apa Quinn?"

"Pilgan baris pertama gue jawab C terus baris ke dua B ke tiga D ke empat A dan ke lima E, terus esaynya—"

"Quin!?" seru Zie, "yang bener?"

Quinn mengangguk, "iya, gue kan udah bilang gak bakalan bisa jawab."

"Lo mana bisa lolos tahap akhir kalo gitu caranya," Zie heran menatap Quinn yang benar-benar santai dengan semua ini.

"Pasti," jawab Quinn, "bodo amatlah."

Zie berdiri lalu menarik tangan Quinn, "ayo ikut gue."

"Kemana Zie?"

Zie tersenyum, "daftar Juilliard!"

- 13 Days to Love Me -

"Jadi lo jawab apa habis Nikki bilang gitu?" tanya Marco saat mereka sedang makan ber lima di kantin, Zie, Marco, Quinn, Zach dan Seavey.

Zie mengernyit, "yang Nikki bilang dia buang buku gue?"

"Bukan, Zie," geleng Marco, "yang—"

"Yang Nikki bilang nyuruh jauhin Marco, elah Zie," Zach memotong kalimat Marco karena dia sudah tahu maksud Marco.

"Zie mah gitu, otak encer tapi gak peka," timpal Seavey.

Quinn yang menyimak hanya tertawa dengan makanan yang penuh di dalam mulutnya.

Zie nyengir, "oooh," Zie baru mengerti, "ya enggaklah, gue gak mau dia ngatur-ngatur hidup gue terus."

"Bagus, lo kelewat idiot kalo ngikutin dia," Quinn membuka mulutnya.

Zach menatap Quinn, dia terlihat berfikir, "Quinn?" panggilnya.

"Hm?" jawabnya tanpa menoleh Zach, Quinn malah asyik makan.

"Perasaan gue tadi lihat lo di stan Juilliard?"

Quinn mengangguk, "iya, Zie yang nyuruh gue daftar, padahal gue cuma bisa main gitar gitu-gitu doang, sok deh masuk beasiswa Juilliard."

Zie menatap Quinn dengan cengiran, "lo harus coba Quinn."

"Iya," Seavey membuka ponselnya menunjukkan video Quinn yang sedang bermain gitar di acara tahun pertama sekolah, "keren kan?"

Melihat itu, Marco jadi teringat Zie, dia tahu benar Zie dulu senang menari, bahkan Zie juga menguasai Ballet. Bisa dikatakan Zie mempunyai bakat penari kontemporer.

"Zie, bukannya lo dulu suka nari?"

Zie yang tadinya sedang menonton video Quinn yang bermain gitar, berpaling menatap Marco, begitu juga yang lainnya.

"Iya," jawab Zie, dia diam sebentar, raut wajahnya terlihat sedih, "tapi gue berhenti nari saat mama gue..."

Zie tidak melanjutkan kata-katanya, Zach menyikut Marco, tidak setuju karena Marco menanyakan hal yang salah.

Marco yang mengerti, dengan cepat meminta maaf, "sorry Zie."

"Gapapa Marco," Zie tersenyum, "gue emang suka nari, tapi gue sudah berhenti," Zie berpaling, dan membuka botol air minum yang dia bawa dari rumahnya, namun saat Zie ingin meminumnya, Quinn menahannya.

Terlihat sekali kalau Quinn tersedak, dia terbatuk-batuk, "min—ta minum!" serunya.

Dan dengan cepat Zie memberinya minum, Quinn terlihat minum dengan banyak karena dia kewalahan, namun sebelum susu itu masuk sepenuhnya, Quinn menyemburkan susu itu, tanpa sengaja semua semburannya mendarat di wajah Zach.

Zach kaget dan ingin mengumpat, "what—"

"WHAT THE HECK?!" teriak Quinn dengan keras, memotong umpatan Zach, Quinn menatap Zie yang tadi memegang pundaknya, "Zie, ini dari mana?" tunjuknya pada botol minum Zie yang sudah kosong hampir setengah.

Zie menatap botol itu bingung, "ini gue bawa dari rumah—"

"Ini susu basi Zie!" ucap Quinn lagi, "lo yakin masukin susu yang bener?"

"Tentu gue yakin, tadi pagi sebelum gue masukin juga gue minum susu itu kok," jelas Zie.

Dan Quinn mengerti sekarang, "ada yang nuker botol minum lo," ucap Quinn.

Quinn berdiri dengan kesal.

Zie yang masih bingung memanggilnya, "Quinn!"

