3 Are You Ready?

Day 2

Marco melihat jam tangannya dan beralih menatap halaman depan rumah itu lagi. Pagi ini dia memberanikan diri untuk menjemput Zie. Entah apa yang akan Zie katakan nanti, walau Marco tahu dia pasti menolak. Tetapi Marco tetap kukuh akan mengajaknya pergi ke sekolah bersama.

"Marco?! Hey!"

Marco menoleh, dia kira itu adalah Zie tapi ternyata itu Nikki. Zie mengintip dari belakang.

Tanpa basa basi lagi, Marco langsung bertanya. "Mana Zie?"

"Zie?" Nikki mengerutkan keningnya. "Ziegler? Mana gue tau, ini rumah gue bukan rumah Zie." ucapnya seraya melipat tangannya di dada.

Marco tersenyum masam. "Itu dia di belakang," Nikki segera menoleh ke belakangnya dan segera melotot kepada Zie. Marco melanjutkan, "gue mau ngajak Zie kesekolah bareng."

Marco pergi dari hadapan Nikki dan segera menarik Zie untuk pergi bersamanya. Kejadian itu terlalu singkat untuk Nikki, dia hanya terdiam melihat mobil RR Marco pergi bersama Zie.

Nikki menghentakkan kakinya. "Lihat aja Zie, lo bakalan menderita di sekolah."

- 13 Days to Love Me -

"Seharusnya lo ga perlu jemput gue. Gue bisa pake mobil sendiri." Zie menatap Marco dengan pandangan datar.

Marco menoleh kepadanya. "Perlu." ucapnya lalu kembali fokus ke jalanan.

Zie menghela nafasnya. Kejadian semalam terlau berat untuknya, dia tidak menyangka kalau Mama tirinya akan mengusirnya dari rumah dengan cara seperti itu, dan Papanya hanya diam.

"Udah sarapan?"

Lamunan Zie buyar mendengar ucapan Marco barusan. Dia dengan cepat menggeleng. "Belum."

Marco mengangguk dan segera menepikan mobilnya di depan resto cepat saji. "Kalau gitu, kita makan dulu." ucapnya seraya mematikan mesin mobilnya, Marco membuka pintu mobilnya, tetapi kegiatan itu terhenti sebentar.

Dia menoleh kepada Zie. "Jangan buka pintu itu." lalu dengan cepat turun dan memutar untuk membukakan Zie pintu.

Zie bahkan belum sempat berkata apa-apa. Hari ini seperti mimpi. Dijemput most wanted sekolah, diajakin sarapan lagi, Zie belum sempat bernafas.

- 13 Days to Love Me -

"Leo, lo harus tunangan sama Kakak gue! Kalo enggak, dia bakal ngerebut orang yang gue suka!"

Nikki menatap Leo dengan pandangan kesal.

Leo menggeleng. "Gue ga suka sama Zie. Lagian, semalem gue bersyukur Zie ngejawab kayak gitu. Gue gasuka dijodohin." jelasnya.

Nikki menghembuskan nafasnya keras. "Gabisa dong Leo. Lo pasti suka sama Zie kalo lo deket sama dia, coba dulu deh."

"Lo aja deket sama Zie tapi lo benci sama dia, i don't think so."

Mendegar ucapan Leo barusan, Nikki teridam. Lalu sejenak kemudian, dia berdiri dari bangku cafe itu dan menatap Leo. "Pokoknya, lo harus coba ketemu sama Zie dulu!"

Leo ikut berdiri, dan memasang topinya, lalu menatap Nikki. "Tapi satu syarat. Kalo gue ga bisa jatuh cinta sama Zie, lo harus hapus rasa benci lo ke saudara lo sendiri."

Nikki sedikit terkejut. Tetapi kemudian, dia mengangguk. "Deal."

- 13 Days to Love Me -

Dulu, sejak melihat Marco, Zie selalu menghindar, karena dia adalah teman masa kecil Zie yang tiba-tiba hilang begitu saja. Zie tidak ingin Marco mengingatnya. Zie tidak mau kembali menyukai Marco.

Tapi sekarang, Zie sedang berjalan bersama Marco di koridor sekolah menuju lockernya.

Marco sedaritadi melihat kearah Zie dan Zie tahu itu. Entahlah, tapi Zie sama sekali tidak merasa risih. Seperti biasa, dia sudah tidak perduli apa yang akan terjadi besok. Dia sudah terbiasa hidup seperti itu sejak Papanya menikah lagi.

"Udah sampe di locker lo. Pelajaran apa jam pertama ini?" tanya Marco.

