7 Karna Marco

"Marco," panggil Ashton saat Marco sedang mengambil makanan di dapur.

Marco menoleh dengan tangan yang memegang mac n chesee, "ya?"

"Kita gak jadi ke Yale," Ashton menatap ponselnya, "besok di sekolah kamu ada pendafraran beasiswa dari Yale, Oxford, Harvard, Cambridge, Adelaide, Heidelberg, dan Humboldt, kamu bisa daftar mulai besok," ucapnya.

Marco menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "hmmm," katanya dengan pelan.

"Apa?" tanya Ashton yang bingung.

"Kayaknya Marco gak bisa deh pa masuk beasiswa, kan papa tahu sendiri Marco gak sepinter itu," ucapnya dengan takut.

Ashton tertawa, "ah coba aja dulu, kalo gak masuk ya daftar reguler, tapi inget, YALE!" tekan Ashton, "bukan Harvard, Ox, atau Camb apalagi yang lain, kamu harus daftar Yale."

"Iya iya," Marco memutar bola matanya saat Ashton pergi dari dapur. Marco kembali membuka ponselnya dan menghubungi Zie kembali dengan mengiriminya pesan, namun setelah dipikir-pikir dia mengurungkan niatnya karena ingin memberikan surprise kepada Zie.

Dan soal universitas, Marco akan diam-diam mendaftar di Heidelberg, senyum miringnya terbit.

- 13 Days to Love Me -

Day 5

Marco sudah menunggu Zie di depan rumah gadis itu dari setengah jam yang lalu, namun saat dia melihat Zie keluar, ada mobil Audi yang menyalip di depannya, tepat berhenti di depan gerbang rumah Zie.

Leo Richard keluar dari mobil itu dan membuka kan pintu mobil untuk Zie, namun sebelum Zie masuk, Marco dengan cepat keluar dari mobilnya dan memanggil Zie.

"Zie!" panggil Marco.

Kedua Zie dan Leo mengernyit melihat Marco, "Marco? bukannya hari ini mau ke Yale?"

Marco menggeleng, "lo mau ke sekolah?"

"Enggak," jawab Zie, "kita mau ke bandara nganter lo."

"Gue gak jadi pergi," kata Marco dengan pelan, Marco heran kenapa Zie mengajak Leo, 'anjir elah malah ngajak si curut.' benaknya.

"Oh," respon Zie, "kalo gitu lo mau keselolah?"

Marco mengangguk, "iyalah, lo mau pergi sama Leo?"

Zie menatap Leo tidak enak, Leo yang mengerti tersenyum.

"Gapapa, pergi aja sama Marco, kan lo janji sama gue karena Marco pergi," kata Leo.

"Sorry ya Leo," ucapnya dengan nada tidak enak.

Leo terkekeh, "santai, bayar gue dengan afternoon coffee aja di cafeteria sekolah lo."

Zie mengangguk dengan tersenyum. Lalu berjalan menuju Marco, "yuk berangkat."

Marco membukakan pintu untuk Zie dan berjalan menuju sekolah.

"Emang lo janjian sama Leo?" tanya Marco saat di mobil.

Zie menatap Marco aneh, "iya, dia kan temen deket lo dulu, jadi gue pikir gak masalah dong ngajak dia."

"Ya emang sih Zie," Marco tersenyum kecut, 'tapi dia juga saingan gue,' benaknya lagi.

"Yaudah, terus kenapa marah?" tanya Zie dengan terkekeh pelan.

"Gue gak marah," balas Marco dengan cengiran.

Zie mengangguk dan tersenyum, "terus kenapa gak jadi berangkat?"

"Karna pendaftaran beasiswa Yale ada di sekolah."

"Oh," angguk Zie, "gue rencananya mau daftar Yale juga."

"HAH?" Marco menoleh dengan kaget sangking senangnya.

Zie tertawa, "kenapa gitu sih?"

"Gue juga mau banget daftar Yale," ucap Marco bersemangat, padahal tadi malam dia ingin mendaftar ke Heidelberg.

- 13 Days to Love Me -

Zie sedang berjalan di koridor setelah ia mendaftar beasiswa, dengan form yang sudah ada di tangannya, Zie tersenyum dengan senang, dia harus masuk, harus, karena dia akan pergi dari Jerman dan membangun hidupnya sendiri.

"Daftar apa lo?"

Zie menoleh terkejut saat Nikki mendekatinya hendak mengambil formulir yang dipegangnya, namun Zie dengan cepat menghindari Nikki.

Nikki mengernyit, "mau liat doang anjir," ucapnya dengan tidak suka.

"Gue daftar Yale, kenapa?" tanya Zie.

"Oh Yale," Nikki tersenyum, "selamat berjuang deh."

Nikki hendak berjalan meninggalkan Zie, kalau saja tidak ada orang yang berteriak memanggil Nikki.

"HEH NIKKI!"

Zie menatap gadis yang berpakaian serba hitam itu dengan jaket kulit yang senada dan sepatu boot tingginya. Zie sama sekali belum pernah bertemu dengannya.

Nikki menoleh, "apaan sih orang aneh?"

Gadis itu membuka tasnya dan mengeluarkan burrito lalu melemparnya ke wajah Nikki, "lo pikir gue gak tahu lo campur sarapan gue sama kotoran kucing?!" teriaknya lagi.

