10 Surat Dari Mama

Zie berjalan keluar kamarnya dengan menggeret kopernya, dia membawa semua baju dan buku-bukunya. Zie berjalan dengan pelan ke ruang kumpul keluarga, melihat Raquelle dan Nikki sedang asyik menonton tv bersama dengan makan camilan.

Seperti mengetahui langkah kaki Zie, Raquelle menoleh ke belakang, menatap Zie dengan bertanya, "kenapa?" tanyanya dengan suara berat nan seram seperti biasa.

"Saya mau ambil barang lama mama saya," jawab Zie cepat.

Raquelle mengangguk, "ambil saja di basement, ambil semua yang kamu mau," ucap Raquelle dengan memasukkan anggur ke dalam mulutnya, "oh ya," panggil dia kepada Zie lagi.

Zie yang tadinya sudah berjalan untuk ke basement menoleh.

"Jangan coba-coba kabur dari pertunangan kamu, ayah kamu akan kecewa berat sama kamu," kata Raquelle yang menatap Zie, "dia akan pulang enam hari lagi."

Zie hanya mengangguk kemudian meneruskan jalannya ke basement. Dia turun menginjak tangga-tangga itu kemudian menghidupkan lampunya, Zie melihat sekeliling kemudian matanya menangkap sebuah dus besar bertuliskan 'Moira Parkinson' nama mamanya. Zie dengan cepat menyambar kotak itu dan mengeluarkan semua isinya. Zie melihat tiga binkai foto dan satu album, tanpa pikir panjang dia memasukkan semuanya ke dalam tasnya. Rasanya Zie ingin mengamuk karena mamanya bahkan belum sampai dua tahun meninggal, mereka sudah menghapus segala jejak tentang mamanya di dalam rumah ini, hanya foto keluarga besar di ruang makan yang tidak Raquelle singkirkan karena papanya ingin tetap begitu, namun di sebelahnya di pajang juga foto keluarga yang baru, Raquelle, Nikki, Zie, dan papanya. Zie sendiri bahkan tidak pernah memandang foto itu.

Saat sudah memeriksa dengan puas, Zie hendak pergi dari sana kalau saja kardus itu tidak jatuh dan mengeluarkan kotak kecil di dalamnya, kotak yang sangat kecil dan terkunci, seperti brangkas yang kecil. Zie memungutnya dan mencoba membukanya, dia memasukkan tanggal lahir mamanya namun salah, begitu juga tanggal lahir papanya dan tanggal lahirnya. Zie hampir kehilangan akal, lalu dia memasukkan tanggal lahir mamanya, dirinya dan papanya, seketika kotak itu terbuka lebar.

Di dalam kotak itu ada sebuah kertas kecil yang terlipat-lipat, Zie duduk dan membuka lalu membacanya.

Catatan ku,

Sudah terhitung sejak dua minggu aku dan suamiku menginap di Paris karena alasan pekerjaan dan Raquelle, sahabat karib ku menginap di rumah ini, malam itu dia datang ke depan gerbang rumah kami dengan menangis, dia bilang anaknya, Nikki telah diculik oleh anak buah mantan suaminya Jimeno Reyes, tentu aku sebagai sahabatnya akan membantu, bahkan aku membujuk suamiku juga untuk membantu Raquelle. Awalnya semua normal, aku berbicang dan tertawa bersama Raquelle, namun sejak beberapa hari yang lalu aku jatuh sakit, seperti semua organ tubuhku tidak berfungsi lagi, barusan saja Raquelle memaksaku untuk makan masakan buatannya, karena aku mengetahui perbuatannya, aku pernah menolaknya namun dia bilang aku harus sembuh dan dia selalu membantuku juga untuk minum obat pemberian dokter, dia benar-benar seperti sahabat yang baik, sampai sekarang, saat aku menulis ini, aku tahu perbuatan jahat Raquelle, dia telah meracuniku selama seminggu lebih, dari makanan yang dibuatkannya dan obat yang sudah dia tukar dengan ekstrak Digoxin, aku mengetahuinya saat aku tidak sengaja mendengar pembicaraannya bersama seseorang, Raquelle bilang dia akan menyingkirkan ku dan Nikki yang hilang hanyalah alibinya semata. Aku tahu racun Digoxin melemahkan jantung dengan cepat, dan aku tidak tahu lagi berapa lama aku bisa bertahan, mungkin mereka mengira dengan pasti aku mengalami serangan jantung, namun aku harap surat ini ditemukan, kebenaran tentang kematian ku diketahui semua orang, dan aku harap anak tersayangku yang menemukannya, Zie.

Mama mencintaimu Zie, kamu harus selalu kuat, papamu juga mencintaimu, hanya kamu yang bisa menyadarkannya, jangan berheti menari, menarilah seperti tidak ada yang melihat, karena saat kamu menari, mama ada disana, melihat mu dengan tersenyum dan bertepuk tangan paling keras. mama meninggalkan sesuatu, mama pikir itu akan berguna untuk kamu, tekan bagian bawah kotak ini.