"Geo." jawabnya singkat.

Marco mengangguk. "Senyum itu ibadah lho." Marco tersenyum kepada Zie, berharap Zie juga tersenyum kepadanya.

Tapi nyatanya Zie tetap dingin. "Not today."

"So tomorrow." lanjut Marco percaya diri.

"Udah deh Marco." Zie mengeluarkan kunci lockernya.

Marco tersenyum, mendekat kan wajahnya kearah telinga Zie dan membisikkan sesuatu. "Selamat ulang tahun, muffin."

Zie ingin pingsan saat itu juga, benar hari ini dia ulang tahun, Marco adalah orang pertama yang memberinya ucapan selamat. Dia tidak menyangka Marco mengingatnya. Dan Muffin adalah panggilan Marco untuknya ketika mereka masih kecil. Karena dulu Zie mempunyai pipi tembam.

Dengan cepat Zie menyadarkan dirinya. Marco sudah menghilang entah kemana. Zie segera membuka lockernya. Lagi-lagi dia kaget karena tulip berwarna merah berjatuhan dari dalam lockernya, sangking banyaknya bunga itu. Zie memunguti bunga-bunga yang berjatuhan itu dan mengambil sebuah surat yang ikut terjatuh bersama bunga itu.

Zie membuka dan membacanya.

Happy birthday Zie.

Gue harap lo akan suka 13 hari ini.

Xo. M

Tidak bisa dibohongi lagi. Sekarang Zie blushing. Dia tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi kepadanya, seumur hidupnya tidak pernah ada seseorang yang memperlakukan Zie seperti ini, mungkin Papanya sebelum enam tahun yang lalu.

Marco yang mengintip dari balik koridor tersenyum lebar melihat Zie tersenyum dengan menutup mulutnya. Tidak pernah dia melihat Zie seperti itu.

Tetapi kemudian, Nikki dan para minions nya, Shaylen dan Lisa mendatangi Zie dengan membawa tepung dan telur.

Zie menoleh dan dengan cepat memasukkan kartu itu kedalam lockernya dan menguncinya rapat. Dia akan segera pergi, tetapi Nikki dengan cepat mengejarnya dan menarik tangannya.

"Disini lo rupanya." ucap Nikki dengan senyum liciknya. "Ini yang berani pergi sama Marco. Lo pikir lo siapa? Lo bukan siapa-siapa."

Shaylen dengan cepat memotong ucapan Nikki. "Tapi hari ini lo ulang tahun, jadi kita baik."

"Iya, kita mau kasih kejutan." ucap Lisa yang menbawa telur ayam. "Ta-da!"

Marco yang melihat semuanya segera tahu apa tujuan mereka.

"Let's start ladies." Nikki memberi aba-aba.

Dengan gerakan seperi flash, Marco tiba di hadapan Nikki yang mulai melempari Zie telur. Dia melindungi Zie dengan tepat.

Telur itu jatuh dan pecah tepat di dada bidang Marco.

Nikki dan para minionsnya terkejut. "Mm-mmarco? Lo ngapain disitu?" tanyanya terbata.

Marco menatap Nikki dengan tajam. "Pergi." perintahnya dingin.

Zie juga terkejut dengan apa yang terjadi barusan. "Cepet pergi atau gue panggil keamanan." lanjutnya.

"Stay away from him you bi*ch!" Marco dan lainnya menoleh ke arah suara itu. Zac dan Seavey datang dengan membawa papper bag Louis Vuitton.

Orang-orang yang sedaritadi menonton mereka mulai penasaran dan ada yang ikut-ikutan mengusir Nikki dan minionsnya.

Karna tidak mau malu, Nikki pergi dari sana.

Zac memberi papper bag itu kepada Zie. "Ini sebagai tanda maaf gue kemarin, dan selamat ulang tahun. Semoga langgeng sams Marco." tawanya singkat bersama Seavey.

"Thanks tapi ga perlu gini juga." ucap Zie lalu dia melanjutkan, "makasih juga Marco."

"Ga masalah." ucap Marco.

Zac dan Seavey yang tahu Marco ingin ruang bersama Zie membubarkan orang-orang yang menonton mereka dan segera pergi ke dalam kelasnya.

Marco tersenyum melihat kedua temannya yang sangat mengerti dirinya itu. Dia kembali menatap Zie.

"Kenapa lo bisa muncul tiba-tiba?" tanya Zie.

Marco tersenyum manis. "I will stare at you all the time if you let me."

Disitulah Zie menyadari kalau selangkah lagi dia akan kembali jatuh kepada Marco.

avataravatar
Next chapter