12 Cara Lain

Quinn sedang berjalan di koridor bersama Zach, baru saja Quinn turun dari motor Vespa maticnya Zach sudah menghampirinya, Zach yang menyebalkan—bagi—Quinn—meminta maaf dan membujuk Quinn agar menemaninya untuk test Juilliard beberapa hari lagi.

"Quinn please," mohonnya lagi.

Quinn yang sedang mengunyah permen karetnya menoleh, "ada syaratnya," kata Quinn.

"Apaan pake syarat segala," Zach merengut.

"Dih kalo gak mau ya udah."

Zach mengalah, "yaudah, apa?"

Quinn tersenyum jahil, lalu membisikkan sesuatu kepada Zach.

Zach terlihat berfikir, "tapi orang-orang itu gak brutal kan?"

"Ya enggaklah!" Quinn memukul Zach, "lo pikir gue apaan!"

"Bukan gitu Quinn, gue takut aja ntar dipukulin," Zach mengelus wajahnya sendiri.

Quinn meringis jijik, "lembek lo," ejek Quinn.

Zach tidak menanggapi Quinn, karena mungkin ini kesempatan satu-satunya, "tapi itu tanggal pertunangan Zie, Quinn."

"Lah?" alis Quinn naik satu, "iya yah, tapi emang kita diundang?"

"Gak sih kayaknya," Zach terkekeh.

"Kasihan ya Komar," Quinn berhenti berjalan karena sudah sampai di lokernya.

"Komar?" tanya Zach bingung.

Quinn memutar bola matanya, "coba deh lo bilang Marco, Marco, Marco, Marco dengan cepet, jadinya Komar kan!" serunya.

Dengan bodohnya, Zach mencoba, "eh iya yak," katanya dengan cengiran, saat ingin menanyakan sesuatu, Quinn membuka suaranya yang seperti toa.

"KOMAR!" sapanya. Namun yang dipanggil tidak menoleh.

Marco berjalan dengan cuek bebek bersama Zie yang ada di sebelahnya.

"Kok gak noleh sih?" kata Quinn.

Zach menggeleng-geleng, "karna nama dia bukan Komar bloon!"

"Nikki, kenapa Zie nempel mulu sih sama Marco?"

Kedua Quinn dan Zach menoleh kepada Lisa dan Nikki yang sedang melihat ke arah Marco dan Zie.

Lisa merapikan rambutnya, "tentu cuma Zie kan yang kegatelan?"

Nikki mengangguk dengan setuju.

"HEH!" bentak Quinn dengan mendekati Nikki dan Lisa.

Lisa yang takut sama Quinn langsung bersembunyi dibalik badan Nikki.

"Gue gak terima ya Zie lo katain gatel!" Quinn mendorong tubuh Nikki.

Zach hanya diam menonton Quinn dengan raut wajah ceria.

"Itu bukan gue yang bilang," bela Nikki.

"Bodo amat!" kata Quinn, "Marco suka sama Zie dan mereka udah jadian, jadi kaliaan yang harus jauhin Marco sama Zie terutama lo!" tunjuk Quinn tepat di wajah Nikki.

Lisa yang masih di belakang bertanya, "jadi rumor itu bener?"

Quinn mengangguk dan tersenyum, "rumor emang kejam Nikki, jadi terima aja," lalu Quinn meninggalkan Nikki dan Lisa, Zach mengekor di belakang.

Mereka menghampiri Marco dan Zie yang sedang membaca pengumuman. Quinn menepuk pundak Marco, "lo sombong banget sih dipanggil gak noleh."

"Emang lo manggil gue?" tanya Marco.

Quinn merentangkan tangannya dengan sebal, "hah! iyalah, yang Komar tadi apaan?"

"Komar?" Marco mengernyit.

"Iya, Marco dibalik jadi Komar!" jelas Quinn.

"Quinn—" Marco baru saja mau melarang Quinn untuk jangan memanggilnya begitu, namun Quinn memotongnya dan berjalan ke depan menghampiri Zie yang sedang membaca pengumuman.

Zie membaca berulang kali, namun namanya tetap tidak ada, dia sudah lama berdiri disitu dan mencari namanya, namun tetap tidak ada, Zie berbalik dengan lemas.

"Zie, kenapa?" tanya Quinn yang heran tiba-tiba Zie seperti itu.

"Gue gak lulus, Quinn."

Kata-kata yang keluar dari mulut Zie tentu membuatnya kaget, Zie benar-benar sudah mati-matian untuk menggapai beasiswa itu.

Marco yang merasa aneh mendekati Zie, "Zie?" panggilnya.

Zie tersenyum, "selamat Marco, kamu lulus tahap dua ini."

"Kamu?" tanya Marco yang cemas.

Zie menggeleng, "gapapa kok aku gak lulus," kata Zie, "yang penting kamu tetep nerusin perjuangan kamu, test tahap tiga dimulai sebentar lagi."

"Tapi Zie," Marco menatap Zie dengan sedih.

"Udah gapapa Marco," Zie menepuk pundak Marco, "kamu siap-siap ya, aku mau ke perpus," Zie berjalan meninggalkan Marco dengan langkah lebar, bahkan Marco sampai tidak sempat mengatakan apa-apa.