Air mata Zie mengalir deras saat dia selesai membaca itu, Zie terisak dengan keras sembari menutupi mulutnya, badannya ambruk ke belakang menabrak dinding basement, rasanya Zie benar-benar putus asa, tidak dia sangka Raquelle sejahat itu, sahabat yang tega membunuh demi harta.

Zie menekan tombol di bawah kotak itu, dan tampaklah bagian rahasia dari kotak itu, disana terdapat sebuah kartu ATM milik mamanya. Tangis Zie tambah pecah, bahkan saat mamanya tidak ada, mamanya masih bisa membantunya.

"Makasih ma, Zie janji akan membongkar semuanya," kata Zie dengan air mata yang masih berlinang dan kertas catatan yang dipeluknya.

- 13 Days to Love Me -

Kenzie—kakak Marco—sedang menbayar belanjaan di mini market dekat pom bensin, "cukup?" tanya Kenzie.

"Kurang €10, nona," kata tukang kasir itu.

"Aduh, saya gak ada €10 euro," Kenzie mengacak-acak dompetnya, "nih," Kenzie memberinya €50.

Tukang kasir itu mengangguk dan memberinya kembalian, di saat yang bersamaan, Zie juga membayar snack miliknya.

"Zie," sapa Kenzie saat melihat Zie yang sedang membayar makanan.

Zie kaget, "eh kak Ken," dia tersenyum.

Kanzie tentu sangat heran dengan Zie, wajah yang sembab nan kacau dan—Kenzie melihat koper balik badan Zie, ZIE BAWA KOPER?! pikir Mackenzie kaget.

"ZIE MAU KEMANA?!" tanyanya histeris.

Zie yang barusan menerima belanjaannya tersenyum, tidak tahu harus bicara apa, "eh ini—"

"Kamu di usir?!" tanya Kenzie lagi, Kenzie buru-buru mengajaknya keluar.

Saat sudah di luar, Kenzie mengajaknya masuk ke dalam mobilnya, "kamu kenapa?"

"Iya, aku diusir kak dari rumah, tapi gapapa kok aku lagi nyari penginapan—"

"Gak!" potong Kenzie dengan cepat, "ini udah malem Zie, kamu nginep tempat aku aja malem ini."

Zie menggelengkan kepalanya, "tapi kak aku gak enak ngerepotin kak Ken."

"Gapapa, pokoknya malem ini kamu nginep di rumah aku," kata Kenzie sembari menjalankan mobilnya.

- 13 Days to Love Me -

Marco sedaritadi sibuk dengan ponselnya, menghubungi Zie namun gadis itu tidak menjawab dari tadi, dan ini sudah kali ke dua puluhnya Marco menelpon.

"Nelponin siapa sih?"

Marco menoleh, mendapati mamanya—Kayla menyender di depan pintu.

"Zie ma," jawab Marco.

"Kenzie? dia kan lagi perg—"

"Bukan maaaah," Marco menatap mamanya frustasi.

Kayla mendekat, "terus siapa dong? kenapa kamu kelihatan murung begitu?"

"Ini Zie, Ziegler McCartney," jelas Marco, "mama lupa?"

Kayla terlihat berfikir, "anak Moira?"

Marco mengangguk, "iya mah, tetangga kita dulu."

"Ooh," Kayla mengerti sekarang, "dia pacar kamu? bukannya dia dijodohin sama anaknya Arthur Richard?"

"Iya memang," suara Marco melambat, "tapi aku suka sama Zie."

Kayla tersenyum dan menepuk pundak Marco, berbarengan dengan itu, suara bel rumahnya berbunyi.

Kayla keluar kamar Marco dan berjalan menuruni tangga ke bawah, "Kenzie, kok malem bang—eh? Zie?" Kayla kaget melihat Zie yang membuntut di belakang Kenzie dengan koper besarnya.

Zie tersenyum dan menundukkan kepalanya, "halo tante, maaf mengganggu," ucapnya.

"Mah, Zie diusir dari rumahnya, jadi malem ini aku nawarin dia buat nginep disini dulu, gapapa kan?" tanya Kenzie dengan cepat.

"Oh tentu gapapa sayang," jawab Kayla dengan ramah seperti biasa, "ayo naik, bersihin badan kamu, ngomong-ngomong, Marco barusan aja nelpon kamu," suara Kayla melambat dengan tersenyum, "tante panggilin ya?"

Mata Zie melebar, dia baru ingat Marco adalah adik Kenzie, dengan cepat dia menjawab, "eh gaus—"

"MARCO!" panggil Kayla langsung, dalam sekali teriakan Kayla, Marco langsung muncul dari dalam kamarnya.

Marco kaget melihat gadis idamannya ada di dalam rumahnya dan berdiri tepat di tengah-tengah mama dan kakaknya.

"Nih, tadi katanya di cariin," Kayla tersenyum jahil.

Marco dengan cepat turun ke tangga dan menghampiri Zie, "Zie kenapa?" tanyanya, melihat Zie membawa koper besar.

"Udah nanti aja ceritanya di meja makan ya, Zie," pinta Kayla.

Zie mengangguk dengan tersenyum menatap Marco di depannya, tidak menyangka akan bertemu dengannya malam ini.

Zie sungguh bersyukur.

- 13DTLM -

avataravatar
Next chapter