webnovel

Syarat yang tidak mungkin

"Bu, apa yang ibu masak untuk sarapan pagi ini???"..

Suasana hati adam sedang sangat bagus pagi itu. Setelah memutuskan untuk pulang ke rumah sekitar pukul 7.30 pagi. Adam langsung mendekati meja makan yang sudah siap dengan semua menu sarapan yang telah di buat asisten rumah tangganya yang di bantu sedikit-sedikit oleh ibunya.

Ibunya termasuk ke dalam ibu-ibu sosialita yang glamour namun manja ketika bersama suami dan putranya. Ia terlihat seperti calon ibu mertua yang cerewet dan pemarah, namun sebenarnya ia memiliki hati yang sangat baik dan mudah tersentuh.

"Anakku sayang, akhirnya kamu datang juga,,, apa kamu tidak membersihkan dirimu dulu sebelum kita sarapan bersama, ayahmu masih bersiap di kamarnya jadi kamu masih memiliki waktu untuk bersih-bersih terlebih dahulu".

"Aah tida perlu bu, aku hanya akan sarapan dan tidur setelah itu".

Adam langsung menarik kursi dan mengambil menu sarapan yang ia mau, roti sandwich telur.

"Adam, tunggu ayahmu turun dulu, kita sarapan bersama. Ibu mohon untuk tidak membuat keributan pagi ini".

Ibu menghentikan tangan adam yang akan meraih makanan, dia ingin putranya makan bersama pagi ini dengan ibu dan ayahnya.

"Hemm baiklah, karena suasana hatiku sedang baik pagi ini, aku ikuti keinginan ibuku tercinta ini".

Sambil menggoda ibunya adam akhirnya mengalah dan memutuskan untuk menunggu ayahnya sesuai permintaan sang ibu.

Suasana hati adam yang sangat baik memberikan kebahagiaan kepada ibunya.

"Telah lama ibu ingin melihatmu sebahagia ini sayang, apa yang sudah terjadi tadi malam? kenapa pagi ini kamu menjadi anak yang sangat manis?".

Ibu mulai penasaran dengan apa yang sedang dialami putranya saat itu, hingga benar-benar membuat suasana hati putranya yang biasanya murung, penuh amarah, dan kebencian, telah berubah drastis menjadi sangat manis, lembut dan senyuman adam terpancar nyata disetiap sudut bibirnya.

"Ibu tidak perlu tahu, yang penting sekarang aku adalah putra ibu yang sudah dewasa, ibu harus ingat itu".

"Ibu tidak perlu lagi menunggu jika aku belum pulang sampai larut malam, itu hanya dilakukan untuk seorang ibu yang memiliki putra usia 17 tahun ke bawah bu, aku sudah besar sekarang, ibu tidak lupa usiaku kan?".

Adam tidak menjawab sesuai dengan pertanyaan ibunya, dia menghindar dari pertanyaan yang akan membuat nama kinan terdengar oleh ayahnya dan khawatir itu akan dipermasalahkan.

"Ada apa pagi-pagi kalian berdua berbincang di meja makan??????, sepertinya ada sesuatu yang coba kamu sembunyikan dari orang tuamu".

Tiba-tiba suara ayahnya terdengar dari belakang, dengan sedikit berat suara itu mampu membuat suasana hati adam berubah, senyumnya menghilang dan adam langsung memasang wajah lurus tanpa ekspresi.

"Tidak ada yang bisa disembunyikan dari seorang ayah sepertimu, bahkan dari semalam semua orang bayaranmu terus berada di sekelilingku seperti menjaga anak kecil yang sedang bermain di taman".

Tanpa disadari sang ayah, sebenarnya adam telah mengetahui tindakan ayahnya yang selalu mengirim orang untuk terus mengikuti adam kemanapun dia pergi semenjak kepulangannya dari Australi.

Semalampun di saat adam dan kinan menghabiskan waktu berdua di kawasan perbukitan di pinggiran kota Bandung, adam tahu ada sekitar dua orang yang mengikutinya hingga kesana. Namun adam tidak memperdulikan itu. Dia tetap fokus pada kinan yang ada di hadapannya saat itu.

