14 Apa Kita Akan Berakhir?

Marco menatap Zie yang menari di panggung tanpa berkedip, melihat tarian ballet yang dilakukan Zie rasanya Marco merasakan seluruh cerita kesedihan Zie selama ini, gerakan-gerakan Swan Lake yang ditampilkannya sukses membuat semua orang terpaku, Marco tersenyum hangat, akhirnya setelah sekian lama, Marco dapat melihat Zie menari lagi.

Zie menyelesaikan tarian ballet—Swan—Lake—nya yang sangat indah, penonton—yang—didominasi—oleh—peserta—bertepuk tangan. Zie tersenyum lalu membungkuk dan pergi dari panggung.

Saat Zie sudah berada di back stage, Quinn memeluknya, "Zie! lo hebat bangeeeet!"

"Makasih ya Quinn," Zie balas memeluknya, "lo juga tadi hebat tampilnya, lo bener-bener keren bisa main gitar listrik sehandal itu," puji Zie.

"Ah bisa aja lo," Quinn mengibaskan tangan kanannya.

"Lo kenapa masih disini?" Zie bingung, harusnya jika sudah tampil, diperbolehkan pulang.

Quinn tersenyum kecut, "iya kalau bisa juga gue mau balik, tapi noh," tunjuknya ke arah Zach yang sedang berjalan ke arah mereka dari pintu masuk, "dia minta gue ngiringin dia nyanyi, emang gitu ngerepotinnya karna cuma modal suara doang," ejek Quinn.

"HEH!" Zach yang mendengar tidak terima, "gue udah menuhin syarat lo kan, jadi tepatin dong janji lo."

"Iya makanya gue nunggu lo disini, blo'on!"

Melihat Zach dan Quinn yang selalu seperti kucing dan tikus, Zie pikir dia sebaiknya meninggalkan mereka berdua, "eh Quinn, Zach, semoga berhasil ya, gue duluan," pamit Zie.

Zach menoleh, dia tersenyum, "iya makasih Zie!"

"Okay dadah Iez!" Quinn melambaikan tangan walau Zie tidak melihatnya. Quinn baru saja mengubah nama Zie menjadi Iez.

"Eh tolol," Zach mengibaskan rambut Quinn, "gak semua nama orang juga lo balik!"

Quinn mengambil gitarnya, dan menatap Zach sebal, "cerewet lo Hcaz!"

- 13 Days to Love Me -

Leo dan Nikki duduk berhadapan di cafe rooftop dekat sekolah Zie, seperti biasa, Nikki ingin tahu tentang pertunangan Leo dan Zie.

Nikki tersenyum lebar saat mendengar cerita Leo tentang dia akan bertunangan dengan Zie, sangking senangnya, Nikki tidak tahu kalau sebenarnya Leo sudah tahu semua niat jahat Nikki dan Raquelle.

"Serius kan lo bilang gitu?" tanya Nikki sekali lagi.

Leo mengangguk, "iya."

"Thanks ya, Leo," Nikki mengelus tangan Leo, "lo berhasil kan suka sama Zie, itu berarti gue gak perlu nurutin kata-kata lo waktu itu."

"Terserah lo, Nikki," Leo menepis tangan Nikki yang mengelusnya, "tapi yang pasti gue bakal jamin hidup Zie akan lebih baik dari lo."

- 13 Days to Love Me -

"Nah, yang ini cat warna lavender ya," Kiera memberikan cat berwarna lavender kepada Zie dan Marco, Kiera tidak pernah mengizinkan orang lain yang mendekor kamar besar dan mewahnya, karena dia tidak suka itu, dia lebih suka mendekor kamarnya sendiri.

"Kamar kak Ken jadi manis ya," kata Zie sambil mengecat diding.

Kiera mengangguk, "oiyes," kekehnya, "gak kaya yang kemarin, item—abu-abu—coklat, bukan aku banget."

"Emang siapa yang desainnya?" tanya Zie.

"Siapa lagi disini yang kamarnya serba gelep, norak," ejek Kiera kepada Marco.

Marco yang fokus mengecat menoleh, "eh itu elegan ya," protesnya.

"Serem lagi ada, kayak kamar dukun," ejek Kiera lagi, sembari menggambar sesuatu di dindingnya.

Marco tersenyum kecut, memang sih kalau Marco sendiri pikir, kamarnya gak ada warna-warna cerianya. Tiba-tiba Marco terpikir sesuatu, "eh kak, boleh minta sisa cat gak?"

"Tuh kan," Kiera menaik-naikkan kedua alisnya ke arah Zie, "berubah pikiran," kemudian Kiera menatap Marco, "udah ambil aja, ini juga udah mau selesai kok."

Marco mengangguk dan membawa cat berwarna biru langit yang keputihan itu ke dalam kamarnya, "bantuin aku juga dong, Ken," pinta Marco.

"Aduh maaf ya adik sayang," Kiera memandang Marco tidak enak, "aku ada janji sama temen-teman, sepuluh menit lagi," kata Kiera.