Namun Quinn tidak menghiraukannya, Marco memberikan sapu tagannya pada Zach, dan beralih melihat Quinn yang berjalan menuju meja Nikki, Shaylen dan Lisa.

Saat sudah sampai di depan Nikki, Quinn langsung menyemprot susu basi itu tepat di depan wajah Nikki, sontak kedua Shaylen dan Lisa menjauh dari Nikki.

Marco, Zie dan yang lain berdiri dari kursi mereka dan menghampiri Quinn.

Nikki yang wajah dan rambutnya sudah basah kuyup langsung berdiri membentak Quinn, "lo kenapa sih orang aneh!?"

"Lo gak usah kaya gak tahu deh," sahut Quinn, "lo yang nuker botol minum Zie sama susu basi kan?! ngaku lo!"

Nikki yang kesal mendorong tubuh Quinn, "terus kenapa?! masalah lo apa sama gue!"

Quinn melotot, "yang minumnya gue kambingggg!" orang-orang yang asyik menonton tertawa, "eh, Jing, lo emang gak kira-kira ya kalo jahat sama orang, apasih salah Zie sama lo?"

Zach yang kesal ikut-ikutan menambahi, "padahal Zie saudara tiri lo sendiri, emang gak punya hati lo," timpal Zach dengan songongnya.

Marco dan Zie saling tatap, kemudian Zie ingin berjalan kesana untuk menghentikan keributan, namun Marco menahan tangannya, "gapapa Zie, biarin mereka tahu yang sebenernya."

Tentu perkataan Zach membuat semua orang terkejut, bahkan Shaylen dan Lisa.

"Hantam terooos," Seavey memanas-manasi Quinn.

Marco memukul lengan Seavey, "eh udah deh jangan jadi kompor."

"Hehe, habisnya seru," bela Seavey dengan cengiran.

"Denger ya, sekali lagi lo ngelakuin hal beginian, jangan pikir gue takut sama lo, kita udah muak sama kelakuan lo," ucap Quinn, lalu Quinn berjalan meninggalkan Nikki dan Zie mengekor di belakang Quinn bersama yang lain.

- 13 Days to Love Me -

Mobil Marco berhenti di depan rumah Zie, seperti biasa, Marco turun duluan dan membukakan pintu untuk Zie.

"Makasih ya Marco," ucap Zie tersenyum.

Marco mengelus puncak kepala Zie, "sama-sama, nanti malem gue telfon ya, ajarin gue lagi malem ini."

Zie mengangguk, "siap," jawabnya.

Marco masuk ke dalam mobilnya dan melambai kepada Zie, lalu menancap gas dan pergi dari sana.

Zie melangkah dengan malas masuk ke rumahnya, Nikki pasti sudah merencanakan sesuatu karena kejadian di sekolah tadi, Zie menarik nafasnya dengan berat, melangkah ke dalam kamarnya.

Saat dia membuka pintu kamarnya, Zie kaget melihat barang-barangnya berhamburan dan lemari pakaiannya berantakan sekali. Zie menoleh, melihat Nikki memasukkan baju-baju Zie ke dalam koper.

"Nikki, ini kenapa?" tanya Zie dengan mendekat ke arah Nikki.

PLAK!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiri Zie, Nikki menatapnya dengan pandangan penuh benci, "gara-gara lo sekarang anak-anak di sekolah ngetawain gue!" bentak Nikki.

"Tapi—"

"Tapi apa?!"

Seketika jantung Zie berdegup kencang mendengar suara barusan, dia menoleh ke arah pintu, mama tirinya tengah berdiri dengan tangan yang terlipat di bawah dadanya.

"Dari kemarin dia nangis," mama tirinya berjalan ke arah mereka dengan menunjuk Nikki, "kamu sudah berani ngebully anak saya?"

Zie menggeleng, "saya gak bully Nikki, Ma—"

"Ma?!" bentak Raquelle—mama tirinya—Raquelle menatap Zie dengan kesal, "saya bukan mama kamu."

"Maaf, nyonya," Zie menunduk.

Raquelle mengangguk, "bagus," ucapnya dengan nada ramah yang dibuat-buat, Raquelle mendongakkan wajah Zie agar menatapnya, "sekarang beresin baju kamu dan pergi dari sini."

Mendengar kalimat Raquelle, Zie kaget setengah mati, air mata yang ditahannya turun begitu saja.

"Kamu punya waktu satu jam!"

- 13 Days to Love Me -

avataravatar
Next chapter