"Eh Komar, bener kata Zie, lo tetep harus nerusin, kalo kalian emang jodoh nih ya, sejauh apapun jarak membentang pasti bakal tetep bertaha—aduh!" Quinn yang tadinya sedang menasihati Marco meringis kesakitan, karna Zach baru saja menepuk tangan Quinn dengan keras, "apaan sih ketek kuda?!"

"Berenti deh, sok bijak lo," ledek Zach.

Sedangkan Marco melamun dan berfikir, apa yang diucapkan Quinn ada benarnya, tetapi kalau bisa terus dekat dengan Zie, Marco akan terus mengusahakannya.

Marco menoleh kepada Quinn dan Zach yang masih ribut, "thanks ya Quinn, gue mau nyusul Seavey ke dalem."

"Iye Komar masama," Quinn nyengir, lalu dia menatap Zach, "lo sana gih latihan sama temen buluk lo, gue mau ke perpus nyusul Zie."

- 13 Days to Love Me -

Zie menangis sembari menutupi wajahnya dengan buku-buku tebal, dirinya duduk di pojok ruangan perpustakaan super besar nan mewah sekolahnya, perpus hari ini dan kemarin sangat ramai, namun pagi ini begitu sepi karena para siswa-siswinya sedang mengikuti test beasiswa.

Zie mengambil tissue dan menghapus air matanya, Zie tahu mengapa dia tidak lolos di tahap ini, itu karena dia kurang menguasai pelajaran biologi, pelajaran itu adalah kelemahan Zie, namun Zie selalu mencatat dengan lengkap dibukunya, dan sialnya semua buku dibuang oleh Nikki.

"Hei,"

Suara pelan di depannya mengagetkan Zie.

Zie dengan cepat menghapus air matanya lagi, dan menutup buku besar itu, ternyata Leo yang tadi memanggilnya.

"Leo?" sapa Zie dengan senyuman, Zie tidak heran mengapa Leo atau orang lain bisa masuk ke dalam perpustakaannya, itu karena perpustakaan sekolahnya dibuka untuk umum, orang luar bisa masuk asalkan membayar dan membuat surat izin.

Leo tersenyum, nenampakkan lesung pipinya yang membuatnya makin manis, "lo kenapa Zie?" tanyanya dengan lembut.

"Gue gak lulus beasiswa Yale, Leo," kata Zie dengan jujur.

"Oh c'mon! its not your endgame, Zie," Leo mencoba menyemangati Zie, "masih banyak cara kok kalo lo memang mau ke Yale."

Zie menunduk, "gue tahu Leo, tapi gue gak punya uang yang cukup buat bayar reguler di Yale, orang tua gue maunya kita tunangan kan?" Zie menatap Leo dengan pasrah, "okay, mungkin papa gue masih bisa gue bujuk, tapi mama tiri gue? Nikki? mereka gak bakalan ngebiarin gue bahagia gitu aja."

Leo mengernyit, dugaannya benar selama ini, ada sesuatu yang aneh dengan mama tiri Zie dan Nikki, Leo akui itu wajar jika Nikki memohon dia untuk menyukai Zie karena Nikki menyukai Marco, namun Leo tidak terpikirkan olehnya, ada niat terselubung dibalik perjodohan ini.

"Tunggu," Leo menahan kata-kata Zie dengan telapak tangannya, "itu berarti mama tiri lo dan Nikki gak mau lo kuliah?"

Zie menggeleng, "mereka mau gue kuliah—ralat—lebih tepatnya mereka mau gue hilang dari kehidupan mereka, dan tentu mereka gak mau kalau gue kuliah pake uang mereka," jelas Zie, "itu mungkin uang ayah gue, tapi yang pasti Raquelle bakal tahan semua biaya untuk gue kuliah, selama ini yang ayah tahu gue baik-baik aja di rumah, jadi itu semua kejaiban kalau ayah ngirimin uang secara diam-diam ke gue," Zie menarik nafasnya, meluapkan segala kekesalannya, "dia cuma mau uang ayah gue."

Leo menahan nafasnya, tidak dia sangka Zie selama ini menderita seperti itu, Leo menatap wajah cantik Zie yang ada di depannya, dia teringat saat dia bilang kepada Nikki kalau Leo tidak menyukai Zie, tentu itu kebohongan besar, dia hanya ingin tahu mengapa Nikki sangat berantusias menyuruhnya bertunangan dengan Zie.

Leo menyukai Zie sejak mereka masih kecil, dan Leo tidak pernah berhenti menyukainya walau sampai—sampai Zie ternyata menyukai Marco. Leo tetap menyukai Zie walau dia mengaku hatinya sakit.

"Zie," panggil Leo yang tadinya dipandang Zie hanya melamun.

"Hm?"

Leo menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya, "sebenernya ada cara lain, untuk lo bisa kuliah ke Yale."

Zie menatap Leo bingung, "apa itu Leo?"

Leo menarik nafasnya, lalu mengatakan itu dengan jelas.

"Bertunanganlah sama gue, Zie," pintanya.

- 13 DTLM TBC -

avataravatar
Next chapter