Sekarang gadis itu berhadapan dengan Nikki tepat di depan Zie, dan Zie hanya menonton dengan fokus. Bahkan Marco, Zach dan Seavey juga menonton mereka.

"Makan tu burrito kencing kuda!" teriak gadis itu lagi.

Semua orang yang menonton tertawa, karena selama ini tidak ada yang berani melawan Nikki, melihat Nikki dibalas itu rasanya sangat menghibur.

"Anjing lo! liat pembalasan gue!" Nikki berlari dari sana dengan mengumpat.

Gadis itu tertawa, "iya tenang aja gue masih punya mata, Jing!" teriaknya lagi agar Nikki bisa mendengar.

Orang-orang yang menonton pergi dan bubar dari sana, mereka pasti akan mengupload video pembalasan tadi.

"Eh, hai," gadis itu mengulurkan tangannya kepada Zie, "gue Quinn."

Zie tersenyum sembari menjabat tangan Quinn, "Zie. Tapi kok gue gak pernah ya ketemu lo?"

Quinn terkekeh, "itu karena gue jarang sekolah hehe, mereka pada takut sama gue, dan Nikki ngebully gue terus, gak tahan gue," ucap Quinn dengan panjang lebar.

"Quinn?" Marco mendekati mereka dengan bertanya.

"Lah? Marco!" Quinn tersenyum lebar melihat Marco.

Zach dan Seavey saling tatap, "lo kenal Quinn, Marc?"

Marco mengangguk, "iya, Quinn sepupu temen deket gue di Indonesia," jawab Marco, kemudian dia kembali menatap Quinn, "apa kabar Abin?"

Memang benar Quinn adalah Qanitah sepupu Abin, setelah kenaikan kelas, Quinn memutuskan pindah dan pergi ke Jerman karena tidak tahan dengan bullying dari teman di sekolah maupun lingkungan luar, tapi Quinn sudah benar-benar berubah.

Quinn menjitak Marco, "elah malah nanyain kabar Abin lu! Abin baik," jawab Quinn, "ini pacar lo?" tanyanya dengan mengarahkan kepalanya ke Zie.

Marco tersenyum malu, begitupun Zie.

"Doain aja Quinn, tumben lo sekolah?" tanya Seavey.

"Iyanih gue disuruh daftar beasiswa, padahal mereka udah tau gue gak bakalan masuk, masih bandel aja nyuruh-nyuruh."

Zach tertawa, "haha! elah Quinn kalo gak begitu mana mungkin lo sekolah."

Quinn menaikkan kedua alisnya, "gue bakal sekolah terus kok, mau lulusan juga."

"Thanks ya Quinn, belum ada orang yang berani bales Nikki selain lo," Zie tersenyum hangat.

"Sama-sama," balas Quinn, "kalo gak digituin mana mungkin berhenti tuh tukang mungut tai kucing."

"Hahahaha," tawa mereka serempak.

- 13 Days to Love Me -

"Ini hari ke berapa Marco?" tanya Zie saat dia dan Marco sedang duduk di bawah pohon dekat lapangan football sekolahnya.

"Hari ke lima," jawab Marco dengan kacamata yang masih menempel di wajahnya.

Zie menghembuskan nafasnya gusar, dia menunduk, melihat buku latihan fisikanya yang dia pakai untuk mengajari Marco, "andai ya waktu berjalan cepet."

Marco yang tadinya sedang mengerjakan soal, melihat Zie, "nikmati momen Zie," kata Marco, "banyak orang yang pengen balik ke masa lalu karena gak menikmati momen."

"Iya sih," ujar Zie pelan, dia balas menatap Marco yang ada di hadapannya, dulu Marco hanyalah anak kecil yang sering memanjat pohon untuk mengambil apple hijau di belakang rumahnya di Wolfsburg, bermain setiap hari bersamanya dengan berguling-guling di rumput, Zie tidak menyangka akan bertemu Marco lagi.

Marco yang diperhatikan tersenyum, "kenapa?"

Zie menggeleng pelan masih menatap Marco, 'ternyata gak perlu tiga belas hari ya untuk gue kembali mencintai lo, ternyata rasa itu masih ada di dalam hati gue setelah sekian lama,' benaknya.

Drrt drrt

Getaran ponsel Zie mengagetkan keduanya, Zie menatap layar ponselnya, ternyata Leo yang menelepon, Zie menatap Marco karena merasa tidak enak namun Marco tersenyum mengizinkan Zie menjawab telepon nya.

"Halo?"

"Zie ga jadi yah, gue ada meeting siang ini ternyata."

Zie menghembuskan nafas dengan lega, "iya gapapa kok."

"Okay lain kali bisa ya," Leo terkekeh di sebrang sana.

"Okay," jawab Zie. Lalu dia memutuskan sambungan telfon.

Marco yang daritadi mendengar bertanya, "gak jadi?"

Zie tersenyum, "gak," jawabnya, "bagus dong, jadi gue bisa ngajarin lo lebih lama."

Marco tersenyum dan memegang tangan Zie, "lo hari ini banyak senyumnya ya, dan gue seneng banget liatnya."

"Itu karna lo, Marco."

Mendengar perkataan Zie barusan, hati Marco rasanya berbunga-bunga, sudah lama sekali dia tidak merasakannya.

- 13 Days to Love Me -

avataravatar
Next chapter