webnovel

Satu Hari Yang Mengubah Hati

Warna lembayung mendominasi suasana hati Bulan saat ini. Ketika cinta bertepuk sebelah tangan..maka akhirnya akan segera diketahui. pergi mengganti asa dan harapan, berusaha mengecilkan celah penghubung pada hati yang tak peduli.

Tapi kali ini..ia rasakan hal yang berbeda. Jauh dari mimpi yang selama ini ia rasakan..bahkan sering mengutuk diam-diam pada setiap hati yang berani meletakkan cintanya lebih dari satu. Kesetiaan selalu menjadi pegangan langkah kakinya dalam merajut benang demi benang dalam lembaran kain hidupnya. Namun kali ini..setiap nama itu mengalir dalam alur pikirannya..hatinya bergejolak. Tidak lagi mampu menenangkan riak batin. Sungguh kali ini Bulan merasa bersalah pada prinsip hati yang selama ini ia pertahankan. Tidak! Aq tidak sudi berubah!Namun hatinya berbisik semakin mengusik...ikutilah alurnya..percayakan pada takdir yang memang bertugas mempermainkan peranannya. Biarkan ceritamu menjadi semakin berwarna sayang ku. Percayakan saja..ini jalan mu. Yang hanya akan indah jika kau ikhlas menerimanya.

Sekembalinya dari kantor kepolisian..

Bulan tidak kembali ke boutique nya. Setelah kejadian naas itu dan menghadapi rangkaian pertanyaan dari pihak kepolisian cukup menguras seluruh energinya. Dan saat ini ia merasa sangat beruntung akan kehadiran Bagaskara di saat yang tepat masuk ke dalam hidupnya. Walau tidaklah seindah dalam mimpi..setidaknya saat ini mimpinya terwujud.

Bagaskara menginjak pedal gas mobilnya setengah-setengah. Seperti berusaha memahami keletihan yang dirasakan oleh Bulan..mencoba menenangkan nya..atau setidaknya membuatnya merasa nyaman saat berada di sisinya. " Aq antar kau pulang. Beristirahatlah. Kau terlihat sangat lelah hari ini."

"Hmm..aq masih belum percaya..ternyata mereka mengincar q. Selama ini q pikir mereka beroperasi sendirian atau hanya berdua saja. Ternyata mereka kerja tim. Dan dalam tim nya bisa sampai 5-6 orang." Bulan menatap lurus ke depan..merekayasa kemungkinan terburuk apa saja yang dapat terjadi jika ceritanya berubah. Ia bergidik..

Kemudian ia tersadar.." Bagas..apa kau sering menghadapi orang-orang seperti itu?"

Bagas berdehem..tersenyum.." Tugas kami, mengayomi masyarakat..menjaga keamanan..walau kadang kala nyawa kami taruhannya. Kau masih beruntung..tidak mengalami luka yang berarti karena seringkali para pelaku menggunakan kekerasan. Mereka kadang tidak segan menghilangkan nyawa para korbannya.. Mm..maaf, tadi aq berkata agak keras pada mu. Tapi aq berharap kau benar-benar memperhatikan nasihat q. Jangan suka berjalan sendirian.. Terutama untuk mu."

Bulan mengangkat alisnya..Bagaskara seperti menyiratkan maksud tersembunyi di balik kalimatnya. Khawatir Bulan menangkap siratan itu, Bagaskara segera memainkan player musik nya. Berpura-pura mencari album koleksinya.

"Kau ingin mendengar lagu apa?" Bulan menawarkan diri. " Apa saja yang kau suka." Bagaskara menjawabnya dengan melirik sekilas pada Bulan. Walau Bulan merasa sedikit aneh, ia tetap memilih-milih koleksi lagu Bagaskara. Dan ia menekan layar saat ada salahsatu group band favoritnya muncul, MLTR.

"Haha..ada group band romantis di koleksi musik pak polisi..aq hampir tak percaya." Bulan tersenyum gembira saat menemukan sesuatu yang familiar dalam hidup nya di sekitar pria tangguh ini.

" Yaa..kenapa? Apa ada yang aneh?" Bagaskara keheranan menatap reaksi Bulan.

"Oh, tidak..hanya saja aq tidak menyangka akan menemukan band favorit q di sini. Q pikir koleksi musik mu tidak jauh dari lagu-lagu mars kebangsaan dan patriotisme.." Bulan menjawab jujur isi kepalanya selama ini pada polisi yang pernah ia jumpai. Sedikit demi sedikit Bulan memeriksa ingatannya mengenai polisi..Hahaa.. seperti nya banyak yang keliru. Banyak yang ia rasa salah dalam memahami abdi negara yang satu ini. Mungkin ini kesempatannya untuk membetulkan kesalahan-kesalahan dalam mindset nya selama ini. Dan ia sama sekali tidak keberatan.

Bagaskara terdiam sesata, "Kami sama halnya dengan kalian..berawal dari para pemuda biasa yang memiliki tekad kuat mengabdi kepada negara.. kemudian kami dididik dan dibentuk menjadi aparat dengan tanggung jawab berbeda dengan warga sipil lainnya. Tempaan itulah yang terpatri rapi dalam tiap sanubari kami. Tiap langkah kami menjadi sorotan.. pencapaian-pencapaian yang kami raih dengan segala resiko bahkan taruhan nyawa dianggap menjadi hal yang biasa oleh sebagian orang. Sedangkan sebagian lainnya bertepuk tangan dan saling sambung komentar nagatif saat kami melakukan kesalahan. Sejatinya kami adalah bagian dari bangsa ini juga. Bagian dari masyarakat juga. Apresiasi dan dukungan kalian merupakan sambung nafas di tiap detak jantung kami dalam mengemban tugas."

Bulan termangu mendengar penjelasan Bagaskara.. sungguh..sisi humanis yang sering ia lupakan saat berkenaan dengan polisi adalah hal keliru. Ada rasa sungkan yang mulai merayapi pikirannya. "Iya..aq pikir kalian adalah manusia-manusia tangguh yang istimewa.."

" Kau tau..aq merasa terlindungi saat kau ada di sekita q. Terimakasih telah berada di sisi q sepanjang hari ini. Maaf sudah merepotkan mu, Bagaskara." Bulan secara resmi mengucapkan rasa terimakasihnya pada Bagaskara..

Setelah mengikuti beberapa petunjuk nya, mereka tiba di depan gerbang rumah Bulan yang saat itu tampak temaram karena hanya menyalakan lampu kuning redup bergaya tempo dulu di beberapa tempat dekat tanaman hias yang menggantung di pagar depan rumah nya. Bagaskara menghentikan mesin mobilnya dan berniat membukakan pintu mobilnya untuk Bulan. " Tidak usah, Bagas..aq bisa membukanya sendiri. Kau sangat baik. Kabari aq saat kau sudah sampai rumah. Hati-hati di jalan." Bulan memberikan senyuman yang sangat menggangu pikiran Bagas. Senyum yang selama ini ia cari. Senyum yang mampu mendinginkan hatinya dan memberikan damai. Kini ia telah menemukan pemilik senyum indah itu..

Bagaskara menatap punggung Bulan saat masuk ke rumah. Berbagai rasa aneh yang ia rasakan seperti dipilin jadi satu. Dalam usahanya untuk mengerti apa yang terjadi..hatinya berbisik menguatkan..

" Inilah saatnya.."

Next chapter