4 Muffin The Dog

"Jadi. Kasih tau ke kita sekarang, sebenernya lo sama Zie ada apa?" tanya Seavey yang sedang berkutat dengan saladnya.

Marco menatap balkon kamar Zac dengan tersenyum tipis. Tidak menghiraukan pertanyaan Seavey.

Sedangkan Zac, dia asik mirror selfie.

Seavey akhirnya berhenti mengunyah dan menatap kedua temannya dengan heran, akhirnya untuk menyadarkan kedua temannya itu, dia melempar Zac dan Marco dengan anggur yang sudah setengah dikunyahnya. Menjijikan.

"Shit!" umpat Zac ketika anggur itu mengenai pipi sebelah kirinya.

Seavey nyengir tanpa dosa.

Sedangkan Marco menatap anggur itu dengan jijik. "Gigi lo tajem juga..." gumam Marco yang masih bisa didengar.

"Kemarin dilempar telor, sekarang anggur, besok dilempar apaan?" tanya Marco.

Zac bangkit dari tempatnya dan duduk di sebelah Marco. "Dilempar hati sama Zie."

Marco tersenyum lagi. Seavey kembali bertanya. "Sebenernya lo sama Zie ada apaan bego!?" dia sangat penasaran sampai kesal.

"Ya lagi clbk lah, lo kira apa?" Zac menatap Seavey dengan menaikkan alisnya.

Seavey mengangkat kedua bahunya. "Gue kira clbk juga." baru saja Zac ingin membuka kembali mulutnya, Seavey melanjutkan, "cinta lama bubarkan keluarga."

Zac menghela nafasnya dan mengalihkan pandangan dari Seavey. "Gila juga nih aroma jempol cantengan."

"Hey! You're so nasty!" Marco menyikut Zac dengan tertawa.

"He is nasty, really nasty." Seavey yang tidak terima dijuluki 'aroma jempol cantengan' ikut-ikutan.

Mereka tertawa singkat. Tetapi rasa penasaran mereka kembali. "Jadi. Cepet cerita." tekan Zac kepada Marco.

Marco menghela nafasnya. "Oke gue cerita." Seavey buru-buru bangkit dari tempat tidur Zac dan membuang bungkusan saladnya yang sudah habis lalu duduk di depan Marco dan Zac.

"Jadi gue malem acara gathering itu ketemu sama Ziegler. Waktu itu dia dikenalin sama seorang cowok, niatnya sih mau dijodohin sama mama tirinya." ucapan Marco terpotong.

"Tunggu. Zie punya mama tiri?" tanya Seavey.

Marco mengangguk. "Dan punya sudara tiri juga. Kalian tau siapa?"

Zac dan Seavey dengan serempak menggeleng.

"Nikki Lea Reyes."

Ucapan Marco barusan sukses membuat bola mata Zac dan Seavey keluar dari lubangnya. Menjijikkan.

Marco menatap mereka dengan mengernyit, lalu memukul kepala Zac dan Seavey dengan serempak menggunakan bantal. "Woi! Biasa aja kali sampe mau jatoh mata lo."

"Gak mungkin! Jadi selama ini?" Seavey sangat terkejut.

Zac histeris. "Zie itu bahan bullyan Nikki sama para minionsnya yang jelek itu! Gila demi apa gue ga nyangka. Jahat banget ya kayak di sinetron gitu."

Marco mengangguk. Awalnya dia juga sama kagetnya seperti mereka. Marco melanjutkan ceritanya.

"Terus, Zie gak mau dijodohin sama cowok itu, jadi dia lari dari ballroom dan gue ikutin-" ucapan Marco kembali terpotong.

"Dasar penguntit." ejek Seavey.

Marco tidak perduli, dia tetap melanjutkan ceritanya. "Gue ikutin dia sampe ke taman belakang. Gue duduk disamping dia, ternyata dia nangis dan-"

"Lo peluk dia!" Seavey lompat dari kursinya dengan girang.

"Sekali lagi lo motong omongan Marco, gue parut mulut lo!" ancam Zac dengan melotot kearah Seavey.

Seavey langsung diam. Zac menatap Marco menyuruh dia melanjutkan.