Itulah kenapa adam sangat tidak ingin pulang semalam karena ayahnya pasti akan mempersoalkan apa yang sudah terjadi semalam antara dia dan kinan.

Dan pagi ini bisa jadi hal tersebut akan di bahas di meja makan oleh ayahnya.

"Semalam kamu tidak pulang???? Apa kamu akan terus seperti itu???? berubahlah !!!!!! agar ayah tidak perlu repot-repot terus mengurusmu. Mulailah bertanggungjawab terhadap sesuatu agar kamu bisa lebih menghargai waktumu saat ini".

"Siang ini akan ada yang menjemputmu ke rumah ini, jadi kamu bersiap saja, jangan pergi kemana-mana atau ayah akan menyeretmu dimanapun kamu berada. Ayah sudah terlalu banyak memberimu waktu untuk urusan yang tidak perlu itu".

Ayahnya adam terus berbicara sambil menunggu istrinya menyiapkan sarapan di piringnya.

Adam terus menunduk menyantap sarapannya. Dia bahkan tidak melirik sedikitpun ke arah ayahnya.

Ketidak harmonisan antara ayah dan anak benar-benar terlihat di meja makan saat itu.

"Kamu tidak perlu khawatir, fokus saja pada meetingmu pagi ini. Adam biar ibu yang berbicara dengannya".

Ibu berusaha menengahi ketegangan yang sangat terasa saat itu, dia tidak ingin suami dan anaknya kembali berdebat yang akan berakhir dengan kepergian adam dari rumah dan kemarahan suaminya yang akan mendarat padanya.

"Kamu urus anakmu, jangan hanya belanja dan kumpul dengan teman-temanmu. Kamu bahkan tidak tahu jika putra kesayanganmu ini sekarang kerjanya hanya terus menerus mengejar wanita".

"Suruh dia kerja yang benar hingga mampu memimpin perusahaan dengan bekal pendidikannya dan bakat yang sudah aku turunkan melalui genku untuknya, aku tidak memiliki kebiasaan mengejar wanita, semua wanita mengejarku dan aku tinggal memilih mana yang aku inginkan. Tapi kenapa putraku mengotori gen yang aku berikan dengan kebiasaan murahannya itu".

Ayah berbicara kepada ibunya adam dan semua kata-katanya berisi sindiran untuk putranya yang sedang duduk disana, bermaksud agar adam segera menyadari bahwa apa yang sedang dia lakukan sekarang adalah hanya membuang-buang waktu.

Perkataan ayahnya sangat melukai perasaan adam.

Adam yang tidak terima dengan kata-kata yang diucapkan ayahnya langsung bangkit dari kursi dan melihat ke arah ayahnya dengan tatapan kebencian dan kemarahan yang hampir meledak saat itu jika saja sang ibu tidak menahan tangan adam.

"Sudah nak, jangan kamu dengarkan ucapan ayahmu. Yang kamu harus lakukan sekarang adalah membuktikan kemampuanmu dan buktikan juga bahwa kamu sudah tumbuh dewasa dan mampu menjadi laki-laki yang bertanggungjawab".

Adam terus melihat ke arah ayahnya, sang ayah tetap menunduk menyantap sarapannya tanpa memperdulikan kemarahan adam disana.

"Terserah apa yang ayah katakan, aku akan tetap mempertaruhkan apa yang pantas aku pertaruhkan bahkan sampai titik darah penghabisan".

" Soal perusahaan yang harus aku kelola, ayah percayakan saja padaku jika memang tidak ada pilihan lain. Tapi jangan pernah mencampuri urusan pribadiku, itu syarat dariku, Maka aku akan bertanggung jawab penuh pada pekerjaanku".

Adam beranjak dari meja makan dan masuk ke kamarnya setelah selesai mengatakan semua yang ia sudah rencanakan sebelum masuk ke rumahnya pagi ini.

Next chapter