Marco menghembuskan nafasnya dan memutar matanya, "yaudah-yaudah gapapa," jawab Marco dengan sebal.

Zie menoleh pada Kiera dengan tersenyum, "udah gapapa kak, biar aku aja yang bantuin Marco."

"Makasih ya Zie," kata Kiera.

Zie mengangguk dan menyusul Marco ke dalam kamarnya, karena tugasnya di dalam kamar Kiera sudah selesai.

"Marco," panggil Zie seraya berjalan ke dalam kamar Marco, Zie memandang sekeliling kamar Marco yang memang warnanya tidak seceria kamar Kiera Mackenzie. Di dalam kamar Marco tidak banyak foto-foto, hanya hiasan dan sebagian dindingnya dipasang Wallpaper, foto-foto hanya ada di atas meja Marco, Zie memandang foto Marco dengan tim futsalnya.

"Zie," panggil Marco.

Zie menoleh, Marco ternyata membawa tangga dari dalam walk—in—closet—nya.

"Kamu gapapa bantuin aku? kalo capek mending gausah Zie," kata Marco.

"Gapapa Marco, aku lebih suka bantu kamu," jawab Zie dengan bersiap untuk mengecat kamar Marco.

Marco tersenyum dan mengelus puncak kepala Zie, kemudian mereka mulai mengecat dengan fokus dan sesekali tertawa karena mereka saling bercerita.

Saat sudah selesai, Marco dan Zie terbaring di kasur menatap langit-langit kamar Marco, diantara mereka ada jarak yang ditempati oleh Muffin yang tiba-tiba datang.

"Iya ya," Marco membuka suaranya, "jadinya lebih ceria aja."

Zie tersenyum, langit-langit Marco memberikannya ide, "eh Marco, ada cat warna apa lagi? hitam ada?"

"Kayaknya ada di dalam kamar Mac."

Zie mengangguk dan bangkit dari kasur Marco, kemudian berjalan ke kamar Kiera, Kiera sudah pergi entah sejak kapan, Zie mengabil cat hitam dan kuas lukis dari kamarnya.

"Mau ngapain Zie?" tanya Marco yang kebingungan.

Zie tidak menjawab, dia hanya naik ke atas tangga yang tepat berada di tengah langit-langit Marco. Marco yang takut Zie jatuh, memegang tangga dengan erat.

Zie mulai menggerakkan kuasnya, menulis sesuatu disana, setelah selesai, Zie tersenyum puas. Zie menulis salah satu lirik lagu favoritnya.

"If happy ever after did exist, I would still be holding you like this," —Z.

Zie turun dan Marco memegangi tangannya, kemudian Marco dan Zie sama-sama menatap langit-langit kamarnya, membaca sesuatu yang Zie buat.

Marco tersenyum senang menatap Zie, kemudian mereka kembali berbaring seperti tadi sambil memandangi tulisan yang dibuat Zie.

"Marco," panggil Zie, "apa ini semua akan selesai dalam tiga hari lagi?" tanya Zie dengan pandangan sedih, "apa kita bakal berpisah Marco?"

Marco diam mendengar semua kalimat Zie, apakah mereka akan selesai saat hari itu datang?

"Kamu tahu, kita dulu cuma dipertemukan selama lima tahun dua bulan tiga belas hari," kata Zie.

Marco kaget, dia menoleh kepada Zie, Zie pun tersenyum memandang Marco.

"Iya Marco, aku menghitung hari sampai kamu benar-benar pergi ke Indonesia, tapi aku gak mau menghitung berapa lama kamu pergi," jelas Zie, "karna kalau aku menghitungnya, aku tahu dengan pasti aku gak bakal bisa ngelupain kamu, walau tanpa sadar aku ternyata menghitungnya, kamu juga pergi selama lima tahun," Zie kembali menatap langit-langit, "gak perlu semua ini untuk membuat aku jatuh cinta sama kamu lagi Marco, gak perlu tiga belas hari, tapi aku bingung, kenapa perlu waktu yang sangat lama untuk melupakan kamu," Zie menarik nafasnya, "aku selalu mikirin kamu tanpa sadar, setiap hari, selama sepuluh tahun belakangan ini."

"Zie," panggil Marco dengan pelan, Zie membuat jantungnya tak karuan.

Zie kembali berntanya, "kenapa kita cuma dipertemukan sebentar kali ini? setelah bertahun-tahun aku menunggu kamu kembali," air mata turun dari mata Zie tanpa bisa dia tahan, "apa kita akan berakhir lagi, Marco?"

Marco menggenggam tangan Zie dengan erat, Muffin masih bergelayutan diatas kepala Marco, "Kita gak akan berakhir lagi Zie," kata Marco, "kali ini kamu gak akan aku lepas."

Marco sadar dia mengatakan itu, tanpa tahu apakah dia akan benar-benar menepatinya.

- 13 DTLM TBC -

avataravatar
Next chapter