"Terus gue bilang sama dia, kalau dia harus kasih tau ke papa dia apa yang mama sama Nikki lakuin ke dia. Tapi dia bilang gue gatau apa-apa tentang keluarganya. Tapi gue gak peduli, entah kenapa. Gue cuma pengen dia bahagia. Sejak gue liat dia disini, gue tahu kalau dia-"

"Tertekan!" ucap Seavey lagi.

Zac berdiri dengan kesal. "Gue parut mulut lo!"

Marco tertawa dan menarik baju Zac agar duduk lagi. "Udah napa berantem mulu."

Seavey nyengir. "Tau tuh Zac, lagi pms. Udah lanjut lagi."

"Nah, dia pergi ninggalin gue. Terus gue bilang kan, sebelum dia dipaksa tunangan tiga belas hari lagi dan ikut cowok itu ke Paris, gue mau dia bahagia. Bahagia dengan bebas, gue mau liat dia senyum tampa beban. Lo ngerti kan?"

Seavey dan Zac mengangguk. "Sebelum dia nikah. Huh sakit ya Co." Zac menepuk bahu Marco.

"Iya. Lebih sakit ketimbang liat Selena ditinggal nikah ama Justin." Seavey ikut prihatin melihat Marco yang terlalu tulus ini.

Zac menatap Seavey. "Tapi Selena duluan yang mutusin Justin bego.."

"Iya, tapikan Justin yang mau duluan nikah sama Mbak Hailey Baldwin." Seavey menggendong anjing Zac yang masuk kedalam kamarnya, lalu melanjutkan, "gue ga setuju dia sama Hailey! Gue pengen Jelena!"

"Justin gak peduli lo setuju apa gak!" Zac protes dan berdiri.

Marco ikut-ikutan. "Gue setujunya Selena sama Abey The Weeknd!"

Seavey menggeleng-geleng. "Gue setuju Jelena!" mereka berteriak seperti orang gila. Tapi inilah yang membuat ketiganya bahagia.

"Gue setujunya Selena sama gue!" ucap Zac dengan melipat tangannya di dada. Sontak Marco dan Seavey mendorong Zac ke lantai.

- 13 Days to Love Me -

Sekarang sudah menunjukkan pukul 11:34 AM dan Nikki sedang mengintip pintu kamar Zie dengan mata yang sembab dan memerah karena menangis.

Nikki tidak terima dipermalukan seperti tadi, dan dia tidak terima diusir Marco seperti tadi. Dia menyukai Marco, tidak ada yang bisa mendapatkan Marco kalau dia tidak bisa, terutama Ziegler McCartney!

Akhirnya, setelah yakin Zie tertidur, Nikki masuk mengendap-endap kedalam kamarnya dengan membawa gunting rumput.

Kalian tahu apa yang akan dia lakukan? Iya. Nikki akan memotong rambut Zie, sengaja dia gunakan gunting rumput biar rambut Zie tidak rata.

Nikki mulai mengguntingnya satu persatu dengan cepat. Tidak lama kemudian, dia sudah selesai dan dia tersenyum puas. Lalu, dia keluar dari kamar Zie seraya mengatakan. "Mimpi indah, Zie."

- 13 Days to Love Me -

Day 3

Pagi-pagi sekali Zie terbangun dari tidurnya, dia merasa aneh dengan kepalanya yang menurutnya terlalu enteng. Akhirnya dia memaksakan untuk duduk walau dia masih sangat mengantuk. Ketika perlahan tersadar dan membuka matanya Zie kaget setengah mati melihat rambutnya yang tercecer di tempat tidurnya. Dia segera bangkit dan menuju kaca kamar mandinya. Menangis sejadi-jadinya setelah melihat rambutnya yang begitu pendek.

Zie dengan terpaksa menerimanya. Dia pergi kesekolah dengan menggunakan hoodie untuk menutupi rambutnya yang dia anggap jelek. Dia malu. Dia tahu, Nikki begitu teganya melakukan ini.

Saat sarapan, ternyata Papa Zie sudah berangkat pagi-pagi sekali untuk keluar negri lagi. Hati Zie bertambah sedih. Ketika dia berjalan keluar rumah, ponselnya bergetar, menandakan ada pesan yang masuk.

Zie dengan segera membacanya.

Marco : zie, gue kesiangan. Gue baru bangun. Maaf ya gabisa jemput lo.

Zie tidak membalasnya lagi. Hatinya begitu sedih, ingin sekali dia menangis tetapi air mata itu harus dia tahan. Dia harus tegar.

"Gimana? Lo suka rambut baru lo?" Zie menoleh, ternyata Nikki dengan senyum liciknya sedang tertawa puas seraya berjalan menuju mobil sportnya.

Sedangkan Zie dia hanya diam dan membukakan gerbang untuk Nikki, lalu pergi kesekolah dengan kendaraan umum.

- 13 Days to Love Me -

Marco, Zac dan Seavey sedang makan siang di kantin sekolah mereka dengan sesekali tertawa.

Tetapi dari tadi Marco mencari-cari Zie dari matanya yang tidak tenang. Dan teman-temannya tahu apa yang sedang Marco cari.

"Eh lo tahu gak? Gue tadi liat Zie jalan di koridor, buru-buru lagi sambil pegangin hoodinya terus. Kek dikejer setan." Seavey memberikan info kepada Zac dan Marco.

Zac mendengus lalu nyengir. "Iyalah, kan setannya Nikki sama minions."

Marco ikut tertawa karena lelucon receh Zac yang fakta.

"Haha. Tapi serius. Kek nyembunyiin sesuatu dan tumben juga kan dia pake hoodie ke sekolah?!" Seavey melanjutkan.

Marco mencerna semuanya. "Bener juga lo." lalu kemudian, rasa tidak tenang menjalari hatinya dan dia buru-buru bangkit dari kursinya meninggalkan Zac dan Seavey.

Mereka selalu mengerti apa yang akan dilakukan Marco. "Semoga nemu cinta sejati ya bro!" ucap Zac ketika Marco sudah agak jauh. Marco hanya menjawab dengan jempolnya.

Entah kenapa kaki dan hati Marco mengajaknya ke ruang teater. Marco dengan perlahan membuka pintu ruangan itu. Ternyata benar, ada seseorang memakai hoodie berwarna kuning sedang membaca buku di dekat jendela besar diruangan itu. Marco langsung mengenalinya.

"Zie?" panggilnya pelan.

Zie langsung menoleh dengan kaget dan berdiri. Hendak pergi dari sana. Marco dengan cepat menarik tangannya.

Sekarang mereka berhadapan. "Zie. Kenapa?"

Zie menggeleng dengan cepat sambil memegangi hoodienya. Tetapi Marco menggengam tangan Zie.

"Let me see it, Zie.." pinta Marco dengan halus.

Zie terus menggeleng. Matanya mulai berkaca-kaca dia menunduk. Marco dengan sekejap tenaganya melepaskan tangan Zie yang mencengkram hoodienya, akhirnya dia berhasil. Dan dengan perlahan membuka tutup kepala hoodienya itu.

Rasanya jantung Marco berdegup sangat kencang. Dia kaget melihat rambut Zie yang sangat pendek dan tidak rata. Dia sangat sedih melihat Zie seperti ini, dan dengan cepat Marco membawa Zie kedalam dekapannya.

Tidak tahan, Zie menangis di bahu Marco. Dia menangis menahan isaknya. Rambut baginya adalah mahkota dan almarhumah mamanya suka membelai rambut itu dengan lembut.

Semuanya sudah sirna bagi Zie.

Marco mempererat dekapannya. "You're not ugly. Even if you do, i'll still love you." bisik Marco dengan lembut di telinga Zie.

- 13 Days to Love Me -

Zie berjalan menuju lockernya dengan perasaan lega. Dan bahagia.

Bahagia karena apa yang sudah Marco biang tentunya. Walau tadi dia tidak menjawab dan hanya menangis, ucapan Marco berdampak besar baginya.

Zie barusan ingin membuka Lockernya, tetapi ada kotak yang menggantung di depan lockernya dengan tali yang terbilang cukup kuat. Zie segera menurunkan kotak itu dan penasaran karena cukup berat.

Dengan cepat dia membuka kotaknya setelah meletakkannya di lantai. Zie terkejut melihat isinya. Entah dia harus berkata apa lagi.

Anjing pompom itu seperti tersenyum menatapnya. Dan terdapat notes di dalam kotak itu.

Jaga muffin dan pulang bareng gue.

Xo. M

Zie menutup mulutnya untuk menyembunyikan senyumnya. Sejak enam tahun yang lalu, baru kali ini Zie merasa bahagia lagi. Tentu itu karena Marco.

- 13 DTLM TBC -

avataravatar
Next chapter